Skeptis dengan agama, wajarkah?

in #indonesia6 years ago

Ilustrasi Ragu-ragu.jpg

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, skeptis adalah kurang percaya atau ragu-ragu (terhadap keberhasilan ajaran dan sebagainya).

Apa jadinya jika skeptis pada agama?

Setidaknya ada lima hal yang menyebabkan seseorang skeptis pada agama. Pertama, masih awamnya dengan ajaran Islam. Bisa jadi, kala ada kajian-kajian keislaman mereka sibuk dan atau acuh terhadap pengisi materi itu. Setidaknya dalam memahami dan mengambil ilmu, sangat tidak etis jika menelan bulat-bulat. Riwayat keilmuan pemateri harus diketahui dengan baik. Sehingga tidak ada ketimpangan dalam belajarnya.

Kedua, kurangnya interaksi dengan ahli. Bisa jadi, kehidupan masa kecil tidak terbekali dengan baik akan ilmu agama. Sehingga saat beranjak dewasa, dan melihat sesuatu yang lain maka membuat jiwanya shock dan bahkan terbanting. Ayo coba kita perhatikan porsi pelajaran agama di sekolah umum jauh lebih kecil dibandingkan dengan sekolah agama. Syukur-syukur jika selesai jam sekolah orang tua kembali membina mereka dengan ilmu-ilmu agama. Maka akan lebih aman bagi sang anak, namun apabila jika tidak. Maka dapat dipastikan pemikiran ekstrem akan tumbuh subur didirinya.

Ketiga, yang ketiga ini menurut saya telah mulai banyak merasuk di gaya hidup pemuda/i kita saat ini, yakni world wide barat. Pemikiran barat jauh lebih mendalam dipahami dibandingkan pemikiran akan Islam. Ilustrasi sederhananya seperti ini. Kita membeli handphone. Ada yang orientasinya pada kecakapan menangkap gambar, ada juga yang lebih menitikberatkan pada kemampuan menyimpan datanya, etc. Begitu juga, jika pemikiran barat sudah menguasai pemikirannya, maka apapun yang kita pandang akan bermuara dengan cara pandang orang barat. Tapi, jika pemikiran Islam yang ada. Maka cara pandang kita juga akan berdasarkan Islam.

Nah, bagaimana cara menghadapi orang-orang yang skeptis dengan agama?

Menurut saya, banyakin doa untuk mereka agar dibuka kembali pintu hatinya. Selain itu, jangan diladenin. Trik ke dua ini hampir sering saya lakukan.

Namun, apakah wajar jika skeptis dengan agama. Terlebih agama Islam?
Saya sendiri menyatakan sangat menyedihkan. Harusnya tidak ada lagi keraguan dalam memahami agama Islam.

Semoga saja kapan pun dan di mana pun kita berada, Allah selalu mengistiqamahkan hati kita dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya. Aaaamiiin.

Sort:  

Nice 👍👍👍

Thanks @kaleem345 for visiting to my post.
Enjoy your journey on my blog

https://steemit.com/dedicated/@koles35rus/vsem-vsem-lyudyam-dubl3 https://steemit.com/good/@koles35rus/vsem-vsem-vsem-dubl2 Everyone who likes it or just looks, SUPPORT Please! !! ALL GOOD Thanks in advance !!! It's not so hard for you to vote, do not be so bad people !!!! I'm sorry translated using an Internet translator, I myself am far from English !!!

Mengenai skeptis dengan agama, saya sarankan baca novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Ada banyak pelajaran tentang kebenaran agama yang bisa diambil bersama kisah novelnya yang sungguh luar biasa.

Benar, novel kang Abik cukup membantu untuk memperluas wawasan kita tentang skeptis dalam agama. Terima kasih @cutdellahraaqna sudah kembali mengingatkan.

Seiring dengan semakin berkembangnya pengetahuan, kita juga harus dengan sadar dan rela mengup-grade ilmu agama kita, agar sejalan.

Ilmu agama selalu berkembang dan terupgrade. Dia tidak pernah ketinggalan sejengkal pun. Hanya saja, kita yang belum mampu memahami semua yang tersebutkan di dalamnya, kak. Semoga Allah karuniakan kita kecerdasan yang lebih sehingga mudah memahami agama dengan benar. Thanks anyway udh mengingatkan lagi.

Satu hal lagi, ternyata banyak orang tua yang tidak mengerti bahwa agama, pelajaran agama, materi yang prinsipil, syariah dan halal haram harus diajarkan oleh orang tua, bukan sekolah. Sekolah hanyalah sekelumit saja. Intinya bagaimana membaca quran, hukum anak baligh, aurat, mahram nonmahram, adab, itu kewajiban ortu memberitahu anaknya. Jangan disubkontrakkan ke sekolah.

Benar kak, orang tua adalah guru pertama untuk semua pengetahuan. Penguatan semua ilmu yang didapatkan oleh si anak adalah tanggung jawab org tua. Hanya saja, disayangkan tupoksi itu sudah kurang dimengerti oleh org tua. Orang tua sekarang menganggap kewajiban mereka hanya memberi uang, uang dan uang saja.

Betul, apalagi ayah. Sekarang sosok ayah seolah hanya mesin pencari uang, tugasnya hanya mencari nafkah. Padahal di alquran jelas dicontohkan yang berperan dalam pendidikan anak adalah ayah. Seperti halnya Luqman pada anaknya, Ibrahim kepada Ismail.

Semoga kisah para nabi benar-benar menjadi kisah teladan bagi kita semua. Amiin

Setuju sekali. Pondasi agama bagi seorang anak harusnya didapatkan dari rumah, selebihnya didapatkan dari sekolah. Namun sayang, banyak orang tua masa kini, yang bahkan pondasi agama mereka pun kurang, gimana mau mengajarkan pada anak-anaknya.

Kemajuan jaman, selalu membawa sisi positif dan negatif. Semoga kita termasuk kepada orang-orang yang akan mampu menanamkan pondasi agama dan nilai2 moral mulia bagi anak-anak kita, sehingga tak menjadi orang2 pintar tapi skeptis terhadap agama. Aamiin.

Dan ini jadi PR juga buat ayi dan suami, buat kita para orang tua. Karena kesucian fitrah anak-anak, kitalah yang bertanggung jawab. Moga Allah mampukan kita semua yaa, aamiiin

Benar, kak.
Ini mengapa, wajib belajar bagi tiap muslim itu sampai dengan dia akan kembali ke liang lahat.

Semoga ilmu kita berkah selalu, aamiiin

Aamiin, semoga Allahpun menjaga kita dalam keistiqomahan iman dan islam. Juga mampu berakhlakul karimah baik pd diri sendiri maupun sesiapa yang skeptis terhadap agama. Mencibir? No! Mendoakan, itu tugas kita. Insya Allah. Smg Allah slalu melimpahkan hidayahNya pada kita yang sungguh alpa ini.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.029
BTC 67958.74
ETH 3273.25
USDT 1.00
SBD 2.65