You are viewing a single comment's thread from:

RE: Semangat dan Pikiran Positif Mengalahkan Segalanya

in #indonesia7 years ago (edited)

Suatu hari, novelis Arafat Nur datang ke rumah saya dan menyerahkan kopian naskah Lampuki untuk saya baca. Sebelumnya, kami sering berdiskusi tentang novel itu ketika masih berupa embrio.

Saya mengambil naskah itu dan membuka secara acak. Kurang dari lima menit membaca, saya menemukan kata berpeda dan langsung tanya ke Arafat apa maksudnya. Arafat bilang, kata yang benar bersepeda. "Edit langsung, sebelum lupa," kata saya.

"Naskahnya sudah saya kirim barusan," sahutnya.

Kalau mau membaca dari awal sampai akhir, saya yakin masih ada kesalahan karakter di Lampuki, baik karena kesalahan lalai atau karena belum tahu frasa yang benar. Padahal, Arafat mengaku sudah membaca naskah itu 10 kali. Sebuah ketekunan yang patut ditiru.

Novel Lampuki juara lomba novel di Institut Kesenian Jakarta atau IKJ dan Arafat mendapat Khatulistiwa Literary Award, Nobel Sastra-nya Indonesia.

Saya berterima kasih kepada orang yang mau mengkritik tulisan saya @teukukemalfasya. Pengamat dan kritikus itu mahal harganya. Tidak semua orang memiliki kemampuan itu. Kalau ada yang mau melakukannya dengan gratis, kita harus menerima karena kritik itu bercampur kotoran berupa hinaan, cacian, atau perundungan alias bully. Ini seperti makan nasi becampur batu. Ayo, kita makan nasinya, jangan makan batunya.

Pelaku perundungan adalah orang yang memuji dengan cara salah. Orang seperti ini malah akan membangkitkan semangat saya. Bro @teukukemalfasya adalah penggemar sepak bola, sama seperti saya. Dalam hal ini, saya lebih lengkap karena mantan pemain bola meski kelas kampung. Saudara kita @bahagia-arbi tahu persis saya berpangkat kapten, meski kapten kesebelasan.

Kalau disorakin dan dimaki, semangat saya semakin menyala seperti api olimpiade yang tak pernah padam. Karakter ini terbawa dalam semua hal, termasuk menulis. So, segala perundungan justru menjadi gizi bagi saya. Kalau kenal dan punya banyak SBD, saya justru ingin membayar mereka.

Baiknya, orang yang mengeritik juga tahu kata yang benar. Misalnya, apakah "anda" atau "Anda" yang benar, "tau" atau "tahu", "intrograsi" atau "interogasi", "di ambil" atau "diambil" dan sebagainya.

Sort:  

Hahahaha.... Mantap... Langsung keunong teupok bak rhueng.... Meuleupap rheut u tanoh.

Mati.

Titik.

Hahaha

Hek kutuleh panyang ngon HP, hana trok si gam nyan Bang....

Siat teuk dinging2 chit jih... Jangan lari, kau sudah kuturi... Hahaha

Si gam Karma Jroh, maksud lon. Not the others, hehehehe....

Tendangan seorang @ayijufridar yang sangat keras, saya msih ingat itu ketika berumur kelas 2 SMP. hehe...Saya pun masih ingat persis bagaimana seorang mahasiswa kurus dengan rambut gondrong datang ke Kantor Pos Bireuen dengan membawa selember wesel pos bertuliskan; Honor menulis cerpen untuk Majalah ANITA. Ya, dia Bang Ayi Jufridar yang keren! Teruskan perjuangan.

Hahahaha. Kalau ada tempat di mana saya tak malu-Mali untuk narsis adalah di sepak boh bhan @bahagia-arbi. Ini karena cita-citata menjadi pesepakbola tak kesampaian. Akhirnya, suka narsis meski cuma pemain kampung.
Mengambil honor dengan wesel pos, jadi kenangan tak terlupakan. Potongan Berita di wesel masih saya Simona sampai sekarang di rumah Bireuen.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 59169.46
ETH 2597.10
USDT 1.00
SBD 2.42