Merayakan Kebahagian D

"Karenanya, ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku."
(Qs Al-Baqarah: 152)

Aku dan D @dok pribadi

Kebahagiaan itu walau hanya sebesar biji sawi tetap harus disyukuri bukan? Agar kita sadar bahwa Allah tidak hanya menguji kita dengan kesukaran, kesempitan dan juga kesakitan. Tetapi Allah juga memberi kita kebahagiaan, rasa senang dan kemudahan.

Atas nama kebahagiaan dan rasa syukur itulah aku mengajak D makan di luar malam itu. Untuk 'merayakan' kebahagiaannya karena lulus sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Perayaan kecil ini semoga memantik jiwa mudanya agar benar-benar menjadi mahasiswa nantinya. Bukan sekadar menjadi mahasiswa 'kupu-kupu' alias kuliah-pulang-kuliah-pulang.

Kafe D'vinci di bilangan Jalan Teuku Umar Banda Aceh menjadi pilihan kami. Secara visual kafe ini cukup menarik. Di malam hari, ruko dua pintu yang disulap menjadi kafe ini tampak gemerlap dengan taburan lampu kerlap-kerlip. Kursi-kursi dan meja berkelir putih ditata seapik mungkin. Suasana terasa semakin syahdu dengan siraman cahaya yang temaram.

Suasana kafe tampak dari depan @dok pribadi

Aku dan D memilih kursi yang ada di teras kafe. Posisinya menghadap ke jalan raya, namun tetap nyaman dan tak membuat terusik karena ada pagar dan beberapa pohon kelapa yang ditanam dalam pot. Dari sini kami bebas menikmati keramaian lalu lintas sambil menikmati angin berkesiur. Persis di sebelah meja kami, sebuah sepeda ontel dipajang untuk mempermanis dekorasi. Di dekat pintu masuk, ada ayunan dari rotan menggantung dengan anggun.

Tak lama setelah kami duduk seorang pramusaji menghampiri. Aku memesan lele sambal cabai hijau, cah brokoli campur jamur dan lemon tea dingin. Sedangkan D memesan ayam kremes dan sanger dingin. Setelah pramusajinya berlalu aku mengamati ke sekeliling, ternyata pengunjung kafe ini hanya kami berdua. Ah, mendadak jadi merasa spesial.

Sembari menunggu pesanan datang kami sibuk mengabadikan momen bahagia ini. Cekrek...!

---

Kursi tempat kami duduk @dok pribadi

Selain Universitas Syiah Kuala, D sangat mengidamkan menjadi mahasiswa di UIN Ar-Raniry. Wajar, karena dua perguruan tinggi negeri ini dinilai cukup prestisius. Setelah gagal dua kali tes di Unsyiah --SNMPTN dan SBMPTN-- menunggu pengumuman jalur mandiri di UIN Ar-Raniry cukup mendebarkan. Aku sendiri sangat deg-degan ketika membuka website khusus untuk melihat pengumumannya pada sore 3 Agustus lalu. Tapi karena jaringan internetnya lambat, jadilah perasaan cemas dan gugup itu aku bawa pulang hingga ke rumah.

Di perjalanan pulang seorang teman mengirimkan pesan. "Gimana, lulus kan?" tanyanya.

"Belum lihat. Tadi internet lambat. Nggak bisa lihat," balasku secepat mungkin.

Begitu sampai di rumah, setelah mendapat kepastian dari D kalau dia lulus langsung kukabari teman tadi. Teman ini orang yang kumintai tolong saat ada kendala teknis ketika pendaftaran. "Barusan cek, alhamdulillah lulus pilihan pertama."

"Okey kak. Selamat."

Kelulusan D adalah kabar bahagia terbesar hari itu. Dia lulus di pilihan pertama yaitu Ilmu Hukum. Refleks aku langsung memeluk D begitu sampai di rumah. Perasaan haru kemudian menyeruak memenuhi rongga jiwaku sebagai seorang kakak. Tidak sia-sia membiayai sekolahnya selama ini. D adalah bungsu di keluarga kami. Dia harus mendapatkan pendidikan yang terbaik. Sejenak aku lupa pada masalah keuangan keluarga kami yang sedang terpuruk. Adalah lumrah, kita merasa sangat bahagia ketika orang yang kita sayangi dan kasihi merasa bahagia.

Belum lagi proses mendaftar di UIN tak semulus ketika mendaftar di Unsyiah. Cukup menguras tenaga dan emosi. Ditambah lagi saat itu sedang PMS (:-D) jadilah bawaan kesal dan ingin marah-marah terus. Untunglah cepat sadar. Akhirnya aku mengajak D main-main ke Krueng Raya akhir pekan itu agar lebih relaks.

Dan untuk menebus kemarahanku yang tak beralasan saat itu, aku mentraktir D. Wajahnya langsung berbinar saat kuberitahu kami akan makan di luar. Harusnya ada ibu, agar kebahagiaan saat itu makin lengkap. Tapi berhubung ibu sedang di kampung, tak apalah walau hanya kami berdua.

---

Pesananku yummiii.... @dok pribadi

Pesanan kami datang sekitar dua puluh menit kemudian. Hidangan lele berlumur sambal cabai hijau benar-benar menggoda seleraku. Nasinya dibungkus dengan daun pisang. Sebagai pelengkap ada potongan timun, sepotong tempe dan terong goreng, plus daun selada segar dan kerupuk.

Perut yang sudah berkeriuk tak bisa diajak berkompromi lagi. Tapi, eits, terpaksa harus menunggu sejenak karena pramusajinya lupa membawakan air cuci tangan. Hanya ada sendok dan garpu yang diselipkan di bawah lauk. Hidangan seperti ini kurang cocok disantap dengan sendok dan garpu, enaknya langsung pakai tangan.

"Minta air cuci tangan ya," kataku pada pramusaji yang duduk di ayunan rotan.

Tak lebih dari dua menit kemudian pramusaji lain membawakan dua mangkok air cuci tangan. Tak perlu menunggu lagi, langsung kucelupkan tangan ke kobokan. Allahuma bariklana...

Saat kami makan, lampu neon yang meggantung tepat di atas meja kami berderik-derik kencang karena tak kuasa menahan gejolak angin. Tapi itu tak menganggu acara santap malam aku dan D. "Kita makan seperti sedang syuting film horor."

"Iya," jawab D singkat.

D @dok pribadi

Lewat pukul sepuluh acara makan malam sederhana itupun usai. Entah karena bahagia atau lapar, semua makanan kami habiskan tanpa sisa. Tapi pastinya karena enak. Kecuali lemon tea-nya yang kelewat asam. Kulihat D juga tak menghabiskan minumannya, itu karena dia --aku yakin-- salah pilih minuman.

Setelah memastikan semua makanan berkumpul di lambung, kami mulai 'menguji' kenarsisan kami sebagai generasi milenial. Beberapa spot cantik seperti ayunan rotan menjadi korban. Bersamaan dengan itu angin bertiup semakin kencang. Menerbangkan rintik-rintik hujan yang jatuh dari langit. Dan akhirnya kami pulang dengan perut kenyang dan kebahagiaan melimpah. Fabiayyi ala irabbikuma tukadziban. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?[]