Perempuan Berdaya Versi Para Perempuan Peduli Leuser
Memperingati Hari Perempuan Sedunia tanggal 8 Maret kemarin, kami dari para Perempuan Peduli Leuser (PPL) mendefinisikan makna dari perempuan berdaya menurut versi masing-masing. Sebelumnya aku akan memperkenalkan terlebih dahulu tentang PPL itu sendiri.
Sejarahnya PPL dibentuk oleh USAID Lestari untuk mengangkat isu Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang ada di Aceh. Hutan yang ada di KEL merupakan kawasan penting dalam menunjang kelangsungan hidup manusia dan satwa yang ada di Aceh dan Sumatera Utara. Tidak hanya itu, KEL juga sebagai sumber air bagi 6 juta masyarakat Aceh. Begitu pula dengan oksigen yang dihasilkan KEL sebagai penyumbang udara bersih bagi masyarakat dunia, bahkan KEL ditetapkan sebagai warisan dunia (World Heritage) pada tahun 2004 oleh UNESCO.
Berbicara tentang KEL, tidak hanya mengenai pohon, air, udara, dan satwa yang ada di dalamnya karena KEL lebih dari itu. Namun, pemberitaan di media massa mengenai KEL justru memberitakan sisi gelapnya saja, seperti penebangan pohon secara liar, pemburuan satwa, sengketa KEL, dan sebagainya.
Oleh karena itu, USAID Lestari membentuk PPL dengan memberikan beasiswa pelatihan Female Media Champion kepada perempuan Aceh yang tinggal di sekitar KEL. Di sini kita diberi pengetahuan tentang wajah asli dari KEL itu sendiri, tidak hanya sekadar permasalahan yang terdapat di KEL saja, tapi hal positif dari keberadaan KEL itu sendiri.
Kami juga diajarkan bagaimana cara menulis yang baik untuk mengangkat sebuah isu dan belajar membuat videonya. Kemudian menyebarluaskan isu tersebut ke media massa hingga menjadi pelajaran dan inspirasi buat orang lain.
Dua tahun setelah pembelajaran tersebut, USAID Lestari pun melepaskan kami hingga kami menjadi komunitas yang mandiri. Walau pertemuan kami tidak seintens dulu, tapi kami tetap terhubung melalui dunia maya. Fokus kami saat ini bukan saja sekadar berbicara tentang KEL, tapi tentang perempuan dan keterlibatannya dalam ruang publik.
Untuk saat ini, kami hanya bisa bersuara melalui tulisan di dunia maya. Lewat tulisan-tulisan di website yang kami kelola, yaitu Perempuan Peduli Leuser itu, kami berharap akan menggugah pembaca. Apalagi bisa menginspirasi perempuan untuk terus berkarya tanpa harus membatasi diri karena jenis kelaminnya yang perempuan.
Tampilan Website Perempuan Peduli Leuser
Sebab baik laki-laki atau pun perempuan semuanya sama saja, kita mempunyai hak yang sama dan keterlibatan yang setara.
Dalam rangka memperingati World Women Day, beberapa anggota PPL membuat definisi perempuan berdaya sebagai berikut.
- Khairiah (Makbied)
Sumber
Sumber
Perempuan yang kami sebut Makbied ini berasal dari Aceh Barat Daya. Ia seorang pendamping lokal desa yang begitu vokal menyuarakan tentang kepentingan perempuan saat membuat sebuah kebijakan.
Aku mengenalnya pertama kali saat pelatihan PPL di Gayo Lues. Menurutku dia orang yang asyik untuk diajak berdiskusi, khusunya tentang persoalan yang ada di masyarakat desa karena pengalamannya dalam mendampingi desa tidak perlu diragukan lagi.
Makbied juga pernah memesan syal kasab kepadaku dengan motif lukisan kasabnya berupa harimau. Rupanya ia sangat menyenangi satwa yang satu ini sampai-sampai syalnya gambar harimau.
- Dian Guci
Sumber
Sumber
Ia menyebut dirinya sebagai orang awam dalam template definisi perempuan berdaya. Ya, begitulah kak Dian. Orangnya susah ditebak, tapi sebenarnya ia perempuan yang sangat aktif menyuarakan tentang keberadaan perempuan itu sendiri melalui tulisan-tulisannya yang begitu menghipnotis.
Salah satu tulisan terbarunya yaitu Melawan Gravitasi: Kisah Gadis Pidie Penakluk Punggung Bumi begitu menggoda untuk dibaca. Tulisannya seakan memberi sugesti bagi kita sehingga tak terasa kita terpengaruh dengan apa yang dituliskannya.
- Ihan Nurdin
Sumber
Sumber
Kiprahnya dalam kepenulisan tidak usah diragukan lagi. Tulisan-tulisannya berseliweran di media massa dan pantaslah ia menjabat sebagai pimpinan media. Dia adalah orang yang begitu berpengaruh dalam memotivasiku untuk menulis.
