Pedagang Buku Yang Tertindas!

in #indonesia6 years ago

Tadi seorang teman se-perbukuan mengirim pesan via whatsapp, isinya menanyakan apa benar program ongkos kirim gratis setiap tanggal 17 sudah dicabut 'pete pusy'. Saya mengiyakan, mungkin 'pete pusy' nombok. Tapi apa iya, sehari nombok bisa menyebabkan 'pete pusy' kolaps, padahal setiap harinya mereka meraup keuntungan yang begitu besar, pasalnya tarif ongkos kirim yang mereka terapkan sekarang malah lebih mahal dari jasa ekspedisi pengiriman lain.

image
Saya dan buku (Foto: facebook Kamaroezzaman abdulah)

Sebenarnya permasalahan soal tarif ongkos kirim barang yang mahal, baik pengiriman domestik maupun ke luar negeri, tidak hanya memberatkan pedagang buku online saja, karena baru-baru ini seorang teman pelaku bisnis IT juga mengeluhkan biaya ongkir dari Jawa ke Aceh sudah terlalu mahal. Padahal menurutnya, salah satu cara untuk up pertumbuhan ekonomi anak muda di Aceh murahkan ongkir ke pulau Jawa, demikian sebaliknya.

Saya pribadi, sudah tidak terhitung lagi banyak calon pembeli buku-buku saya dari Jawa yang membatalkan pesanan buku karena ongkos kirim yang terlalu mahal. Beberapa waktu yang lalu, malah ada calon pembeli dari Malaysia, yang hendak membeli koran lama terbitan Sabah tahun 1970-an, tapi pada saat ia tau ongkos kirim lebih mahal dari koran yang dia beli "Maaf, Tuan. Saya tak jadi beli, kos pos terlalu mahal."

Padahal setahun lalu ongkos kirim 'pete pusy' ke Malaysia masih relatif murah, sekitar IDR. 240.000/kg, tapi sekarang naik signifikan IDR. 330.000/kg. Saya pernah beberapa kali beli buku online di Malaysia, ongkos kirim ke Aceh cuma RM. 22 atau setara dengan IDR. 70.000, jauh lebih murah dengan ongkos kirim dari sini (Aceh) ke Malaysia.

image
(Foto: facebook pojok cerpen)

Mengutip sastrawan legendaris George Orwell, dalam sebuah esainya yang berjudul Kenangan di Toko Buku, ia menulis "Menjual buku adalah salah satu profesi manusiawi yang sampai pada taraf tertentu, tidak bisa dihinakan. Para konglomerat tidak bisa menindas toko buku kecil seperti mereka menindas toko mainan atau penjual susu." (George Orwell, Bagaimana Si Miskin Mati, Penerbit Oak, 2016, hal. 26)

Dengan kondisi sekarang ini, sepertinya ungkapan Orwell itu sudah tidak lagi relevan, karena sekarang, baik itu pedagang buku, atau malah sidang pembaca buku, sudah ditindas oleh sebuah sistim yang memaksa para pengusaha jasa pengiriman menaikkan tarif jasa ongkos kirim yang sangat mahal.

Sebagai pelaku bisnis kelas kere, saya berharap ada kontestan copras-capres yang berani mengusung program ongkos kirim murah untuk pelaku usaha kecil menengah khususnya pedagang buku. Seandainya memang ada copras-capres yang punya ide program itu, Wallahi! Besok terus saya declare jadi fans mereka. Namun jika memang tidak ada yang angkat isu "dapur" kami orang-orang kere ini, kakeuh kapileh keudrou keuh!

Lom Kupi Lhokseumawe, 11 Desember 2018)
@akukamaruzzaman

Sort:  

Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.029
BTC 60700.74
ETH 2389.90
USDT 1.00
SBD 2.64