Berhenti Merokok Itu Memang Mustahil ...
Intro
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk memberikan label-label negatif kepada perokok atau mempergunjingkan mereka terhadap bagaimana mereka menggunakan uangnya. Ini hanyalah sebentuk kecil sugesti yang dengannya saya menyasar perokok yang memiliki keinginan untuk berhenti. Semoga bermanfaat.
Niat dan Keyakinan Diri
"Rokok?" Tanya Sabir sambil menyodorkan bungkusan rokoknya kepadaku saat sore tadi kami bertemu di Warkop Cek Ma'un. Aku menolak dengan menggeleng dan tersenyum secukupnya. "Oh ya," katanya, "aku lupa kalau kamu sudah tidak merokok lagi."
"Kamu pura-pura lupa saja," kata saya sekenanya, masih sambil membaca pertanyaan di buku TTS, 6 mendatar, memaksakan diri melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan kemampuan, 5 kotak, huruf pertama N.
Dia ketawa kecil menyambut gurauanku. "Sudah berapa lama kamu berhenti merokok?"
"Kalau 'berhenti merokok' artinya 'berhenti menghisap rokok secara aktif', maka ini tahun ke sepuluh," jawabku. Ya, Oktober nanti -tepatnya tanggal 10- saya merayakan 10 tahun saya berhenti menghisap rokok secara aktif. Sejak saat itu saya selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindarkan diri dari paparan asap rokok, tetapi tentu saja itu hal yang mendekati mustahil, kalau tidak mau dikatakan mutlak tak mungkin.
"Wow! Awet, ya?" Katanya. Pertanyaan ini merenggut total perhatianku dari buku TTS yang sedang kuisi.
"Syukurlah, sudah satu dekade. Semoga langgeng." Sebenarnya ini bukan kali pertama saya berhenti merokok. Kali pertama saya berupaya berhenti menghisap rokok pada akhir 1999, saat itu saya bertahan sekitar 4 bulan. Pada akhir 2000 saya mencoba meninggalkan rokok untuk kali ke dua, dan saya bertahan hanya 3 bulan. "Kamu punya rencana berhenti merokok?" Saya selalu suka menanyakan pertanyaan ini setiap kali saya punya kesempatan.
"Ya," katanya, sambil jemarinya mempermainkan sebatang rokok dan sepertinya sedang mengalami peperangan batin antara membakar rokok itu dan memuaskan hasratnya atau menghormati saya yang tidak merokok. Saya menikmati gelagatnya itu dan menunggu untuk melihat berapa lama dia butuh sebelum akhirnya membakar rokoknya itu. "Aku tentu saja punya keinginan untuk berhenti merokok," katanya lagi, "tapi itu terasa sangat berat sekali."
"Hampir semua perokok yang aku ajukan pertanyaan tadi memiliki jawaban yang sama denganmu," kata saya, "seolah-olah rokok telah mensugesti kalian semua untuk memiliki pikiran yang sama."
Dia tertawa pendek, menyeruput kopinya, "Apa iya?" Dia mulai memegang pemantik api di tangan kanan. Peperangan pribadinya memasuk babak baru.
"Iya," jawab saya sambil memindahkan pandanganku ke arah tangannya yang sedang memainkan pemantik api, mencoba menambah beban ke dalam pergumulan perasaannya. Oh, saya menikmati ini. "Dan menurutku, itu bisa disebut sebagai hal yang paling bertanggung jawab kenapa semua dari mereka gagal menjauhkan diri dari rokok."
"Kenapa begitu?"
"Kamu sendiri sebenarnya bisa menganalisa pernyataanmu tadi. 'Aku ingin berhenti merokok' dan 'aku tak sanggup berhenti merokok'." Aku memberi jeda sebentar, "Pertanyaanku menjadi 'apakah kamu benar-benar ingin berhenti merokok?' Kalau iya, maka itu lucu bahwa kamu begitu nyaman dalam meremehkan dirimu sendiri, satu-satunya orang yang sangat bisa menolongmu."
