Tanggapan saya pada debat klasik heboh antara para wanita yang pro-Karir dengan "full time moms"

in #indonesia6 years ago

Saya yakin banyak dari kita yang sering mendengar kalimat begini:

“Sia-sia amat ya sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya cuma jadi Ibu RT dan ngurus anak doang? Punya banyak ilmu rugi amat nggak bisa dimanfaatkan, mending nggak usah sekolah aja sekalian, buang2 duit dan energi aja.”

Well, saya cuma punya satu balasan untuk ini:

Sejak kapan yang namanya memiliki banyak ilmu itu merugikan dan sejak kapan pengetahuan itu tidak ada manfaatnya?
Apakah tujuan orang sekolah saat ini memang cuma untuk dapat ijazah dan buat nyari kerjaan doang? Apakah manfaat ilmu pengetahuan itu cuma bisa diukur dari banyaknya duit yang bisa dikumpulin dengan bantuannya?
Jadi bukannya lagi untuk membuat pikiran dan perspektif kita menjadi luas?

Kalau memang tujuannya cuma untuk nyari ijasah, yeah…
pantas aja deh jaman sekarang ada begitu banyak orang dengan titel berderet tapi pikirannya picik, sempit kayak katak dalam tempurung dan begitu kolot serta ignoran.
Last but not least, ada ucapan satu narasumber saya untuk buku KKC yang sangat saya suka karena saya anggap sangat mengena, sehati sama saya dan saya rasa layak jadi renungan banyak orang tua khususnya kaum wanitanya, yaitu ini:

“Adakah pengasuh, pembimbing dan pendidik pribadi harian yang lebih baik lagi buat anak kita, selain ibu kandungnya sendiri yang punya kompetensi mumpuni dan berpendidikan tinggi? Lebih baik mana dengan membiarkan tumbuh kembang mereka dibawah asuhan utama dari orang bayaran yang adakalanya bahkan ijasah SMP aja belum tentu punya, apalagi hanya untuk ditukar dengan pekerjaan yang hasilnya setelah dipotong biaya bayar pengasuh belum tentu sebanding nilainya dengan pengorbanan yang diberikan ( seperti: waktu, energi, serta masa2 berharga bersama anak yang takkan terulang)?”

Well, saya disini ngga bermaksud merendahkan peranan asisten RT ataupun mereka yang tidak bersekolah tinggi, apalagi mencela mereka para wanita yang suka berkarir diluar rumah.
Not at all…
Saya cuma ingin memberikan perspektif lain bagi para wanita yang tak jarang merasa terintimidasi oleh ucapan-ucapan nyinyir macam diatas dari lingkungan sekitarnya.

Setiap kali saya melihat perseteruan antara kaum “pro-karir” dengan “ibu RT” yang begitu seru dan kadang bahkan ganas-ganas komennya, saya merasa semua itu sangatlah konyol dan seringkali argumen-argumennya juga sungguh absurd dan intinya cuma saling melecehkan saja.

Ada banyak alasan kenapa seorang wanita berkarir aktif setelah berkeluarga dan memiliki anak.
Tidak sedikit yang melakukannya lebih karena tuntutan keadaan. Walaupun memang ada juga yang melulu karena ambisi, yang mana menurut saya juga bukan sesuatu yang secara prinsip pantas dianggap negatif ataupun disalahkan.
Kata siapa ambisi cuma boleh dimonopoli oleh laki-laki coba?

Dan bukankah tanpa adanya wanita pintar yang punya ambisi, kita tidak akan punya tokoh-tokoh macam Angela Merkel, Indira Gandhi, Sri Mulyani, Bu Menteri Susi, Bu Menteri Retno dst?!
Hanya saja, sampai pada titik tertentu, saya pikir sebaiknya kita tanya pada diri sendiri dalam hal ini, apakah “membentuk keluarga dan memiliki anak” memang adalah pilihan yang tepat untuk hidupnya.

Bukankah kalau memang mengaku dirinya wanita independen yang mumpuni, seharusnya kita juga cukup mandiri dan berani untuk tidak membiarkan orang lain … meskipun itu keluarga sendiri … memaksakan pilihan, target, ataupun value tertentu pada kita, seperti misalnya dalam urusan ‘jodoh dan anak’,
jika itu membuat hidup kita sendiri bukannya bahagia dan “content”, tapi justru malah cenderung menjadi ‘terbebani’?!?

