Attitude and Influence | Sikap Dan Pengaruh [ENG-INA]

in #indonesia6 years ago (edited)

image

Attitude and Influence

Friends of Steemians, we generally hold to the principle of causal law (causality). The principle we hold is partly based on the experience gained from the events experienced directly, partly based on the science studied in depth.

As humans, we are distinct creatures typically with other beings that exist in the same environment as us. The most notable difference is the existence of the mind. By having reason so that we are able to be creative in our daily activities. It has a power of reasoning that exceeds the capabilities of other beings in our environment.

In the human sphere in particular, among the many humans it has the ability of power of thought and creativity of a different and very diverse. This is influenced by the ability to absorb knowledge and ability to apply it.

We as human beings are God's creatures that are very specific and complete, the advantages in the sense of high power coupled with the gift of mind as a mandate deposited by God.

By having the mind, we can acquire knowledge. By having the heart with conscience so that we have the ability to weigh the taste and be able to behave wisely and wisely. Intellect of mind and conscience is a mandate that we must emban as well as possible.

Having had a mind and conscience, we have an obligation to have knowledge and faith. Gain knowledge by trying to learn and understand everything that is around us. Teaching and learning process becomes an obligation that must be implemented. Problems that occur in the field is the lack of similarity of results obtained.

In the Islamic Teachings, the obligation to study is applicable to all ages and races, no exceptions. Things to note and note is about the existence of the obligation in studying it because there is a postulate about the command to study. However, about how much of the science capacity to acquire (obtain) it has no obligation as a special provision.

Teaching and Learning is Obligatory, not carrying out the Learning and Teaching process is a Great Sin.

Smart is not a requirement...
and ignorance is no fault and sin.

Because Science is just Giving from Allah solely, our duty is only Learning to the knowledge that has not been owned and Teaching against the knowledge already owned.

Here is one of the rules that should be practiced while undergoing the learning process. A guide I can conclude as told by
Habieb Munzir Al-Musawwa;

If we desire to meet a righteous teacher (someone who pursue teaching activities and educates members of society in their daily life). Salih is someone who always practiced all the knowledge he mastered. A person who has a very adequate knowledge of religion and has a deep knowledge and understanding of the essence of scholarship of divinity, someone who is very understanding and careful in the matter of implementation procedure in worship.

Then, if you have met and faced with him should sit before him with a humble attitude and thoughts that we empty of all things that are not necessary and negative things.

Let us sit before him like a man who has nothing, like the poor and destitute who sit kneeling before a very generous King. In front of a King who is distributing gold, diamonds and pearls.

Likewise with our circumstances and attitude when sitting before a Master. So in ourselves, both physically and inwardly will be filled as if filled into a vessel that is still empty, filled with knowledge and wisdom to the full.

[In a simpler case example; when we want to drink water, the first thing we need is a glass as a container. Before the glass is used first, we clean the glass with clean water. Once clean, the glass position should be lower than the water jug ​​for easy water to enter and position the mouth of the glass upwards. Because the nature of the water flows to the lower place.]

Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiyyi wa'ahi wa Shahbihi wa sallim

image

Sikap Dan Pengaruh

Sahabat Steemian, pada umumnya kita berpegang pada prinsip hukum sebab-akibat (kausalitas). Prinsip yang kita pegang itu sebagian berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari peristiwa yang dialami secara langsung, sebagian lagi berdasarkan ilmu pengetahuan yang dikaji secara mendalam.

Sebagai manusia, kita adalah makhluk yang berbeda secara khas dengan makhluk lain yang ada dalam lingkungan yang sama dengan kita. Perbedaan yang paling menonjol adalah adanya akal pikiran. Dengan memiliki akal sehingga kita mampu untuk berkreasi dalam aktivitas harian kita. Memiliki daya nalar yang melebihi kemampuan makhluk lain dalam lingkungan kita.

Dalam ruang lingkup manusia secara khusus, diantara sekian banyak manusia itu memiliki kemampuan daya pikir dan daya kreativitas yang berbeda dan sangat beranekaragam. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan dalam menyerap ilmu dan kemampuan dalam menerapkannya.

Kita sebagai manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat spesifik dan komplit, kelebihan dalam hal daya nalar yang tinggi dibarengi dengan anugerah akal pikiran sebagai amanah yang dititipkan oleh Tuhan.

