Achievement 4 Oleh @rizkiblangpadang Tugas : Applying Markdown

Seminggu setelah pulang dari Duek Pakat Raya I Partai Aceh Hijau di Hotel Lading Banda Aceh, lokasinya dekat dengan Warkop Cek Uke Pinggir Kali. Aku sering diajak ngopi disela - sela Kongres oleh Bang @hendrasusoh yang pada saat itu belum jadi ASN seperti sekarang.

Bukan itu yang ingin kubahas dalam postingan ini, tapi percakapanku dengan Bang Adami Us seminggu dari Penutupan Kongres PAH yang pertama, jangan tanyakan kapan Kongres keduanya, HP ini kulempar nanti.

Aku membuka percakapan mengenai bagaimana kelanjutan dari Kongres kemarin, Bang Adami Us yang didapuk menjadi Ketua DPW Aceh Barat Daya menjelaskan program - program dalam rencana nya yang sudah tersusun rapi. Aku sebagai anggota sesekali bertanya dan selebihnya hanya anggukan saja tanda setuju.

Pada suatu masa - (Facebook)

Kemudian percakapan kami beralih ke dunia pertanian. Aku bertanya, bukan kah sebagai Negara Agraris pertanian adalah sumber pendapatan kita, tapi mengapa kita masih import beras. Bukankah dulu kita dikenal sebagai Negara yang mampu menyediakan beras bukan hanya untuk warganya tapi juga Negara lain. Apakah karena dewasa ini generasi kita sudah mulai meninggal kan dunia pertanian, sehingga banyak lahan sudah beralih fungsi. Bang Adami Us memberikan jawaban yang sampai hari ini masih kuingat.

---

Dek, memang ada pola pemikiran yang kurang tepat dalam masyarakat kita sekarang. Pergeseran budaya kampung ke budaya kota, memang kita tidak bisa menghindari itu. Mereka sudah malas bertani, alasan nya bermacam - macam, mulai dari kotor sampai dengan anggapan pekerjaan kuno. Padahal mau atau tidak maunya mereka bertani, sawah dan ladang itu warisan mereka. Kesimpulan nya kalau kita dari kampung ini, menjadi petani itu bukan pilihan tapi menjaga warisan, karena bertani itu pekerjaan warisan dari orang tua kita jaman dulu.
— Bang Adami Us

---

Bertani sebenarnya sudah menjadi budaya bagi masyarakat kita, bahkan di Aceh Meu go ^[1] adalah adat yang harus dilestarikan. Tidak lah lebay kalau saya mengatakan bertani itu adalah adat, karena dapat dilihat dari lembaga adat Keujruen Blang ^[2] yang telah ada sejak jaman dahulu. Keujruen Blang ini mempunyai tugas yang terkait dengan aktivitas disawah mulai dari waktu seumula ^[3] sampai semeukoh ^[4] dan juga bila terjadi sengketa disawah Keujruen Blang menjadi orang pertama yang di minta untuk peuteupat punca. ^[5] Adat bahkan mengatur tata cara dan kapan waktu yang tepat untuk mulai melakukan aktivitas tanam padi, terlihat dari hadih maja di bawah ini.

---

^[6]

sumber