Berhenti membuat gaduh dalam kampanye

Pesta demokrasi semakin mendekat. Hanya tinggal menghitung bulan. Meski masa kampanye belum ditentukan oleh KPU, namun ada banyak pihak telah memanfaatkan kan beberapa situasi untuk melakukan kampanye secara diam-diam. Baik itu di medsos dan dengan pendekatan persuasif.

Kampanye adalah sebuah usaha untuk mempengaruhi, mendapatkan dukungan masyarakat melalui tim, kelompok atau perseorangan dengan berbagai cara. Baik dengan penyebaran janji politik dan penghambatan kepada lawan politik dengan cara masing-masing.

Perkembangan teknologi media sosial adalah salah satu strategi terselubung tim sukses berkampanye memalui informasi yang mangacaukan. Meski belum sampai masa kampanye, namun telah banyak informasi yang beredar terkait kebaikan masing-masing pihak dan keburukan pihak sebelah.

Artinya banyak tim telah memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan suara melenial. Ini menurut saya adalah kampanye awal sebelum KPU menetapkan jadwal kampanye secara konstitusional. Parahnya, informasi yang menyebar di berbagai media sosial adalah jenis informasi pencitraan dan pembunuhan karakter. Sehingga negeri seolah gaduh karena informasi tersebut.

Kampanye termasuk sebuah ekspresi dalam demokrasi. Artinya sebuah hak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum. Dan itu didukung tinggi oleh konstitusi. Apalagi jika menyangkut dengan memberikan solusi untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Tentu adalah pendapat yang kita harapkan dan semua pihak.

Namun apa yang terjadi dengan kampanye di media sosial akhir-akhir ini. Bukan hal yang positif yang justru didapatkan melainkan hal yang negatif. Saling mengolok satu masa lain, saling merusak dan menyebar ujaran kebencian, bahkan terkadang saling mengancam satu sama lain.

Kegaduhan semacam ini, tentunya semua kita tidak menginginkannya. Politik bukan cara merusak sesama, tetapi harmonisasi bagaimana harus kita temukan dalam pesta demokrasi yang akan datang dalam waktu yang tidak lama lagi.