Berhenti Merokok Itu Memang Mustahil ... (Bagian 3) : Terlalu Dini?
Intro
Tulisan-tulisan saya sebelumnya dalam topik berhenti merokok:
- Berhenti Merokok Itu Memang Mustahil ....
- Berhenti Merokok Itu Memang Mustahil ... (Bagian 2) : Gagal Itu Indah.
Penghibur Tujuh Senti : Teman Sejati
Dalam permulaan tulisan bagian 2 sudah saya saya tekankan bahwa berhenti dari 'kebiasaan' menghisap rokok adalah sesuatu yang tidak gampang. Dan setelah menamatkan membaca tulisan tersebut, saya percaya bahwa pembaca bisa menarik kesimpulan bahwa bukan hanya menghentikan kebiasaan merokok yang berat, tetapi tetap konsisten di dalam keputusan itu juga tidak kalah berat. Setiap saat adalah waktu yang krusial bagi kegagalan. Setiap momen memiliki 'perangkap'nya.
Bagi pecandu rokok, rokok sudah hampir menyerupai 'segalanya', teman dalam segala suasana baik sedih ataupun senang. Mungkin bagi non-perokok hal itu akan terdengar aneh, tapi mantan penghisap rokok seperti saya bisa memaklumi hal itu sepenuhnya. Sebelum makan, seorang perokok akan memastikan dulu bahwa ia memiliki rokok untuk dihisap setelah makan, sebab tak menghisap rokok setelah makan adalah sesuatu yang sangat menyiksa, lahir dan batin. Membaca tidak 'enak' tanpa rokok. Bekerja apa lagi. Ngobrol, main game, berselancar di internet, bahkan tidak melakukan apa pun juga tidak 'enak' rasanya tanpa rokok. Kalau bisa, sambil tidur pun saya akan merokok, begitu kira-kira ketika saya masih menjadi perokok berat.
Menjadi pecandu rokok mengajarkan orang untuk selalu memiliki strategi agar terhindar dari kondisi 'putus rokok'. Saat lagi banyak duit, rokok yang dihisap bisa ditingkatkan kualitas dan / atau kuantitasnya, kalau biasanya menghisap rokok putih murahan bisa beli rokok ber'plat kuning' yang agak mahalan, kalau biasanya beli rokok perbatang bisa beli sampai sebungkus atau lebih. Di saat sedang bokek, bisa nebeng rokok teman (karena itu rokok juga mengajarkan penghisapnya untuk pandai menjaga hubungan baik dengan sesama 'ahli hisap'), atau bisa juga memantapkan keberanian untuk ngutang dulu di warung-warung tertentu di mana reputasi masih terjaga rapi.
Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-TanpaTurunan 4.0 Internasional (CC BY-NC-ND 4.0)) |
---|
Karena itu, saya merasa bahwa 'kebiasaan' menghisap rokok itu sebenarnya adalah kebiasaan yang mewah, yang seharusnya hanya dilakoni oleh orang-orang yang tidak lagi perlu merisaukan banyak hal misalnya biaya dapur atau dana rekreasi keluarga. Tetapi anehnya, saya justru melihat ramai perokok berasal dari kalangan dengan tingkat ekonomi yang rendah, seakan rokok adalah pelarian atau sarana untuk melupakan keperitan hidup. Orang-orang berkumpul di warung kopi di ujung kampung dan berbicara tentang mahalnya harga telur sambil tak putus-putusnya mengepulkan asap rokok.
