Otak Seks #8: "Ih! Porno!"

in #indonesia7 years ago (edited)

2016-11-09 11.32.09.jpg

Seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun duduk di depan kedua orangtuanya yang barangkali sedang dilanda rindu. Mereka saling tertawa tersenyum, berpegangan tangan, berpelukan. Anak kecil itu memperhatikan mereka dan sesekali ikut serta bermanja mencari perhatian. Senang sekali rasanya melihat mereka, bahagia yang terpancar membuat saya pun turut tersenyum.

Lalu tiba-tiba, ayah anak tadi mencium pipi istrinya. Sang istri tersipu malu hingga pipinya memerah. Anak kecil tadi tercengang dan melotot, dan kemudian marah. "Papa mama porno, ih!", teriaknya keras hingga membuat semua yang sedang berada di sekitar terkejut.

Saya hampir saja memuntahkan seisi minuman di mulut. Terkejut sekaligus mau tertawa. "Aduh, Nak! Itu tidak porno, itu kasih sayang papamu untuk ibumu. Siapa yang ajari kamu, sih? Kok bisa-bisanya berpikir demikian?", pikir saya di dalam hati.

Jadi teringat dengan seorang anak seumur anak tadi, yang tinggal di dekat rumah. Anak lelaki kecil yang menggemaskan dan sangat berani. Suatu hari, dia pernah datang ke rumah ditemani oleh pengasuhnya. Dia mencari anak saya yang paling kecil, Nanda, yang usianya juga pasa waktu itu seumuran.

Begitu bertemu Nanda, anak itu langsung memegang tangan anak saya dan menuntunnya untuk duduk di hadapan saya. Saya cengar cengir saja melihat mereka. Lucu banget!

"Tante, saya suka sama Nanda. Nanda cantik. Saya mau pacaran sama Nanda. Nggak akan diapa-apain kok, tante. Suer! Saya janji Nanda akan saya jaga. Saya nggak akan macam-macam. Nggak akan ada porno-pornoan, nggak boleh...," tiba-tiba anak itu berbicara dengan kesungguhan hati dan mata serta raut wajah yang serius.

"Aduh, Gusti! Umur seuprit begini sudah bisa bicara begitu? Ya ampun!", saya terkesima dan tidak sanggup bicara, hanya dalam pikiran saya sendiri saja.

Rasanya, waktu saya masih kecil, belum mengerti apa itu porno. Jangankan naksir, duh, yang dipikiran cuma baca buku, gambar, dan main saja. Sama sekali tidak paham soal begitu-begitu. Melihat orang tua saling bermesraan dan cium pun biasa saja, setiap pagi mau berangkat kantor dan sore atau pulang kantor, papa pasti mencium mami. Ya, kakek nenek, keluarga, tetangga, orang tua yang lain juga serig saya lihat melakukan hal yang sama. Biasa saja. Tidak ada terpikir bahwa itu adalah porno.

Sampai saat ini, saya masih berpikir soal batasan porno. Apa yang dimaksud dengan porno sebenarnya?! Setiap orang pasti memiliki asumsi dan persepsi masing-masing, karena memang kita hidup memang dengan asumsi dan persepsi. Setiap apa saja yang kita lihat, dengar, rasakan, pikirkan sangat tergantung pada persepsi dan asumsi masing-masing. Bahkan apapun yang juga kita perbuat dan katakan, yang kita tuliskan, uraikan, gambarkan, semuanya adalah berdasaekan asumsi dan persepsi. Wajar jika kemudian benar atau salah atas sesuatu bisa dipandang berbeda, ya sekali lagi, tergantung pada asumsi dan persepsi masing-masing.