Sementara disaat yang sama juga menyeret individu lain: yaitu sang partner dan bahkan anak-anak yang pada dasarnya nggak pernah meminta untuk dilahirkan, jika akhirnya hanya harus menerima nasib untuk di “nomor sekian“-kan atau yang lebih parah lagi: “ditelantarkan”?!

Bagi mereka yang bisa menjaga adanya cukup keseimbangan, tentu lain lagi persoalannya ya …

Sebaliknya pula bagi yang kebetulah tidak memiliki peluang untuk menerapkan ilmu akademik dan keahliannya didunia profesional setelah memiliki anak, tak ada perlunya juga berkecil hati apalagi sampai merasa terintimidasi oleh nyinyiran orang kurang kerjaan.
You, as a highly educated and knowledgeable mother, are definitely the best teacher, carer and baby sitter your children could ever get.
So there is nothing to regret at all for spending so much time and effort in studying.

Ilmu pengetahuan itu ngga ada masa kedaluarsa, ngga akan basi, dan akan selalu ada manfaatnya, setidaknya jika kita memang benar-benar memahami apa intisari dari ilmu itu sendiri.

Tak ada alasan apapun yang layak bagi siapapun untuk nyinyirin para wanita yang memilih untuk menjadi “stay home Mommy“.
Emangnya kita ini siapa sih, sok tau amat dengan apa yang bikin orang lain bahagia ataupun susah?
Kalau kondisi finansial yang bersangkutan memang mengijinkan untuk bisa hidup layak dengan satu pencari nafkah aja, sementara yang bertugas nyari duit aja juga nggak komplen, lantas apa pula urusannya dengan orang lain?
Ngga semua wanita yang menjadi “stay home Mom” itu merasa ngga berguna cuma karena nggak menghasilkan duit lho, apalagi merasa ditekan oleh pasangannya.

Lagipula, kata siapa pekerjaan itu harus selalu berarti tiap hari ngantor?
Itu pikiran kuno. Jaman digital begini, yang namanya “home office” itu bukan hal yang luar biasa lho.
Coba aja ya: ada berapa banyak wanita bekerja yang kita kenal, yang bisa punya tabungan nyaris 30000 USD cuma dalam tempo setahun? Steem saya kalau ditarik hari ini, dapet segitu lho... padahal cuma hasil dari sesekali ngoceh disini sambil dolanan sama teroris kecilku. :-D
Itu cuma satu contoh aja, masih banyak cara orang untuk nyari duit tanpa harus ninggalin rumah. ^_^

adult-2841064_1920.jpg
Image source: pixabay

Orang yang kreatif ngga akan kenal kata "bosan" dalam hidupnya, hanya karena ngga bisa ngantor 8 jam sehari, 5 kali seminggu. Lagian, kata siapa sih bahwa “sukses dan performance” itu cuma bisa dinilai dari banyaknya uang ataupun piagam/piala yang dikoleksi?
Mengutip kata suami saya: “Dein Wert hat nichts mit Geld bzw. Arbeit zu tun”.
(Nilai dirimu tidak ada hubungannya dengan duit ataupun pekerjaan).

money-1874723_1920.png

Image source: pixabay

Karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk memiliki “self-esteem” yang rendah hanya karena ngga menyetor duit ke kas rumah tangga, jika memang keadaan finansial tidak memaksa kita untuk bekerja.
Orang hidup ngga harus mendongak terus kan ya?!
Kalau hobinya mendongak ketinggian melulu sih, mau sampe kiamat juga pasti akan selalu ada yang kurang lah hehehe.
Jadi, sepanjang kondisi finansial sudah bisa dibilang “cukup”, mestinya status ‘bekerja’ ataupun ‘tidak bekerja’ tidak perlu menjadi isu, apalagi sampai dibiarkan menjadi beban pikiran, seramai dan semeriah apapun omongan orang disekeliling kita.
Aktivitas dan kesibukan untuk mengisi waktu luang (yang berlebihan) itu kan nggak selalu harus diwujudkan dengan karir yang membawa duit.

