SEC-S10W5 – My Favorite Place

^{Kreatif Photo by Canva}

SEC-S10W5 – My Favorite Place.

Setiap orang suka berlibur. Namun karakter seseorang juga mempengaruhi minat atau hobi, termasuk memilih objek wisata favorit dimana ia merasa nyaman untuk berlibur dan traveling. Pada umumnya berlibur adalah kegiatan untuk alasan merefres pikiran dan penguatan mental. Namun bagi saya berlibur dan traveling bukan semata-mata hanya untuk menghibur perasaan dan merefres pikiran. Banyak hal-hal baru belum pernah kita lihat dan kita temukan, baik berupa benda, sejarah (asal usul), tradisi bahkan orang-orang baru yang akan menambah pengetahuan dan wawasan.

Untuk sektor pariwisata, Saya dan keluarga cenderung menyukai destinasi wisata bernilai edukasi seperti Museum atau wisata budaya, tempat sejarah serta perjalanan ke tempat-tempat terbuka (wisata alam) seperti, hutan dan pegunungan. Pada topik kontes ini saya telah menyiapkan materi cerita tentang Wisata Museum Kota.

Museum Kota Lhokseumawe adalah salah satu okjek wisata budaya dan edukasi yang tidak pernah sunyi dari kunjungan wisarawan lokal serta aktivitas masyarakat lainnya. Bagi saya dan keluarga, berkunjung ke Museum ini sangat mudah karena lokasinya sangat dekat.

^{Rumah adat Aceh adalah salah satu bukti sejarah dan budaya masyarakat di Provinsi Aceh, Indonesia}

Keistimewaan berkunjung ke objek wisata budaya seperti Museum tidak hanya sebagai wahana hiburan bagi pengunjung, namun sebuah perjalanan berbobot karena mengandung nilai adat dan budaya dan edukasi. Museum adalah warisan kekayaan budaya dan benda - benda bersejarah yang belum diketahui sebelumnya.

Museum dipenuhi dengan sejumlah benda atau koleksi sejarah untuk tujuan memberi pengetahuan kepada pengunjung dan wisatawan luar tentang "jejak" perjalanan sejarah dan kekayaan budaya suatu daerah, Seperti beberapa koleksi benda dalam gambar yang sudah saya siapkan dibawah ini.

^{Selfie berlatar belakang rumah adat Aceh di halaman Museum Kota Lhokseumawe}

Jingki

Jeungki atau sebutan familiar dalam bahasa Aceh adalah "Jingki", merupakan salah satu alat tradisional yang dibuat dari kayu untuk penumbuk (penghancur) gabah atau padi, beras, kopi dan sagu. Benda tradisional ini memiliki sejarah penting sejak kesultanan Aceh meskipun saat ini sudah tergerus oleh kemajuan teknologi modern.

Cara menggunakan jeungki melibatkan tenaga manusia pada bagian belakang yaitu menggunakan ujung kaki pada bagian pengungkit yang digerakkan menggunakan ujung kaki yang dihentak untuk memberi trkanan yang kuat agar dapat menghancurkan benda. Sedangkan pada bagian depan (penjaga lesung) membutuhkan skil pada bagian lusung (lusong) berbentuk seperti mangkuk besar terbuat dari batu.

Lumbung Padi (Kroeng)

Museum budaya yang saya kunjungi juga masih menyimpan Lumbung padi (tiruan) dengan bentuk dan ukuran persis sama. Lumbung atau (Kroeng pade) ini adalah tempat penampung padi tradisional masyarakat Aceh zaman dulu. Setiap selesai panen, padi yang sudah dikeringkan akan disimpan dalam lumbung yang terbuat dari anyaman bambu untuk jangka waktu tertentu.

Lihat gambar ukuran penuh

Meriam Lada Sicupak

Meriam Lada Sicupak adalah salah satu bukti sejarah masyarakat Aceh tempo dulu ketika berperang melawan penjajah Portugis. Informasi sejarah bertuliskan bahwa alat perang ini adalah hadiah dari Utsmaniah Turkey kepada masyarakat Aceh melalui Sultan Aceh ke 3 bernama Al-Kahar pada abad ke-16.

Lihat gambar ukuran penuh

Tambo (Beduk)

Dalam bahasa Aceh benda ini disebut Tambo (beduk ukuran besar). Tambo adalah alat penyampai informasi yang digunakan oleh masyarakat Aceh sebelum ada alat pengeras suara (mic) seperti saat ini. Tambo ditempatkan di masjid dan meunasah (mushalla) difungsikan untuk mengumpulkan masyarakat atau hal-hal tertentu yang dianggap penting, seperti pemberitahuan masuknya jadwal shalat, pengumuman rapat, musibah dan hal-hal penting lainnya.

Tambo terbuat dari batang kayu ukuran besar yang sudah dilobagi bagian tengah dan kulit binatang seperti kulit sapi atau kulit kerbau.

Saat berada ditempat wisata favorit, saya merasa nyaman karena menyukai tempat ini sebagai tempat berlibur sekaligus sebagai tempat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang sejarah dan budaya dari benda-benda peninggalan masa lalu.

Saya juga sering mengajak istri saya anak-anak ke Mesium tersebut untuk tujuan memperkenalkan sejarah dan budaya masyarakat Aceh kepada mereka. Kita tahu, Era globalisasi telah menenggelamkan pengetahuan sejarah dan budaya daerah secara perlahan, alasan ini pula saya menganggap penting bahwa generasi era modern harus tahu kekayaan budaya daerahnya untuk dapat menghargai perjuangan orang-orang terdahulu (pahlawan) yang telah berjasa memperjuangkan kebebasan wilayah dan bangsanya.

^{Graffiti edukasi menggambarkan sejarah dan budaya Aceh}

Tentu ada satu atau lebih cerita menarik saat berada sebuah tempat wisata. Sebelumnya saya juga pernah berkunjung dengan anak gadis saya berumur 7 tahun ke Mesium ini, ia belum dapat memahami benda-benda bersejarah disana, kecuali hanya bermain dengan beberapa alat permainan yang disediakan untuk pengunjung.

Saya sempat lalai mengotrolnya bermain sehingga putri saya sempat terpeleset saat menaiki tangga rumah mainan. Untungnya saya sempat membantu agar ia tidak terjatuh. Maaf karena saya tidak sempat mengabadikan gambar untuk moment tersebut.

^{Putri saya Ramadhani saat bermain ditangga rumah mainan}

^{Adek Ramadhani saat bermain jungkat jungkit}

Sekian ulasan saya untuk tema SEC-S10W5 – My Favorite Place , semoga bermanfaat. Terima kasih banyak atas kunjungan dan support dari kawan-kawan steemians yang telah bersedia singgah.

^{invite: kanda @irawandedy @malikusman1 @paholags}

Indonesia, 6 Juli 2023
Regards,
@ridwant

_{support @pennsif.witness
Klik disini}