Setelah kegagalan pertama saya yang hanya berhasil berhenti merokok selama empat bulan saja sejak akhir 1999, saya mulai berhenti lagi tak lama setelah itu, yakni pada akhir 2000. Saya telah mempelajari beberapa hal dari kegagalan saya terdahulu dan merasa siap untuk kembali berhenti menghisap rokok hanya setelah beberapa bulan kembali menjadi penghisap rokok aktif. Kalau pada kali pertama alasan saya adalah menghindari terjerumus lebih jauh ke dalam cengkeraman narkoba, maka pada kali ke dua ini saya menambahkan segi ekonomi ke dalam alasan saya berhenti, yakni ingin menabung atau menggunakan duit lebih saya (kalau ada) untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat, sekaligus berusaha menghindari kondisi 'kikuk' saat tidak memiliki duit untuk membeli rokok, karena itu tadi: merokok tiba-tiba terasa sebagai kegiatan yang mewah.
Upaya saya untuk berhenti merokok pada kali ke dua ini hanya bertahan sekitar tiga bulan, lebih singkat dari usaha saya sebelumnya, dan sungguh di luar harapan saya. Hal yang menggagalkan saya pada saat itu adalah pekerjaan dan lingkungan, di mana rekan-rekan saya adalah para perokok berat dan saya tidak bisa menghindari mereka. Kegagalan kali ini benar-benar merubah saya menjadi perokok yang sangat berat bahkan saya kembali mengonsumsi ganja.
Saat itu, sejak awal 2001, saya bekerja di pedalaman sebuah kabupaten di Aceh, sebagai buruh di sebuah perkebunan kelapa sawit yang baru dibuka. Tidak ada hiburan di sana selain pertandingan catur antara beberapa orang berumur paruh baya yang tidak bisa menemukan hiburan lain, dan pesta tuak yang digelar setiap awal bulan ketika para buruh menerima gaji. Tidak ada siaran televisi yang sampai ke sana. Kunjungan ke kota Kecamatan hanya mungkin dilakukan setiap hari Minggu yang merupakan hari pasar. Rokok menjadi pelepas suntuk bagiku saat itu untuk melewati waktu sambil menunggu waktu-waktu antara pesta-pesta tuak dan hari-hari pasar. Ganja, meskipun tidak bisa ditemukan dengan mudah, tetapi juga bukan barang yang langka saat itu.
Terus Berdamai Dan Mengintai
Nyata sekali bahwa saya masuk dalam usaha saya ke dua tersebut tanpa persiapan yang lebih baik dari sebelumnya. Dan bahwa kegembiraan saya benar-benar masih ditentukan oleh faktor-faktor di luar diri saya. Namun, siapa sih saya pada awal dekade 2000an itu? Seberapa dewasa bisa diharapkan pada orang di awal usia 20an-nya? Sekali lagi, saya menemukan alasan untuk berdamai dengan diriku. Dan memendam tekad untuk memulai lagi.
Terimakasih
Terimakasih telah membaca. Semoga ini bermanfaat. Bagian pertama tulisan ini bisa dibaca di sini, dan bagian ke dua ada di sini.
Tulisan ini belum "mati", jadi, jangan sungkan mengomentari (membantah, mengkritik, menambah info, mempertanyakan, dan sebagainya). Dan saya TIDAK ANTI KOMENTAR PANJANG, ukuran bagi saya bukan hal utama, namun isinya lah yang penting. Tetapi jika itu layak dijadikan artikel, saran saya buat saja itu sebagai artikel Anda dan lekatkan tautannya di bilah komentar dan / atau mention saya di artikel tersebut (perhatikan untuk menulis nick dengan benar), ini tentu membawa manfaat lain kepada Anda pada gilirannya. Segala masukan akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dan saya harap mampu menambah isi kepada cangkir saya.
@aneukpineung78 | Telegram Saya
Hai, hallo @aneukpineung78! Diupvote dan resteem ke 7496 follower.. (Sececah kontribusi kami sebagai witness untuk komunitas Steemit Indonesia.)
#nobidbot but more eSteem! ;) great post.
Thanks for dropping by, Kali Ju. Yes, #esteem and #indonesia are the two tags I used most these days.
Wow, asome pictures,, I like it, @aneukpineung78
Thanks.