Jadi kesimpulannya:
“Jika haus akan ilmu, belajar sajalah terus sebanyak yang diinginkan, baik itu di bangku sekolah ataupun diluar lingkungan akademis.
Ilmu bisa diperoleh dari mana saja dan belajar itu nggak mengenal umur, status ataupun gender.
Tak perlu pula memusingkan apakah nantinya ilmu yang didapat itu semuanya bakal menghasilkan duit atau nggak, karena orang yang benar-benar berilmu (bukan sekedar pengoleksi ijasah lho), itu tidak akan pernah merugi.”

Sampai jumpa lagi lain kali 😉

Sort:  

Bravo! Stand up for "mommy J"! Couldn't be agree more. Kids jaman now punya mamah full time ber- ijazah PhD tp uangnya Steem dollar. 😁😂

Hahahhahahah ttttooooooooooosssss!

perdebatan seperti ini akan selalu ada sampai kiamat nanti seperti adanya siang dan malam ,ayam dan telur,tinggi dan pendek ,kaya dan miskin...kita akan bicara sesuai dengan pengalaman pribadi masing masing dan kita punya alasan sendiri....alasan yang jujur maupun sebaliknya
panjang kalau di bahas ...yang penting jujur ,realistis dan realestate udah ya mbak maaf ....saya mulai ngawur...hehehe ( cairin mbak..e ..cipratin buat saya sedikit ....hehehe ..lol)

Makanya, jadi pengen ketawa malah kalau baca orang2 yyg bertengkar gara2 ini di sosmed LOL.

Schade, dass ich deine indonesischen Beiträge nicht verstehe.
Die sehen interessant aus :P

Ich bin am Überlegen, eine englische Version zu posten. Vielleicht mache ich es auch, sobald ich wieder di Gelegenheit dafür bekomme.
Jetzt upvote ich erstmal alle und beantworte die Kommentare. Die Kleine lässt mir kaum Zeit übrig. :-D

Well, I believe this post is all about money even though I didn't get to understand the language.... I wish you a happy money making as you Steem!

Not particularly about money, but has a relation with it. :)
It's about women and career.

Use translator brother..its agood post..realistics

Postingan yang menarik..kebanyakan orang hanya melihat dari fisik saja.kita dikatakan sukses jika banyak uang dan materi padahal, orang yang sehat lahir dan batin. Artinya dia tidak iri apalagi dengki..sukses juga buat anda mbak@kobold-djawa.

Terimakasih, sama-sama.
Yah begitulah kebanyakan manusia, kebanyakan cuma melihat hasil jangka pendek dan yang sifatnya materiil saja, yg bisa dilihat dan dipegang gitu deh.

Saya seorang Ibu Pekerja, dan memiliki 3 putri (kelas 5 SD, kelas 3 SD, kelas 1 SD) dan 1 putra (ulang tahun yg ke-2 hari ini). Alhamdulillah saya masih bisa paham betul tugas, hak atau kewajiban saya sebagai istri dan juga sebagai Ibu. Alhamdulillah anak-anak saya sehat, selalu masuk rangking 2 besar. Tiap pagi masih buat bekal untuk anak-anak sekolah. Kecuali kalau isi kulkas lagi tidak ada yang bisa diolah baru deh beli. Saya juga masih sempat meriksa isi tas, isi kotak pensil anak-anak, ada pensil yang belum diraut kah, buku-buku udah lengkap kah? dalam satu minggu juga lebih sering masak, kebetulan kami belum ada Asisten Rumah Tangga. Memang pernah juga beli makanan yang udah jadi tapi jarang, kalau beli itu karena udah capek banget.
Bukannya mau berkeluh kesah atau mau pamer atau mau bilang aku juga bisa lho melakukan segalanya seperti Home Stay Mom, cuma kayaknya yaah kita saling menghargai aja dengan pilihan dan keadaan orang lain. Yang jadi Home Stay Mom ngak perlu underestimate lah sama kami yang juga bekerja di luar rumah, jangan beranggapan kami tidak bertanggung jawab, lebih banyak ngabisin waktu diluar daripada sama anak-anak, dan apalah-apalah. Yang wanita Ibu Pekerja juga jangan suka menyepelekan atau memandang rendah Ibu Rumah Tangga, jangan beranggapan mereka itu di rumah "tidak bekerja", yang kenyataannya pinggang hampir putus karena kerjaan ngak beres-beres, baju di mesin cuci aja udah 2 hari ngak kejemur. Resep udah penuh di notebook, tapi yang sempat dikerjain telur ceplok lagi, hufffff.
Jadi intinya saling menghargai, saling menghormati ya Beuatifull Mom Semuanya. Salam Kenal Buat Kalian Semuanya, buat yang baru jadi Mom welcome to the Party yaaaaa