Oleh karena itu, maka sebaiknya memang ada kesepakatan, seperti pada matematika, di mana semua sepakat dulu bahwa yang digunakan adalah 1+1=2. Jika mau berdebat, silahkan tetapi khusus pada kepentingan dan waktu tertentu saja. Voting? Wah, ini masalah besar! Sebab belum tentu hasil dari voting itu benar mencerminkan kesepakatan yang sebenarnya. Voting menurut saya adalah cara berdemokrasi yang paling buruk, hanya jalan pintas dan instant. Mayoritas penduduk tidak memilih pada pemilu, hanya 30 persen saja yang mencoblos, lalu dia menang 60 persen, maka sesungguhnya dia hanya menang 16 persen suara dari total pemilih. Kalau dilegitimasi, yah jangan heran bila terus banyak yang protes dan melawan. Itu sebagai contoh saja. Dalam hal porno ini, sebaiknya musyawarahkan saja, agar benar-benar terjadi kesepakatan, paling tidak di lingkungan keluarga sendiri.

Ada beberapa hal yang sebaiknya dipertimbangkan jika ingin mengajarkan dan mengambil kesepakatan atas soal porno ini. Pertama, jangan jadikan porno sebagai subjek atas seks. Ketika seks dijadikan objek atas porno, maka yang dipikirkan hanya sisi negatif dan keburukan dari seks saja, penilaian pornonya sendiri menjadi tidak objektif. Apapun yang berbau seks, bisa menjadi porno, padahal tidak. Mempelajari hubungan dan perilaku seks makhluk hidup, apa porno?!

Kedua adalah soal kasih sayang dan cinta. Bentuk ungkapan rasa kasih sayang dan cinta bisa bermacam-macam. Mencium adalah salah satunya. Kita pun bisa mencium anak, saudara, orang tua, pasangan, sebagai ungkapan atas rasa cinta dan kasih sayang kepasa mereka. Tidak kemudian berarti bahwa ciuman itu pasti nafsu, kan? Nah, bagaimana kemudian membedakannya?! Batas porno atas ciuman ini di mana?! Coba kita pikirkan sama-sama, ya!

Tujuan saya sebenarnya adalah untuk mengajak semua berpikir tentang kata "porno" itu sendiri. Kita tidak bisa selalu memvonis begitu saja, apalagi mengajarkan anak sedemikian rupa, belum pada saat dan waktunya pula. Kasihan anak bila sudah dijejali oleh asumsi dan pemikiran kita, yang membuatnya kemudian sulit untuk bisa berpikir lebih luas dari segala sudut pandang. Baru satu kata porno saja bisa kemudian merembet ke kata-kata yang lainnya. Berapa banyak sudah kata yang dipaksakan arti dan maknanya kepada anak? Bukankah kita ingin anak menjadi anak yang bijaksana dan adil dalam berpikir, juga berwawasan luas?!

Allah sendiri tidak pernah memaksakan kita, tetapi mengajarkan dan mengarahkan. Allah membebaskan kita untuk berpikir, berasumsi, dan berpersepsi, berpendapat, dengan diberikan batasan-batasan tentunya. Batasannya antara lain, tidak munafik, tidak dusta, tidak membuat permusuhan, tidak berlebihan, tidak merusak, tidak egois, tidak memaksakan kehendak, dan lain sebagainya. Soal penilaian, Allah mempunyai cara sendiri untuk menilai, tidak ada yang pernah tahu. Begitu juga dengan kital kita bisa menilai sesuai dengan peesepsi dan asumsi kita yang terbatas ini, namun apakah sudah benar adil dan bijaksana?

Yuk, mari kita sama-sama memikirkannya. Jangan sedikit-sedikit "Ih! Porno" dan lalu memberikan hukuman. Mengerti adalah pekerjaan yang paling sulit, meminta dimengerti itu yang mudah. Mengerti butuh proses, kesabaran, ketulusan, kebesaran jiwa, keadilan, kebijaksanaan, dan cinta tentunya. Cobalah untuk belajar mengerti, jangan hanya merasa sudah mengerti dan pengertian. Dunia ini sudah semakin tua, sudah sepatutnya kita sebagai manusia pun bisa belajar semakin adil, bijaksana, dan dewasa.