Jauh sebelum kami berteman akrab dan menjadi tetangga, ia pernah menjadi pembicara dalam salah satu pelatihan menulis. Dan aku menjadi pesertanya. Di saat sesi tanya-jawab, aku mengeluhkan kepadanya tentang tulisanku yang tidak pernah terbit di media massa walau aku sudah berkali-kali mengirimkannya.
Kalimat yang paling kuingat saat itu, “Teruslah mengirimkan tulisan-tulisanmu sampai editor media massa itu muak melihatnya dan akhirya menerbitkan tulisanmu.”
Kalimat itu benar-benar kutanamkan di alam bawah sadarku, hingga akhirnya tulisanku terbit di media massa dan kumpulan tulisan itu aku buat sebuah buku yang berjudul Bukan Catatan Kartini.
Saat membuat definisi perempuan berdaya, Kak Ihan sedang liburan di Simeulu. Foto-fotonya benar-benar membuatku iri, sebab dulunya kami sering liburan bersama. Semoga suatu saat kami bisa liburan bersama lagi yang tentunya ada anggota baru, yaitu Cahya Putroe Semesta.
- Yelli Sustarina
Sumber
Sumber
Ya, itulah definisi dariku. Aku menyebut diriku sebagai mom blogger karena memang saat ini aku memutuskan untuk jadi full time mom dan penulis blog.
Kalau ingin tahu tentang aku, silakan baca Perkenal Diri
- Kashumah (Kasu)
Saat ini ia menjadi Social Worker di Rumah Relawan Remaja (3R) Banda Aceh. Aku dan dia sama-sama berasal dari Aceh Selatan. Walau satu kabupaten, tapi kami jarang bertemu karena dia kuliah di Lhokseumawe, sedangkan aku di Banda Aceh.
Aku dipertemukan dengannya saat pelatihan PPL, kami pun akhirnya sering melakukan projek bersama. Salah satunya membuat video tentang sampah sebagai tugas dari USAID Lestari.
Sekarang Kasu terlibat dalam pengelolaan sampah untuk dibuat produk yang siap jual. Produk tersebut dijual melalui akun instagram Greevi.
- Fitriani (Purchel)
Sumber
Sumber
Anak Mapala yang mempunyai hobi memanjat tebing ini sungguh membuatku terkagum-kagum. Hal yang paling kuingat darinya ialah saat ia mampu mengangkut karung-karung yang berisi padi dan membawanya dari luar rumah ke dalam rumah.
Hal yang biasanya dilakukan oleh kaum adam, tapi dengan entengnya ia melakukan itu semua. Rupanya Purchel memang sering melakukan itu karena ketika tidak sedang kuliah Purchel membantu orang tuanya ke sawah.
Aku pernah bertandang ke rumahnya di Pidie tahun 2018 silam dan melihat aktivitas Purchel saat itu yang kebetulan sedang musim panen. Tanpa malu dan ragu ia memperlihatkan aktivitas kesehariannya yang membuatku perlu mengangkat topi untuk kegigihannya.
Saat ini, Purchel sedang mengikuti pelatihan untuk instruktur panjat tebing yang diselenggarakan oleh Vertical Rescue Indonesia (VRI) di Curug Cisanggarung, Bandung Timur. Ingin megetahui lebih jauh tentang dirinya silakan baca di sini
- Ayu ‘Ulya
Sumber
Sumber
Koordianator PPL ini sangat risih bila nama belakangnya ketinggal tanda koma terbalik di atas huruf U namanya. Pernah beberapa kali ia sempat berdebat dengan salah satu panitia penyelangara acara karena perkara ini. Aku yang melihat kejadian itu hanya senyum-senyum saja. Menurutnya koma terbalik di atas "U" itu sangat penting bila namanya digunakan dalam sistem digital.
Aku mengenalnya jauh sebelum mengikuti kegiatan PPL karena hampir semua kegiatan yang kuikuti, dia juga ikut. Jadi, kami sering jadi patner dalam mengerjakan proyek, khususnya dalam bidang kepenulisan. Sikapnya yang ramah, lugas, dan apa adanya membuatku merasa cocok untuk bekerjasama dengannya.
Terakhir tepatnya di penghujung 2020, kami terlibat dalam penulisan ¬success story orang-orang dampingan lembaga Forum Bangun Aceh (FBA) yang ada di beberapa Kabupaten di Aceh. Kak Ayu juga seorang editor dan layouter buku. Aku pernah menggunakan jasanya untuk menglayout bukuku yang berjudul Bukan Catatan Kartini.
Bila teman-teman stemian ingin buat buku, bisa menggunakan jasanya untuk menglayout buku. Langsung baca saja tentang Jasa Layout Buku Murah di Banda Aceh
Itulah sekilas ukasanku tentang definisi Perempuan berdaya menurut versi para Perempuan Peduli Leuser. Oia, yang ada dalam tulisan ini hanya sepertiga dari seluruh anggota PPL. Di lain waktu, akan aku ulas teman-teman PPL lannnya.
luar biasa postingan ini. jadi rindu pada Leuser
Ntar kalau mau ke leuser lagi ajak kita para perempuan Leuser lah 😀