Air Mata Ayah Ditiang Gantungan Part 2

in #indonesia7 years ago (edited)

Episode 2... Air Mata Ayah Ditiang Gantungan.


(Oleh : Ilyas Ismail)


Latar poster

Waktu tak terasa, tahun pun telah berganti. Setahun setengah lamanya kepergian Hasbi merantau ke negeri jiran Malaysia. Maimunah masih saja dihantui oleh kerinduan kepada suaminya yang tiada kabar berita. Tidak ada isyarat apapun tetang keadaan suaminya di Malaysia, bahkan selembar surat pun tak pernah diterima Maimunah.


Bayang-bayang wajah suaminya tercinta selalu mengisi lamunan Maimunah.”Ya tuhan, setahun setengah sudah Bang Hasbi marantau, tapi kenapa sampai hari ini, Bang Hasbi tak pernah menghubungi kami,” keluh Maimunah, padangan matanya yang bebinar tertuju kesebuah potret perkawinan mereka yang terpasang di dinding dalam bingkai yang mulai usang.


Sementara anak simata wayangnya Ratna Juwita dengan tinggkahnya yang semakit lucu dan gesit. Mulutnya mulai berkata,”mama...mama...ayah..ayah..” ketika kata-kata ayah tersebut dimulut Ratna, Maimunah terpaku hanya mempu menjawab,”sabar nak, ayah mu sedang mencari rezeki di Negeri seberang, tidak lama lagi dia akan pulang nak!,” cetusnya, diiringi deraian air mata.


Meski tidak ada kabar burung pun tetang suaminya, wanita tangguh ini tak pernah berputus asa. Ia hari-hari terus bekerja untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Dipagi hari sebelum Maimunah berangkat bekerja sebagai penanam padi di sawah warga kampungnya. Ia selalu dituntut untuk mengurusi putrinya.


Meninabobokan anak semata wayangnya memang sudah kodrat bagi seorang istri yang baik. Menyusui anak dengan Air Susu Ibu (ASI) selama dua tahun penuh sudah menjadi tradisi di keluarga Maimunah. Apalagi kondisi perekonomiannya yang sulit, tentu tidak mampu untuk membeli susu, ASI lah yang lebih baik.


Mata Ratna sembari menikmati ASI, pelan-pelan terpejam dipangkuan ibunya. Ratna telah menjadi kebiasaan tidur dalam ayunan kain sarung dengan besi per yang mulai berkarat. Bait demi bait syair telah menjadi lantunan wajib mengiringi nyenyaknya tidur putri kesayangannya itu :

BAHASA ACEH:

La ilahaillAllah.....
kalimah taibah payong page
Soe yang sebut kalimah nyan
selamat iman watei tamate

Alah hai do kudodaidang
selayang blang ka putoh taloe
Bagah rayeuk hai dara cedah
Beu meutuah aneuk bahgia

Kaeh Ratna teungeut beu rijang
Poma jak u blang uroe kajula
Poma seumula lam blang luawah
Tapreh woe ayah di Malaysia

Hate beuteunang aneuk boh hate
Hai bungoeng pade sibijeh mata
Beucarong tabuet bek benak hate
Beujeumoet sabe tajak sikula

Kadang chiet poma hana umu le
Gata boh hate mantoeng ayahda
Ayah taseutoet ee bungoeng pade
Adak ka mate saweu pusara

BAHASA INDONESIA:

Lailah haillAlah...
Kalimah shadat payung di yaumil masyar
Siapa yang sebut kalimat itu
Selamat iman ketika mati

Alah hai do kudoda idang
Selayang sawah putus talinya
Cepat besar Ratna yang cantik
Semoga kamu berbudi dan bahagia

Tidur Ratna lelap segera
Mama kesawah hari dah siang
Mam tanam padi dalam sawah besar
Tunggu ayah pulang dari Malaysia

Tenangkan hati hai sibuah hati
Hai bunga padi sibiji mata
pandai mengaji hatimu terang
Rajinlah nak kamu sekolah

Terkadang mama tidak berumur lagi
Kamu anak masih punya ayahanda
Ayah kamu cari wahai bunga padi
Meski sudah mati carilah pusaranya

Lantunan syair terputus, pelan-palan, Maimunah pun bergegas hendak menuju ke sawah. Sebelum dirinya berangkat, biasanya Maimunah meminta ibunya untuk menjaga putri tercintanya, Maimunah selalu menitipkan Ratna kepada ibunya.
“Ibu, titip bidadari ku ya. Aku hendak ke sawah, entar siang saya pulang bu,” pinta Maimunah kepada ibunya. Sang ibu Jamaliah menjawab,”pergilah nak, nanti kalau Ratna terbangun saya akan panggil kamu kesawah.”