Kalau mbak memahami isi artikel saya dengan baik, tentu mbak akan tahu bahwa saya tidak pernah menganggap dan mengatakan bahwa ibu yang bekerja di luar rumah itu merupakan ibu yang menelantarkan anak. ^_^
Ada banyak alasan kenapa wanita memilih bekerja dan kenapa ada yang tidak, dan apapun itu alasannya, yang jelas itu adalah urusan pribadi masing-masing, orang luar tidak berhak untuk ikut campur dan berkomentar menghakimi.
Karena apapun keuntungan, resiko aka efek apapun yang dialami dia dan keluarga, toh itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan yang dilakukan oleh pihak yang bersangkutan sendiri dengan sadar.
Seperti yang sudah saya tulis didalam artikel ini, inti dari tulisan saya tujuannya adalah untuk memberikan perspektif lain bagi para "stay home mom" agar tidak lagi perlu merasa terintimidasi dan rendah "self esteem"nya hanya karena tidak bisa memanfaatkan "koleksi ijazah"nya untuk mencari duit.
Jadi saya sebenarnya malah sedang tidak membahas para wanita karir.

By the way, tapi tentu aja terimakasih sudah brbagi pengalamannya disini :).
Turut senang mendengar mbak sukses mengatur waktu dan menjalani kedua peran dengan baik, karena tidak semua orang mampu.
Tapi d Asia ada faktor lain jg yg bsangt menolong lho, yaitu adanya support daro orang sekeliling. Banyak yang pada bisa nitip anak pada ortu, dan baby sitter 24 jam di sana ngga terlalu mahal, hehe...

Ulasan yang bagus. Saya sangat setuju dengan kata2 anda. Memang tidak semua yg berilmu harus bekerja. Tapi kadang kebanyakan mereka lebih mementingkan keluarga.

Iya, setiap orang punya alasan. Tak sedikit yang cuma karena keadaan juga, mau tidak mau harus ikut kerja supaya ngga cuma asap dapur bisa ngepul tapi juga demi bisa menyekolahkan anak-anak sebaik mungkin.
Pendidikan mahal kan.
Jadi kalau memang ekonomi sudah terjamin, keharusan untuk kerja diluar rumah kan nggak ada lagi toh.
Bersyukurlah orang yang bisa punya pilihan, jadi ada urusan apa orang lain pake ngomongin yang nggak-nggak.

yaa mbak semua juga tergantung ekonomi keluarga. JIKa memang sudah bagus kan mending istri dirumah aja mengururus keperluan keluarga. jika MEMANg ekonomi sulit maka istri juga harus berperan penting untuk membantu suami agar hidup lebih baik.

Akhirnya saya bisa singgah di sini. Rupanya master women pada ngumpul ditulisan @kobold-djawa. Sukses untuk semuanya.

salam pak dsatria mohon maaf saya mau nanya .
apa boleh sebaiknya SBD di simpan (savings) ? gmn pak mohon bimbingan.
dan mohon di bantu upvote.
terima kasih.

Dengan mempunyai ilmu kita bisa berbagi kepada masyarakat yang masih awam,😊👌

Minimal, orang yang berilmu mestinya tidak akan membawa kerusakan pada sekitarnya :)

pada dasarnya semua perempuan itu hebat
baik wanita karir maupun ibu rumah tangga
sama-sama memiliki tanggung jawab yang besar sesuai profesi dan status masing-masing

Betul... karena setiap pilihan selalu ada konsekuensi. Dan setiap orang dewasa harus siap dan sanggup menanggung segala konsekuensi dari pilihannya sendiri hehehe.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.029
BTC 61604.80
ETH 3444.70
USDT 1.00
SBD 2.50