Memang demikian lah adanya, saya telah menemukan orang-orang yang mengaku telah mencoba berhenti menghisap rokok untuk menemukan bahwa hal itu mustahil dilakukan. Entah apakah mereka memiliki niat yang begitu rapuh atau hanya coba-coba saja. Atau mungkin begitu hebatnya rokok telah menguasai mereka lahir dan batin.
"Tanpa rokok," kata Sabri, "kerja tidak fokus, mikir juga."
"Tapi kamu pasti tidak pernah berpikir tentang benar tidaknya pikiranmu itu, bukan? Ibarat sekarang kamu sangat ingin menyulut rokok di tanganmu itu dan menikmatinya, tetapi kamu pasti tidak bisa secara pasti menjawab kepada pertanyaan 'kenapa kamu begitu ingin menghisap rokok itu' atau 'pentingkah bagimu untuk menghisapnya'. Aku bahkan sangat ragu bahwa pertanyaan-pertanyaan seperti itu pernah terbersit di pikiranmu."
Saya adalah mantan perokok berat. Saya pernah merasa mustahil meninggalkan rokok, jadi saya sedikit banyaknya paham pada perasaan ini. Tetapi kemudian saya mencoba mengoreksi pikiran-pikiran tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis seperti:
- Benarkan saya tidak bisa berkonsentrasi dalam kerja saya jika saya tidak menghisap rokok?
- Benarkah saya 'wajib' merokok setelah makan? Atau saat bangun tidur dan bertemu teman dan menonton filem dan bermain game?
- Benarkah saya tidak sanggup melewatkan hari ini tanpa sebatang rokok pun?
- Benarkah saya perlu menghisap rokok?
- Benarkah saya 'tak berdaya' tanpa rokok?
"Bagaimana kalau aku membakar rokok ini sekarang?" Tanya Sabri. Akhirnya pertahanannya mulai jebol.
"Itu sesuatu yang sangat aneh di lingkungan masyarakat kita. Seorang perokok mempertanyakan perasaan orang lain sebelum menyulut rokoknya. Dan ya, tentu saja aku sangat menghargai kalau kamu bisa menahan diri dari merokok di dekatku, tetapi kamu tidak perlu khawatir lebih lama," kataku sambil melihat jam di dinding kedai, "saatnya telah tiba bagiku untuk kembali ke lembu-lembuku." Sambil mengisi kolom 6 mendatar tadi, NEKAD.
Terimakasih
Sekian dan Terimakasih telah singgah.
Tulisan ini belum "mati", jadi, jangan sungkan mengomentari (membantah, mengkritik, menambah info, mempertanyakan, dan sebagainya). Dan saya TIDAK ANTI KOMENTAR PANJANG, ukuran bagi saya bukan hal utama, namun isinya lah yang penting. Tetapi jika itu layak dijadikan artikel, saran saya buat saja itu sebagai artikel Anda dan lekatkan tautannya di bilah komentar dan / atau mention saya di artikel tersebut (perhatikan untuk menulis nick dengan benar), ini tentu membawa manfaat lain kepada Anda pada gilirannya. Segala masukan akan menjadi pelajaran berharga bagi saya dan saya harap mampu menambah isi kepada cangkir saya.
@aneukpineung78 | Telegram Saya
Nyoe kaddang 😁
Halooo ...
Yang di bawah, enam kotak, huruf akhir G, kira-kira apa jawabannya?
Bukan "apa prtanyaanya" ? 😐
Kalau udah tau jawabannya, udah pasti tau pertanyaannya :/
😰😰 waahh ... Bener juga ...
Yaaa... jadi, apa jawabannya?
Bukunya di warkop CM. Nanti kuliat apa masih ada .. Huhu .. 😰😰
Saya sudah berhenti merokok bg. Tp cuma bertahan 3 hari. :D hehehe
Payah. Cepat kali nyerah. Hehe.
Wah saluutt
Jarang - jarang ada yang bisa berhenti merokok
👍🏻👍🏻👍🏻
Memang ngga mudah. 😁
Terimakasih ya.
Sama2 @aneukpineung78