Lakonan ini telah dilakukan Maimunah sejak suaminya berangkat marantau ke negeri jiran Malaysia. Sembari mengerjakan sawahnya sendiri. Ia juga bekerja menanam padi di sawah orang lain. Penghasilan yang pas-asan itu dia gunakan untuk kebutuhan dapur rumah tangganya.

Mumpung setiap panen padi telah menjadi kebiasan masyarakat di kampung Maimunah. Petani disana tidak menjual padinya. Padi hasil panen meraka disimpan dalam goni atau kupok (Berandam). Ketika stock beras telah menipis di rumah, padi tersebut dijemur lalu digiling atau ditumbuk mengunakan jeungki (Antan).

Kehidupan Maimunah setelah setahun setengah ditinggalkan suaminya, bagaikan bunga yang sedang mekar. Godaan kumbang datang silih berganti menyapa relung kehidupan Maimunah. Kumbang-kumbang jahat mulai mengincar mahkota bunga yang sedang mekar kembali.

“Suit..suit.. hai Maimunah, apakabar mu selama ini,”sapa seorang pemuda sekampungnya, ketika Maimunah berjalan kaki hendak membeli sabun cuci kewarung Wak Amat. “baik bak Sofyan, abang apa kabar?, “tanya Maimunah, sambil tersenyum.

Bertubi-tubi Sofyan menanyakan keberadaan Hasbi kepada Maimunah, “gimana kabar suamimu di Malaysia. Saya dengar, dia engak pernah kirim kabar, ya?, mungkin suamimu sudah kawin lagi disana !,” celoteh Sofyan setengah merayu.

Mendengar sapaan yang telah menjurus tentang hal ikhwal suaminya. Maimunah mempercepat langkahnya, seraya berkata.”Bang Sofyan Maaf ya, saya ini buru hendak membeli sabun ke warung Wak Amat, entar anak saya dirumah nangis !.”

Maimunah lebih cepat berjalan tanpa mengubris pertanyaan Sofyan, Ia langsung ke warung Wak Amat. “Wak beli sabun cuci,” ucap Maimunah. “Oooo Maimunah, apa kabar mu nak,” tanya Wak Amat. “Baik Wak, minta sabun cuci, aku buru-buru entar anak ku nangis, wak. Ohya Wak, kalau suami saya ada telpon dari Malaysia, kabarin Wak ya !,” seru Maimunah. “ya, ya. Dulu ketika dia berangkat dia ada ambil nomor telpon saya. Tapi dia tidak pernah telpon. Apa Hasbi tidak pernah menghubungi kamu?,”tanya Wak Amat.


“Saya tidak punya HP, Wak, bagaimana dia menghungi saya. Kalau memang Bang Hasbi menelpon ke HP Wak Amat, kabari ya, Wak !,” harap Maimunah. “Insya Allah akan saya hubungi kamu, jika Hasbi telpon,” jawab Wak Amat seraya menyerahkan sabun yang dibeli Maimunah.

Langkah Maimunah sedikit cepat pulang kerumahnya. Sedangkan Sofyan yang mencoba merayu Maimunah,tersipu di bangku panjang warung Wak Amat, matanya jelalatan memandang hingga Maimunah sudah melangkah kejauhan dari hadapanya.

Sofyan, dalam hatinya berkata,” sayang sekali Maimunah sudah setahun setengah ditinggalkan suaminya tanpa ada kabar berita. Kasihan dia, aku mau menikah denganya. Apalagi dia itu masih cantik bagai bidadari dari kayangan. Aku akan mencoba merayunya, agar dia mau pasah Hasbi dan menikah dengan ku,” hayal Sofyan dalam benaknya.

