Pelajaran dari Kisah Botol Air Mineral di Paru-paru Dunia

in #indonesia7 years ago (edited)

image
Menyeberang dengan tali sling

Pagi itu, matahari naik sehasta dari kaki langit. Sinar hangatnya menyuluh permukaan bumi, pertanda hawa panasnya akan dimuntahkan pada siang hari. Namun, kenyataan tidak. Apalagi ketika memasuki lokasi wisata alam di pangkal Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Lokasi ini letaknya di kawasan wisata Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini juga masuk dalam kawasan TNGL yang membentang dari Aceh bagian tenggara sampai ke barat laut Sumatera Utara.

Saya rasa umumnya warga Indonesia mengenal dan pernah mendengar TNGL, bahkan masyarakat dunia sekalipun. Baru-baru ini, akhir Maret 2016, aktor hollywood Leonardo Dicaprio, secara diam-diam menyambangi sebuah kawasan yang dikenal dengan paru-paru dunia ini, tepatnya kawasan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara dan Serbajadi, Kabupaten Aceh Timur.

Dikenal dengan paru-paru dunia, wajar TNGL ini benar-benar menjadi magnet dunia, terutama bagi aktivis lingkungan hidup. Di dalam negeri sendiri, keberadaanya sangat sensitif, baik dari segi aktivitas perambahan hutan terlarang, perburuan satwa dilindungi, dan kebersihan lingkungan.

Saya begitu tercengang soal kebersihan di TNGL ini saat berkunjung ke sana baru-baru ini. Di mana ini menjadi pelajaran berharga bagi saya dan bagi masyarakat luas tentunya. Kejadian yang menimpa teman saya ini masih membekas dalam ingatan saya hingga kini.

Dalam perjalanan di bawah rimbunan pohon dan riuhnya suara burung, serta naik-turunnya bukit di tebing sungai menemani kami menuju penginapan di Hotel Back to Nature. Hotel berlantai dua terbuat dari kayu dan beratap seng itu terletak di tengah-tengah belantara hutan persis di sisi Sungai Bahorok.

Waktu perjalanan sekitar 45 menit di sisi sungai itu tidak terasa beratnya medan menuju hotel. Di tengah perjalanan saat menyebrang Sungai Bahorok, kami terpaksa naik tali sling dipandu para guide (pemandu) atau gaet, karena tidak bisa menyebrang langsung sebab derasnya air.

image
Para pemandu membawa barang

Setibanya di seberang, terus kami berjalan dalam sungai karena airnya tidak dalam. Tiba-tiba salah seorang teman kami membuang satu botol air mineral kosong bekas minuman ke dalam air jernih tersebut.

Tidak lama setelah itu, salah seorang guide bercelana pendek dengan rambut acak warna sedikit menguning itu menegur kami secara tidak langsung. Nama guide itu Umar. “Imam, tolong ambil botol di air itu,” perintah Umar kepada guide lainnya.

Mendengar perintah Umar kepada Imam, hati kecil saya tersentak penasaran. Saya pun menanyakan kepada Umar. “Kenapa bang dengan botol bekas air mineral itu”. Dia menjawab. “Di sini bang, sangat diutamakan adalah kebersihan. Ini bagian dari upaya perlestarian lingkungan. Lingkungan tetap hijau, tidak boleh dikotori oleh tangan manusia,” jawabnya menjelaskan.

image
Berfoto di depan hotel

Pantas saja, sepanjang perjalanan kami tidak menemukan sampah bekas makanan dan minuman apa-apa, kecuali ranting-ranting pepohonan, daun-daun yang lepas dari dahannya, serta semak belukar nan hijau.

Tidak cukup di situ. Ketika tiba di hotel kembali terulang hal yang sama. Di hotel dialami oleh teman lain yang tidak serombongan dengan kami. Salah seorang teman kami membuang puntung rokok ke lantai berkerikil itu.

image
Bersihnya kerikil sebagai lantai dasar hotel

Lagi-lagi, kami ditegur dengan sangat santun oleh pemilik hotel banyak turis tersebut. Akhirnya, kami perhatikan, memang benar tidak ada sampah apapun bekas makanan atau lainnya di seputaran hotel dan dekat hutan lindung itu.

Kata Acha, laki-laki berambut gondrong, berkumis lebat dan berpakaian seadanya itu, selain kesadaran pengelola lokasi wisata Bukit Lawang ini dalam menjaga kebersihan, tiap hotel setahun sekali diharuskan mengikuti lomba kebersihan dan pelestarian lingkungan. Per hotel dibandrol uang pendaftaran Rp 12 juta. Sedangkan jumlah hotel tidak kurang dari 50 unit di kawasan itu.

Inilah satu sisi kebersihan lokasi wisata Bukit Lawang di kawasan TNGL. Tentunya juga menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua dalam menjaga lingkungan.

Sort:  

Ini mengingatkan saya pada lokasi wisata yang saat ini lagi tren di perbatasan aceh utara dan bener meriah. Suatu ketika saya sekeluarga berhenti di salah satu tempatvyang menjadi rest area bagi pengunjung. Saya lihat pemilik tempat sudah berupaya menjaga kebersihan dengan menempatkan tong sampah di setiap tempat, namun banyak pengunjung membuang sampah ke jurang. Miris melihat ini, "kepintaran" masyarakat kita baru sebatas itu, pandai menikmati indahnya alam tapi tak pandai menjaganya malah menambah kerusakan. Anyway.. tempatnya bagus ya.. thanks @mushthafakamal.. sudah saya vote dan resteem ya... happy weekend :)

Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.. kesadaran menjaga lingkungan harus kita tumbuhkan bersama, sejauh kita mampu. Kalo kita punya fasilitas menulis harus kita berikan pemahaman kpd pembaca..

wah siip, tempat yang menarik dan hal yang patut dijadikan contoh untuk tidak membuang sampah sembarangan. :)

Betul sekali bang.. banyak sekali teman kita masih kurang sadar dalam mebja

Seru dan keren banget di sana!

benar, kalo ada waktu main2lah ke sana..

Tulisan yang sangat bagus untuk menjaga kelestarian lingkungan. TNGL

Terima kasih pak @ismadi telah mengunjungi blog saya. Motivasi utk menjaga lingkungan

Coin Marketplace

STEEM 0.21
TRX 0.13
JST 0.030
BTC 67315.02
ETH 3517.59
USDT 1.00
SBD 3.09