Sedekah yang bijak dan tepat sasaran

Saya secara pribadi kerap menahan diri saat ada orang meminta sedekah. Meski bagaimanapun mainset saya terlintas pada beberapa kejadian pada mungkin menurut orang tersebut tidak lagi layak untuk meminta. Malah sudah layak menjadi pemberi. Mengapa? Sebab kekayaan yang dimilikinya sudah melebihi harta rata-rata orang lain.

Artinya sudah tidak pantas lagi untuk meminta-minta pada orang lain. Seperti beberapa waktu yang lalu. Ada sebuah video viral. Seorang baru selesai meminta sedekah dan langsung menuju mobil pribadinya. Lantas ada salah satu satpam yang merekam aksi peminta itu. Sambil megejeknya, tapi ia seperti sudah tidak tahu malu. Merepet dan langsung masuk ke mobilnya.

Kejadian seperti ini, yang membuat saya sudah geli memberikan sedekah pada pengemis. Saya terkadang lebih sering memberikan untuk pembangun mesjid, dayah, dan aksi Galang dana sosial. Misal banjir bandang, gempa dan sebagainya. Saya kira ini mungkin lebih tepat bagi mereka yang sedang membutuhkan uluran tangan kita.

Fenomena diatas cukup sering kita temukan. Apalagi saat bulan ramadhan. Bukan yang penuh berkah memberi satu maka Allah akan membalasnya berjuta-juta kali lipat dari apa yang kita berikan. Lantas apakah cukup hanya mengandalkan keikhlasan tanpa kebijaksanaan yang jelas. Untuk siapa kita berikan tersebut.

Memang terkadang cukup sulit membedakan antara orang yang memang benar tidak memiliki kecukupan dengan orang yang cukup tapi berpura- tidak cukup. Oleh sebab itu, lihatlah dengan jeli, mulai fisiknya, artinya kita perlu melihat dengan jeli fisiknya, (maaf) misalnya bapak tua yang tidak dapat melihat, tanpa kedua tangan dan sebagainya. Dan jangan perdulikan mereka yang meminta dengan alasan apapun, masih sanggup bekerja, meski berpenampilan gaya gembel. Itu hanya pemalas yang malas bekerja.