Cerpen : PENGHARGAAN UNTUK IBUKU
|Sebuah Cerita Penghargaan, 100% payout untuk Ibuku, Sungguh.
HUJAN turun dengan deras hari ini. Sudah seminggu ini seperti itu, sehingga banyak daerah kelebihan air alias banjir. Pun termasuk jalan dari kos-kosanku ke kampus yang cuma 15 menit mengendarai sepeda motor.
Aku mempersoalkan masalah cuaca karena pagi ini ada kuliah. Bagaimana coba caranya aku ke kampus kalau hujan terus-menerus seperti ini? Yang paling aku takutkan adalah sepatuku yang hanya sepasang, kanan dan kiri. Kalau sampai sepatuku ini basah, duh…
Masih lekat di ingatanku pada saat aku maksain pakai sepatu pada saat hujan-hujan begini, sepatunya jadi basah dan kakiku jadi lembab. Akibatnya kakiku menjadi gatal sekali pada waktu malam harinya. Sungguh menyiksa saat tidak dapat tidur gara-gara kaki gatal. Kapok aku menggunakan sepatu basah.
Akhirnya aku kepikiran untuk memakai sandal saja ke kampus, nanti waktu sampai di kampus baru ganti sepatu. Ide cemerlang dari otakku, aku suka itu.
Jadilah aku berangkat kuliah pakai sandal. Sandal jepit.
Aku ingat ibuku yang membelikanku sandal ini karena pada saat aku pulang ke rumah, aku suka pakai sandal beliau. Jadilah aku dibelikan sandal jepit agar tidak menggunakan hak milik orang lain. Sandal Jepit beralas cream dengan karet berwarna hitam dibelikan ibu dari pasar Meureudu.
Ibuku orang yang baik. Seorang guru SD yang sangat aku hormati. Jarang marah dan pekerja keras. Setiap pagi ibuku selalu bangun sebelum subuh dan mulai menanak nasi buat sarapan aku dan abangku. Setelah subuh datang beliau membangunkan kami dan menyuruh kami sholat subuh ke ruang tamu yang juga melakap sebagai musholla, "perintah yang jarang aku patuhi, Sungguh." Ngantuk selalu menyerangku tanpa ampun di subuh hari. Beliau juga menyiapkan pakaian seragam untukku dan baju kerja untuk abangku yang seorang buruh kecil-kecilan.
Ahh… ibu yang sempurna. Kalau aku mencari istri, aku ingin mencari yang seperti ibuku.
Ibuku juga memiliki pendirian yang kukuh. Masih teringat jelas di ingatanku bagaimana kemarin aku mengecawakan beliau. Beliau begitu terpukul, menanggung beban yang sangat berat. Mencoba bertahan dalam himpitan kesulitan ekonomi yang tanpa ampun menyerang harga dirinya, melalui perilakuku.
Seperti halnya kejadian yang kutulis dalam cerpen "Sapu Lidi Ibuku" waktu itu ( https://steemit.com/hive-193562/@vandols/sapu-lidi-ibuku ), dia begitu marah padaku.
Alkisah waktu itu aku mencoba mencuri uang nya, aku mengendap-endap masuk ke-kamar 3x3 itu, tapi tetap saja ketahuan. Ibuku memang hebat. Penerawangannya telah melebihi Nostradamus yang meramal bahwa tahun 1999 menjadi akhir dunia. Omong kosong, elite.
Ibuku tak pernah omong kosong dan layak di beri penghargaan.
Maka, dari itu. 100% payout dari tulisan ini akan ku serahkan untuk Ibuku.
|AKU, IBUKU DAN ABANGKU YANG SELESAI DIWISUDA.
Terimakasih telah membaca.
Salam manis,
@vandols
Nostradamus setahuku tidak meramal tahun berapa akan terjadi apa, hanya orang-orang yang membaca tulisannya mencoba menerjemahkan semau mereka. Hehe. Bagus cerpennya, Bang.
Nostradamus memang tidak meramal tahun, bang. Tapi dia menyebutkan tanda-tanda, dan kita sebagai penulis fiksi, seperti nya tak perlu uji akademis untuk menjadikan nya seperti tulisan ilmiah, Bang.
Terimakasih banyak. 🙏🏻🙏🏻
Ya benar. Demikian. 👍 Orang-orang lah yang kemudian menterjemahkan tanda-tanda itu dan melakukan cocoklogi. 😁
Tapi saya suka baca fiksi ilmiah utamanya yang saduran. Biasanya ada tidak sedikit kandungan ilmiah di dalamnya, dan batasan antara muatan fiksi dan ilmiah pun kadang menjadi samar. 😁