Cara Berbusana Mencerminkan Jati Diri
Sarapan di Baron Beach Hotel Pattaya
Setelah Bercerita panjang lebar tentang tempat mana saja yang patut dikunjungi saat berwisata di Thailand, Selanjutnya Fero si pemandu wisata bercerita tentang kuliner. Di Thailand yang mayoritas penduduk nya beragama Budha memang sulit untuk menemukan restoran-restoran berlebel halal. Maklum saja, jumlah muslim disini hanya 5%. Namun, Fero menjamin restoran yang direkomendasikan olehnya menyajikan masakan khas Thailand yang berlabel halal.
Amir Halal Food, salah satu restoran berlabel halal di Pattaya, Thailand
"Nah, untuk soal makan. Makan siang dan makan malam, tempat-tempat yang saya rekomendasikan saya jamin kehalalannya. Masakannya pun masih khas Thailand, seperti Tom Yam. Tapi untuk sarapan, ini saya minta maaf. Karena kita sarapannya di hotel, yaa kalian tahu sendiri menunya menu internasional. Jadi kita harus pandai-pandai milih menu. Paling lauknya yang bisa konsumsi itu telur dadar atau mata sapi atau mau sarapan pakai roti selai. Pokoknya pandai-pandai milih lah" Jelas Fero.
Cerita sebelumnya: Fero, Si Pemandu Wisata Yang Penuh Totalitas
Ada satu cerita menarik saat saya akan melakukan sarapan. Seperti yang dikatakan oleh Fero, kalau sarapan yaa di hotel. Saya mengambil piring, sudah pasti saya isi dengan nasi terlebih dahulu. Lalu pilih lauk. Terlihat ada sosis, namun ada foto babi dibawahnya, lewat. ada sosis cincang, ada foto babi juga dibawahnya, lewat. Ada ayam goreng, namun saya ragu apakah ayamnya ada proses penyembelihan atau tidak, lewat lagi. Lalu ada telur dadar, ambil garfu, colok, isi ke piring. Ditambah saus tomat, saus cabe, beranjak ke meja makan duduk menghadap meja menu dan santap.
Sembari menyantap sarapan, terlihat penghuni hotel lalu lalang didepan meja menu. Sekilas saya mendengar omongan mereka berbahasa Indonesia, beraksen Sunda. Oh, Indonesia juga dalam hati saya.
Wisatawan dari Bandung ini rata-rata menggunakan jilbab bagi yang wanitanya. Menurut saya sudah pasti mereka Muslim. Ah, Kenapa saya perhatian sekali kepada orang-orang Bandung ini? Ya sudahlah, saya terlanjur memperhatikan mereka. Lalu tak luput dari perhatian saya, seorang ibu-ibu berpakaian sopan, memakai jilbab mengisi nasi ke piring, memilih menu makanan, uupps, dia mengambil sosis babi. Saya terbelalak. Saya beranjak dari tempat duduk dan menghampiri ibu-ibu itu.
"Permisi bu" saya memulai pembicaraan. "Ibu doyan makan babi ya? upss, pertanyaan ini masih dalam hati. "Buk, itu sosisnya sosis babi. Itu lihat, ada gambar babi" sambung saya.
"Hah? Astagfirullah!" Si Ibu terperanjat. "Ya Allah, terima kasih ya dek. saya gak liat foto babinya, hampir saja". sambungnya sambil meletakkan piring di meja menu dan mengganti dengan piring lain.
"Sama-sama bu, saya lihat ibu pakai jilab, pasti Muslim. Gak mungkin kan Muslim makan babi" saya sambung.
Dari sini pembicaraan kami berlanjut ke sekedar perkenalan. Ibu ini senang sekali ada orang senegara dan seiman untuk bisa membantu hal-hal seperti ini. Dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran, kalau saja ibu tadi tidak mengenakan busana Muslim mungkin saja saya tidak mengahampiri ibu tadi untuk diperingati.
Nah, demikianlah cerita saya kali ini. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.