@aneukpineung78 I think, not just say thank you in the steemit community, thank you instead upvote him, comments do ,, what do you say all members ??
Everyone has their right to use their power in the way they like as long as it doesn't cause problems to others. So I won't tell anybody including you to upvote or to not upvote anything. And I guess you wouldn't do that either. Please upvote my articles and / or comments anytime you find it useful and / or interesting. I myself will only vote articles and / or comments that I find useful and / or interesting and not just any crap that I see. So if you are looking for upvote for upvote, then I'm not your guy, sorry.
Thanks.
@aneukpineung78 Okay, that means you are saying that Upvote does not need to tell anyone, if I write good articles from my own experience, everyone will upvote me ???
Lon baroe piyoh meurukoek skitar 40 uroe. Mudah2an bisa lanjut. Ayo, berhenti merokok.
Bulan puasa memang momentum yang pas untuk piyôh p'iep rukok. Hehe.
Semoga berterusan, bang.
Oya, neupeugöt artikel tentang upaya droeneuh böh rukok, so teupu jeut ke motivasi keu rakan-rakan yang na niet böh rukok chit.
🐁☕🍌
Haha..kaleuh lon tuleeh tntang kiban cara lon beuh rukok di blog steemit lon. Silahkan neubaca dan semoga bermanfaat.
Oke. Cie lông cek ...
Ka lheuh lông kalön Bang yang tulisan ke dua. Munyo jeut, neutipèk link ban dua boh tulesan nnyan di sino. Teurimong gaseh.
Kayaknya masi ada sambungannya ni
Kaayanya begitu, @bundaqubeki.
Ditunggu ya episode-episode selanjutnya. Heehe.
Termakasih sudah singgah dan mengomentari.
Esteem What if I
Write my post on the basis
Of this passage? Can?
- photoukraine
I'm a bot. I detect haiku.
Learn about eSteem app and esteem tag on articles by @good-karma and @esteemapp.
Learn about eSteem app and esteem tag on articles by @good-karma and @esteemapp.
Para perokok berat akan bilang "Berhenti merokok itu berat, kamu gak akan sanggup, biar @AP78 saja" :D
Hambatan paling besar memang datangnya dari diri sendiri. 😀
Oh ya... tertarik dengan gambar bakar duit itu, sering berdebat dengan para perokok, tentang sia-sia membakar duit, seorang perokok berat malah punya cerita gini (aku yakin ini fiktif)
Seorang perokok dilarang istrinya dengan alasan, andai kamu tidak merokok kita sudah bisa berhemat, menabung dan membangun rumah, bukannya malah membuat uang itu menjadi abu. Suaminya akhirnya menurut kata istrinya, hingga mereka bisa membangun rumah, tidak lama rumah itu terbakar, dan suaminya kembali merokok, katanya.. kalau memamg duit itu sudah takdirnya menjadi abu tetap saja ia akan menjadi abu.
Perokok lain punya cara lain lagi untuk membantah :
Kamu kenal si A? Sejak ia berhenti merokok, tubuhnya makin gemuk dan sekarang dia menderita diabetes
Sekarang saya lebih memilih pindah tempat, menghindari asap rokok lebih baik daripada menceramahi mereka
Saya tidak menulis artkel ini untuk menceramahi siapapun. Seperti saya bilang, saya hanya mensaasar perokok yang berniat berhenti merokok atau sudah mengambil langkah-langkah lanjutan untuk itu, dengan harapan seri tulisan saya ini bisa menambah sugesti dan motivasi kepada mereka.
Jangan pernah remehkan radikalisme dan militansi perokok berat, saya pernah di sana. Tetapi kita selalu bisa meminta hak kita untuk mereka tidak merokok di ruang-ruang publik yang seharusnya memang bebas asap rokok. Yang harus minggir itu perokok bukan non-perokok, kecuali di tempat-tempat yamg memang disediakan untuk atau identik dengan perokok misalnya warung kopi atau bar.