Sofyan pun mulai mencari cara untuk mengambil hati Maimunah berwajah cantik dan rupawan. Kemolekan tubuhnya Maimunah mengiurkan Sofyan, apalagi badannya yang masih ramping, pinggangnya bak biola, tumitnya bak telur ayam, membuat Sofyan semakin menghayal untuk mendapatkan Maimunah.

Kedai Wak Amat dengan rumah Maimunah hanya terpaut 150 meter saja. “Dari mana kamu?, itu Ratna sudah nangis pangil mamaknya,” sapa ibunya Jamaliah. “Ya ibu, tadi ke warung Wak Amat beli sabun cuci, bu,” sahut Maimunah. “Apa kamu tanya sama Wak Amat, Hasbi ada telpon?,” tanya ibunya lagi. Sudah bu, kata Wak Amat, engak pernah Bang Hasbi menghubunginya. Ya udah bu, saya ngurusin Ratna dulu ya bu,” kata Maimunah.

Ufuk barat terlihat mulai memerah, suara pengajian mulai sayup-sayup terdengar dari meunasah kampungnnya, pertanda sebentar lagi azan magrib akan kunjung tiba. Maimunah dengan ibunya mulai meyiapkan diri untuk menunaikan salat magrib bergantian dengan ibunya.


Tak disangka usai magrib, menjelang ba’da isya, tiba-tiba suara ketukan pintu menyapa Maimunah dan ibunya yang sedang meninabobokan Ratna. “tok..tok.. tok, Assalamualaikum,” suara lelaki tua menyapa Maimunah dan ibunya. “Alaikumsalam, siapa?” sahut Maimunah. “Aku Wak Amat!.” jawab Wak Amat diluar.

Seraya membuka pintu, dalam hati Maimunah bertanya, “ada apa gerangan Wak Amat kemari malam-malam?,” lalu Ia membuka pinta dan minta Wak Amat Masuk,” silahkan Wak Amat,”pinta Maimunah. “Engak apa-apa nak Maimunah, saya tidak singgah lagi. Buru-buru. Begini nak, barusan suami kamu Hasbi telpon, kamu diminta segera kerumah saya. Hp nya tidak bisa saya bawa, karena tidak ada sinyal,” kata Wak Amat.

Dikampung Maimunah sedikit orang yang mengunakan telpon seluler, karena untuk mendapatkan sinyal telpon harus diletakkan di atas perangkat antena eksternal.

Mendengar kabar ada telpon dari suaminya, Maimunah sangat gembira. Wajahnya yang dulu lebam berubah cerah bak bunga baru mekar. Maimunah pun buru-buru ikut ke rumah Wak Amat.

Kenapa Hasbi setelah setahun setengah merantau ke negeri jiran Malaysia, baru saat ini menelpon istri tercintanya Maimunah?.

Kelajutan cerita ini dapat diikuti di episode selanjutnya. Bersambung ke episode 3.................

Bagi anda yang belum punya akun steemit silahkan klik : https://steemit.com dan ikuti petunjuknya.


Salam Komunitas Steemit Indonesia.

Cerita Ini fiktif belaka, bila ada kesamaan nama dan tempat itu bukan unsur kesengajaan.

Sort:  

Saya suka sekali paragraf ini. Sampai baca berungkali. Ceritanya seksi dan membuat emosi pembaca kian teraduk akibat multi konflik berkabut cinta dan nafsu.


Sofyan pun mulai mencari cara untuk mengambil hati Maimunah berwajah cantik dan rupawan. Kemolekan tubuhnya Maimunah mengiurkan Sofyan, apalagi badanya yang masih ramping, pinggangnya bak biola, tumitnya bak telur ayam, membuat Sofyan semakin menghayal untuk mendapatkan Maimunah.


Memang Bang @ilyas sosok multi talenta. Jarang ada orang bisa jadi jurnalis sekaligus cerpenis, dan berbakat pula menjadi penulis naskah drama dan sutradara. Tabeik senior. Keren. Saya bangga punya sahabat seperti Anda. 😎

Terimakasih Ketua. Moga berkat bimbingan ketua menjadi yg terbaik saran dan kritikan selalu saya terima. Salam steemit. Ketua @musyawirwaspada

Congratulations @ilyasismail! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of upvotes

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Cerita yang menarik lagi mengharukan, saya juga baca dua kali. Salam

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 62659.86
ETH 2534.03
USDT 1.00
SBD 2.63