Presentasi: Perkenalkan, Saya Pendatang Baru - @mosin-nagant

HALO Steemians, saya @mosin-nagant—asal Indonesia—pendatang baru. Sebelumnya, saya telah memperkenalkan diri di sebuah komunitas. Dari situ, saya mendapat saran untuk mengunggah kembali presentasi saya ke sini. Saya berterima kasih atas saran dari @amjadsharif dan kurator komunitas @indonesianers, atas pencerahan sekaligus penerimaan.

Mengapa saya memilih nama pengguna yang sebenarnya merupakan nama senapan asal Rusia yang perakitan pertama kalinya berlangsung pada 1891 dan secara resmi memasuki medan pertempuran pada 1892? Mosin-Nagant adalah jenis senapan yang saya gunakan dalam gim perang bergenre First Person Shooter (FPS) bernama World War Heroes yang sekilas mirip dengan konsol populer Call of Duty.

Saya menggunakan nama yang sama di gim tersebut. Klasik memang, berat senjata tersebut membuat gerakan pemain sedikit melamban ketimbang senapan tandingannya, seperti Mauser. Kalau Anda penyuka film bergenre perang seperti Enemy at The Gates, kurasa Anda tahu alasan saya mengapa tetap bersikeras menggunakan senapan tersebut di balik kekurangannya. Mosin-Nagant memiliki nilai sejarah, bahkan lekat dengan kisah sniper perempuan kenamaan asal Soviet bernama Lyudmila Pavlichenko yang berjuluk 'Sang Nyonya Kematian.'

Jika Anda membaca kisahnya, Anda akan tahu bagaimana Pavlichenko pernah mendapat nyinyiran dari media massa ketika ia melakukan tur bersama Ibu Negara Eleanor Roosevelt untuk menggalang dukungan sekutu melawan kekuatan fasisme di Amerika Serikat. Ketika ia datang dengan pakaian dinas yang kaku dan norak, pers mulai mengkritik mode berpakaiannya yang tidak sesuai kultur pop gadis-gadis Amerika masa itu.

Pavlichenko adalah kamerad yang tidak sempat memikirkan riasan dan cat kuku, atau rok sepan bermotif bunga Lili, tapi ketika orang-orang tahu bahwa berkat ketajaman mata yang teduh itu dia telah mengirim para fasis ke retret terakhir mereka, dia pun berkata kepada semua orang yang berkumpul di Chicago:

"Tuan-tuan, saya berusia 25 tahun dan saya telah membunuh 309 penghuni fasis sekarang. Tidakkah Anda berpikir, Tuan-tuan, bahwa Anda telah bersembunyi di belakang saya terlalu lama?"

Kalimat tersebut telah membuat massa hening sebelum lonjakan kegirangan yang emosional dan membakar semangat menggenangi tempat itu. Pavlichenko adalah ejawantah emansipasi wanita, simbol perjuangan yang akan membuat para lelaki patriarkis keki.

(Anda tahu saya berada di deretan mana dalam foto di atas? he-he)

Lahir di sebuah pulau yang berada kurang lebih 150 kilometer dari lepas pantai barat Aceh 31 tahun yang lalu, sekarang saya tinggal di sebuah kota yang menjadi sentral kehidupan sosial dan pemerintahan bernama Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Mengutip unggahan saya di komunitas sebelumnya, di kota tersebut, Anda akan menemukan matahari terbit dari sebelah timur di balik pegunungan pada pukul 07.30 Waktu Indonesia bagian Barat, sementara sebagian orang tengah duduk meriung di salah satu sudut kedai kopi sebelum berangkat menuju ke tempat kerja.

Hal itu—mungkin—sebagian besar akan mempengaruhi konten saya. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk konten yang lain, seperti cerita keseharian, cerita pendek sekali (cerpensek) atau segala hal yang estetis dan menarik untuk saya ceritakan, dengan gaya penulisan orisinal tentunya. Saya juga menyukai fotografi tapi termasuk amatir mengenainya, sementara itu, saya berencana menaruh perhatian lebih terhadap konten bertemakan seni dan budaya termasuk di dalamnya seni dan sastra.

Saya menyukai musik, terutama metal, dan merupakan penggemar semi-militan untuk kuarted beraliran Groove Metal seperti Sepultura dan Pantera, dan beberapa genre lain yang tertampung di dalam kuartet seperti Wind of Plague dan Sleep Terror. Saya mulai menyukai musik metal setelah seorang sepupu menunjukkan album underground Metalik Klinik II pada 2000-an lalu. Ketika itu, saya suka berjingkrak-jingkruk sambil mendengarkan lagu-lagu kompilasi dari album tersebut di dalam kamar saat semua penghuni rumah telah pergi sampai mereka menemukan saya tercampak di atas kasur karena kelelahan.

Baru-baru ini, saya melakukan riset untuk membongkar jurus petikan alternate picking gitar Paul Gilbert, dan mulai getol mempelajari teknik string skipping arpegggio eks-gitaris Racer-X dan Mr. Big itu. Jujur, saya selalu horni ketika mendengar bunyi serpihan yang keluar dari setiap pukulan plektrum Paul di senar gitarnya, he-he.

Karena saya menetap di dunia tulis-menulis, saya sedang memanajemen diri untuk membaca satu artikel ringan, terutama yang berkaitan dengan sejarah dan budaya, setiap hari, kemudian menambahnya dengan dessert berupa satu cerita pendek untuk mempertajam emosi dalam menulis. Saat ini, saya sedang senang-senangnya melakukan riset, atau mencari tahu apa pun itu yang berkaitan dengan jurnalis cum penulis cerita pendek Italo Calvino, setelah membaca karya terjemahan miliknya bertajuk Coscieza (Italia) atau Conscience (Inggris).

Apa yang saya tidak suka? Tidak ada yang terlalu spesifik untuk hal tersebut, tapi, saya ogah meminum kopi yang mengandung gula dan akan selalu setengah hati dengan sebuah pekerjaan yang sifatnya mandat. Saya orang bebas. Saya lebih suka bekerja dengan santai tanpa harus berada di bawah tekanan deadline. Itu juga yang membuat saya masuk ke dalam unit para penulis yang cenderung malas.

Saya sangat awam alias belum memiliki pengalaman apa pun terkait cryptocurrency dan bermInat untuk belajar. Adapun orang yang mendorong saya untuk membuat akun adalah @bookrak, seorang mentor yang telah jauh hari berwira-wiri di jejaring komunitas ini. Saya ucapkan terima kasih kepadanya. Dari dia saya tahu, sebagai blog, #steemit ternyata bukan sekadar jejaring ekstraksi kolektif #cryptocurrency, tapi juga manifestasi ruang kultur pop dan klasik, yang menampung dan mengakomodir aktivitas personal tanpa harus berlomba-lomba menjadi yang terbaik.

Kolektifitas yang seperti itu seharusnya menjadi antitesis platform berbasis kapitalisme karena Steemians tidak mengawali aktivitasnya di sini dengan modal. Kecuali kebersamaan, harapan, dan penerimaan.

Terima kasih, salam hangat penuh cinta, dari Aceh, Indonesia. Viva Steemians!