"Bunga mekar di tirai hujan,
Tetap bersemi walau kabut menerpa,
Tanpa ragu, takut, atau gundah gulana,
Tak peduli meski tiada yang memuja...

Negeriku elok dipenuhi aneka bunga,
Banyak yang layu sebelum berkembang,
Penguasa, pendusta, mulut kasar berbisa telah membinasakan asa,
Menghapus hati dan nurani lewat sejuta alasan keadilan dan kemanusiaan yang jauh dari keberadaban.

Ingin hati berbuat selain mengucap doa,
Daya hanya mampu berpegang teguh keyakinan,
Allah tidak pernah ingkar atas janjiNya,
Semua yang terjadi penuh arti dan makna...

Bunga tercantik tetap tunduk padaNya,
Berseri menebar ibadah keharumanNya,
Siapa mampu menebak semua perkara?
Bila bunga lebih mampu mengerti, manusia manakah yang sesungguhnya mampu?"


Semoga bermanfaat!

Bandung, 25 September 2017

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

Foto: Karya pribadi

Sort:  

hahahahahahaha lol, hampir terkecoh dari judul diatas, sangat luar biaasa anda memiliki bakat yang bagus @mariskalubis, Until now, I still think about the limitations of porn. What is porn really ?! Each person must have their own assumptions and perceptions, because we live with assumptions and perceptions. Anything we see, hear, feel, think depends on each other's perceptions and assumptions. Even whatever we do and say, what we write, describe, describe, are all assumptions and perceptions. It is natural that then right or wrong for something can be viewed differently, yes again, depending on the assumptions and perceptions of each. terimaksih sudah memberikan sedikit pencerahan hari ini, salam sukses dari saya @mahrizal

Hahaha... semoga beemanfaat... salam hangat selalu...

Ingin hati berbuat selain mengucap doa,
Daya hanya mampu berpegang teguh keyakinan,
Allah tidak pernah ingkar atas janjiNya,
Semua yang terjadi penuh arti dan makna...

Terima kasih... hehehe

Sangat bermanfaat...
Terimakasih telah berbagi. @mariskalubis

Sama-sama, terima kasih juga @amat

Sesuatu yang mudah untuk di baca, namun penuh makna. Sebuah Pr ini buat saya mbak @mariskalubis, terutama dalam hal edukasi, karena masih banyak kata " Tabu" jika kita bicara mengenai porno. Tapi saya sangat setuju dengan kalimat " Tidak semua yang berbau seks itu porno".
Semua kembali pada cara pandang kita lagi, ibarat sebuah gelas, setengah terisi dan setengah kosong.

Semoga bunga mekar pada saatnya.

Foto, tulisan, puisi, benar- benar excellent.

Memang tidak mudah mengubah cara berpikir dan sudut pandang.., sekes itu sendiri dulu ditabukan karena kalau tidak matang, dewasa, dan punya wawasan luas tidak akan sanggup utk mempelajarinya dengan baik. Jadinya salah kaprah... setengah2 ya gitu, jadinya seks pun dijadikan objek pikiran porno.

Terima kasih dan salam hangat...

Sungguh tulisan yang selalu enak dibaca dan dijadikan referensi untuk saya menjadi penulis yang baik.

Amin.... terima kasih...

Sangat menakjubkan mbak @mariskalubis

Terima kasih banyak yah...

Kejadian anak kecil yang memegang tangan Nanda, dan berbicara layaknya orang dewasa, apakah itu benar dan nyata teh @mariskalubis ?

Iya beneran hahaha... sampai saya laporan ke orang tuanya...

Sungguh luar biasa... ckckck
Akibat ikut nimbrung nonton sinetron ini mah

Iya... sinetron ditonton belum pada waktunya...

Ceritanya menarik. Asik dibaca.

Terima kasih dan semoga bermanfaat...

@mariskalubis Well done for sticking at it! Love it. Followed..

Luar biasa kk, tulisan yg cukup menarik...

Terima kasih...

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 58833.91
ETH 3155.94
USDT 1.00
SBD 2.44