Dengan memiliki akal pikiran, kita bisa memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan dianugerahi hati nurani sehingga kita memiliki kemampuan untuk menimbang rasa dan mampu untuk bersikap dengan arif dan bijaksana. Akal pikiran dan hati nurani adalah amanah yang harus kita emban dengan sebaik-baiknya.

Karena telah memiliki akal pikiran dan hati nurani, maka kita mempunyai kewajiban untuk memiliki ilmu pengetahuan dan keyakinan. Mendapatkan ilmu pengetahuan dengan berusaha belajar dan memahami segala sesuatu yang ada disekitar kita. Proses belajar mengajar menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan. Permasalahan yang terjadi dilapangan adalah tidak adanya kesamaan hasil yang diperoleh.

Dalam Ajaran Agama Islam, kewajiban menuntut ilmu itu berlaku untuk semua umur dan ras, tidak ada pengecualian. Hal yang perlu diketahui dan diperhatikan adalah tentang adanya kewajiban dalam menuntut ilmu itu karena ada dalil tentang perintah menuntut ilmu. Namun, tentang seberapa besar kapasitas ilmu yang harus diperoleh (didapatkan) itu tidak ada kewajibannya sebagai ketentuan yang khusus.

Belajar-Mengajar itu Kewajiban, tidak melaksanakan proses Belajar-Mengajar itu Dosa Besar.

Pintar itu bukan keharusan...
dan Bodoh itu bukan kesalahan dan dosa.

Karena Ilmu itu hanya Pemberian dari Allah semata, kewajiban kita hanyalah Belajar terhadap ilmu yang belum dimiliki dan Mengajar terhadap ilmu yang sudah dimiliki.

Berikut ini adalah salah satu kaidah yang seharusnya dipraktekkan ketika menjalani proses belajar. Sebuah tuntunan yang dapat saya simpulkan sebagaimana yang dituturkan oleh
Habieb Munzir Al-Musawwa;

Jika kita berhasrat untuk menjumpai seorang guru yang shalih (seseorang yang menekuni kegiatan mengajar dan mendidik anggota masyarakat dalam kesehariannya). Shalih adalah seseorang yang senantiasa mengamalkan semua ilmu yang beliau kuasai. Seseorang yang memiliki ilmu agama yang sangat memadai dan mempunyai Ilmu dan pemahaman yang mendalam tentang inti keilmuan tentang ketuhanan, seseorang yang sangat mengerti dan memahami dalam persoalan tata laksana hukum dalam beribadah.

Maka, jika sudah menjumpai dan berhadapan dengan beliau hendaknya duduklah dihadapan beliau dengan sikap rendah hati dan pikiran yang kita kosongkan dari segala hal yang tidak perlu dan hal-hal yang negatif.

Hendaknya kita duduk dihadapan beliau seperti layaknya seseorang yang tidak memiliki apapun, seperti layaknya orang miskin dan melarat yang duduk bersimpuh di hadapan seorang Raja yang sangat dermawan. Dihadapan seorang Raja yang sedang membagikan emas, intan dan mutiara.

Demikian juga halnya dengan keadaan dan sikap kita ketika duduk dihadapan seorang Guru. Maka dalam diri kita, baik secara jasmaniah dan bathiniah akan dapat terisi bagaikan diisi ke dalam bejana yang masih kosong, terisi dengan ilmu dan hikmahnya hingga penuh.

[Dalam contoh kasus yang lebih simpel; ketika kita hendak minum air, hal pertama yang kita perlukan adalah gelas sebagai wadah. Sebelum gelas dipergunakan terlebih dahulu gelas itu kita bersihkan dengan air bersih. Setelah bersih, posisi gelasnya harus lebih rendah daripada teko air agar air mudah masuk dan posisi mulut gelas keatas. Karena sifat air itu mengalir ke tempat yang lebih rendah.]

Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiyyi wa 'alihi wa Shahbihi wa sallim

Sort:  

Hello, as a member of @steemdunk you have received a free courtesy boost! Steemdunk is an automated curation platform that is easy to use and built for the community. Join us at https://steemdunk.xyz

Upvote this comment to support the bot and increase your future rewards!

Thank you very much for your support

great post.

Please Stop

In your your last 100 comments you used 37 phrases considered to be spam. You've received 4 flags and you may see more on comments like these. These comments are the reason why your Steem Sincerity API classification scores are Spam: 84.00% and Bot: 2.30%

Please stop making comments like this and read the ways to avoid @pleasestop and earn the support of the community.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 62991.12
ETH 2685.43
USDT 1.00
SBD 2.55