Menyoal #Meet Pap 2018 : Mengungkap sosok dibalik akun @kitablempap

Tak mudah memahami ilmu dalam @kitablempap apalagi Presidennya. Akan tetapi saya temukan ILMU COCOKLOGI berada pada pasal kesekian yang tak harus saya ungkap pasal demi pasal. Berbeda dengan kitab-kitab lainnya, kitab lempap lebih tersusun secara acak, seacak susunan tulisan ini.

Setelah mempelajari isi demi isi pasal demi pasal dalam kitab lempap, maka ilmu cocoklogi ala pembeli lotre buntut yang telah dimodifikasi itu, baru kali ini saya temukan hubungan antara para steempap yang terangkai di promosi Meet Pap 2018 para generasi @pap dan generasi @zeds.

Presiden lempap yang menjadi “leader of community” itu memang susah ditebak dari segi apapun bahkan pilihan kopi yang diminumnya, yang menentang kopi pahit nan hitam itu hanya demi petani dan buruh pabrik di industri gula. Ini sudah dibahas panjang lebar oleh @sangdiyus dalam tulisannya. Bagi saya itu menarik semenarik pertemuan pertama saya dengan paduka yang mulia presiden lempap itu. Di warung kopi, ya di warung kopi walau kami berada di negeri sultan yang masih bertahan monarchy nya di abad 20 ini. Raja sabi namanya, tempat berkumpul para pembelajar yang berjuang agar lolos dari pertanyaan KAPAN SELESAI KULIAH dan KAPAN NIKAH ini.

(Source : Dokumentasi Pribadi)

Sorot matanya yang tajam dengan sebatang rokok dimulutnya membuat saya penasaran siapa gerangan “si gondrong” ini. Saya memilih antara seniman atau “seneuwen” kawan ini??? Tak berapa lama dan tak harus menunggu waktu lama bagi kami untuk saling menyapa dan duduk dalam satu meja, tentunya tak selama MILEA menunggu PHP nya DILAN yang hanya dirayu dengan harapan palsu namun tak dinikahi itu. Tidak, kami tak sebodoh MILEA itu dalam memanfaatkan waktu.?! Begitulah pertemuan pertama dan menjadi awal pertemuan-pertemuan lainnya.

Belum lagi cerita menarik lainnya tentang Paduka Yang Mulia itu walau saya sendiri malas memanggil sebutan yang sama sekali tak pernah tersebut dikalangan lempap itu, akan tetapi saya mencoba mensematkan sebutan itu melihat gaya Sukarno yang ingin mengumpulkan 10 anak muda untuk mencabut akar semeru. Bayangkan apa yang dihasilkan presiden lempap, mengumpulkan anak muda dalam Gerakan Surah Buku walau bukan ingin mengkudeta kesultanan seperti sebutnya kala itu. Belum lagi banyak penggemar rahasianya karena kelempapan tulisannya di kalangan steempap, padahal dia masih anak baru yang dicap “kiri” sebagai BOCAH TUA NAKAL yang terlihat seperti steempap oposisi itu. Jika Anda ikutan men cap maka Anda telah termakan racunnya yang terkenal mematikan itu. Yang membuat “pungoe nahwu” karena tak habis mempelajari @kitablempap maha karyanya itu. Hati hati.!!

Kembali ke cerita yang menjadi cerita rakyat pap yang melegenda, bahwa pada suatu masa di titik nol kilometer di negeri yang dipimpin sultan bergelar khalifatullah ngayogyakarta, ada segelintir orang yang tetap duduk dalam kerumunan masa yang saling berperang ala anak alay dalam tradisi tawuran tanpa bergeming sedikitpun. Butuh nyali lebih bahkan mungkin kepala otak yang lebih untuk tetap santai dengan tarikan rokok dimulutnya. Presiden lempap ini termasuk manusia yang kental mengalir darah aceh yang berjuluk “bangsa teuleubeh ateuh rueng doenya” itu. Saya pernah berhipotesis akan sikapnya yang sok-sok an punya dua nyawa. Saya analisa dengan metode kualitatif yang deskriptif, ada apa gerangan isi otaknya? Dengan sedikit usaha tanpa harus menjadi peminum kopi pahit nan hitam yang dibencinya itu, saya temukan jawabannya bahwa hipotesis saya langsung terlempar dalam sudut keramaian malioboro yang tak pernah sepi oleh masa alias hipotesis saya tertolak. Jadi ada apa gerangan yang membuatnya tak gentar ala Teuku Umar? Mungkin karena lidahnya lebih mudah menikmati @bookrak ketimbang gudeg yang terkenal itu.!

“keu peu ta plueng, lam masa konflik mantoeng hana ta plueng. Duk.. duk.. bek goyang adinda..!!”
(“Kenapa kita harus lari, dalam masa konflikpun kita tak pernah lari. Duduk.. duduk.. Janganlah kau ragu adinda!)

(Source Sesaat Sebelum Tawuran : dokumen @bookrak)

Presiden lempap memang beda. Bahkan saya belum memahaminya. Turunan ilmu dalam kitab lempap pun menjadi beberapa mazhab berbeda. Ada lempap garis lurus dan ada lempap oposisi. Dalam hal ini saya bukan keduanya. Saya ingin ada mazhab baru dalam memahami kitab lempap yang habis terjual sebelum berhasil dicetak itu.

Sikapnya yang dianggap terlalu “kiri” oleh kelompok yang terlalu “kanan” sungguh terlalu ROMA.! Saya memahaminya sebagai turunan dalam kitab lempap pada pasal-pasal permulaan yang menjelaskan bagaimana menjadi lempap yang bebas dan beretika walau tak serunut etika kelompok garis “kanan” yang terlihat masih bisa diamandemen dalam kepala otaknya.

Jadi jika presidennya saja susah ditebak sebegitu rupa, maka steempap pun tak kalah anehnya.! Silahkan saja membaca keanehan di halaman steemitnya. Ini bukan mengajak @kurator dan para steemiian menemukan keanehan mereka akan tetapi mengajak steemians lainnya melihat @kitablempap dari posisi yang lebih dekat. Agar tak tersesat apalagi "pungoe nahwu" dalam memberi cap.!
Salam lempiep..!! 22 Feb 2018