Life choices : Uang atau rasa damai?
Life choices
Hidup dapat dimaknai sebagai sebuah proses yang kita jalani untuk mendapatkan kebahagiaan, baik itu kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan yang memiliki visi yang panjang dalam perspektif Islam ketika kita mendapatkan nikmat surga karena Tuhan membalas kebaikan yang kita lakukan selama kita hidup di dunia.
Hidup kita di dunia ini hanyalah sementara, dan tujuan akhir adalah hidup yang abadi di akhirat nanti yang tentu kita ingin berada dalam kebahagiaan di surga-Nya Allah SWT.
Jika kita meyakini bahwa hidup di dunia itu hanya sementara dan kita pasti mengalami kematian, maka kita akan berpikir lebih jauh dalam melakukan apa saja di dunia ini, karena semuanya akan kita pertanggung jawabkan di Mahkamah Allah SWT nanti.
Definisi bahagia semasa kita hidup di dunia ini pun dimaknai dengan berbeda oleh setiap individu. Mereka menentukan indikatornya masing-masing sesuai keinginannya.
Ada yang menjadikan kesuksesan dalam pekerjaan sebagai indikator sebuah kebahagiaan. Ada yang menjadikan kemakmuran sebagai indikator bahagia, memiliki harta yang banyak, aset tak terbatas dan lain-lain sebagai indikator untuk mendapatkan kebahagiaan.
Semuanya tergantung individu masing-masing yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, lingkungan sosial maupun spiritualitas dari seseorang.
Bagi saya, kebahagiaan dicapai bila saya bisa hidup dalam kedamaian dan ketentraman jiwa, apapun kondisinya. Entah saya memiliki prestasi yang mentereng, harta yang banyak atau saya hanya memiliki harta yang cukup untuk kehidupan saya dan memiliki prestasi diangka rata-rata.
Saya juga akan merasa bahagia bila memiliki kondisi kesehatan yang cukup baik sehingga saya akan berusaha menjaga kesehatan dengan membudayakan perilaku hidup sehat.
Saya tidak akan mengorbankan kedamaian demi menghasilkan uang atau mendapatkan jabatan, karena kedua hal itu tidaklah abadi serta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.
Hal ini saya buktikan dengan keputusan saya untuk mundur dari jabatan yang cukup prestisius di tempat saya bekerja, dimana orang-orang berlomba-lomba untuk mendapatkan jabatan, bahkan jika harus menggunakan cara-cara tidak baik sekalipun seperti menyogok dan lain-lain.
Suasana kerja yang tidak kondusif bahkan cendrung Toxic membuat saya tidak betah, dan kemudian saya memutuskan untuk meninggalkan lingkungan yang Toxic itu.
Saya sudah berusaha bertahan dan berjuang selama bertahun-tahun pada jabatan tersebut sampai akhirnya saya lebih memilih kedamaian dan ketentraman batin dibandingkan dengan jabatan ataupun uang.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam prakteknya, nuansa jabatan itu penuh dengan intrik, kolusi, konspirasi bahkan korupsi yang dilakukan oleh oknum, meskipun mereka telah digaji dan diberi insentif yang tinggi.
Dan praktek ini terjadi mulai dari level paling atas (pejabat tinggi) sampai level paling bawah di tingkat aparatur desa serta sudah menjadi "penyakit kronis" di negara kami.
Hal ini terpotret dari banyaknya kasus korupsi dan gratifikasi dalam birokrasi yang telah diungkap oleh aparat penegak hukum dan lembaga pemberantasan korupsi.
Baru-baru ini sedang bergulir kasus korupsi dan gratifikasi yang dilakukan Menteri Pertanian Republik Indonesia yang membuat kita geleng-geleng kepala.
Selain itu, masih banyak kasus lainnya, baik yang telah selesai prosesnya maupun sedang dalam proses dan daftar tunggu. Dan kondisi yang demikian membuat saya memilih jalan untuk menghindari lingkungan yang seperti itu.
Sebagai konsekuensi dari mundurnya saya dari jabatan tersebut maka akan berpengaruh pada keuangan dan pemasukan saya. Dan saya pun akan menerapkan prinsip hemat dan lebih bijaksana dalam hal memenej keuangan saya.
Hal ini saya lakukan agar anak-anak dan keluarga saya tidak mengalami dampak yang signifikan dari kondisi ini, dan agar mereka tetap bisa terpenuhi kebutuhan hidupnya seperti biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya.
Saya bukanlah orang yang mendewakan uang. Uang bukanlah segala-galanya, walaupun kita tidak bisa hidup tanpa memiliki uang.
Saya merasa bahagia bila memiliki uang. Karena, dengan uang saya bisa melakukan banyak hal. Membahagiakan orang-orang yang saya cintai dan juga membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Namun sumber kedamaian dan kebahagiaan saya adalah keluarga saya dan orang-orang yang saya sayangi, sehingga saya akan berusaha sekuat tenaga saya untuk membahagiakan mereka.
Saya juga akan merasa bahagia jika saya bisa membantu orang lain sehingga kehadiran saya bisa lebih bermakna, karena saya percaya bahwa Tuhan menghadirkan saya ke muka bumi ini untuk menebar kebaikan dan saling tolong-menolong.
Sekian postingan saya kali ini tentang pilihan dalam hidup, apakah lebih memilih uang ataukah memilih kedamaian. Stay Healthy and Fun, Ciao...!
Korupsi dan Gratifikasi adalah dua hal yang sudah membudaya, memang menjadi sebuah pekerjaan rumah utama bagi bangsa, mindset para pemangku kepentingan perlu untuk dirubah, namun itu memang bukan hal yang mudah.
Benar. Dan sepertinya kita hopeless dengan rezim saat ini. 😔
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steem4indonesia
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steemhobbies
We invite you to continue publishing quality content. In this way you could have the option of being selected in the weekly Top of our curation team.