Preh Linto Baro (Pesta Perkawinan)
The Diary Game
Morning diary..!
Dalam hidup, kita selalu berada dalam dua fragmen, yaitu suka dan duka sebagai sebuah sunnatullah. Kadang kita mengalami kebahagian dengan berbagai hal atau kejadian yang kita alami sehari-hari, dan di lain waktu kita mengalami kesedihan dengan berbagai kejadian, seperti kemalangan, sakit dan lain sebagainya.
Kedua hal tersebut menjadi "warna" dalam kehidupan kita sehingga suka tidak suka kita harus menerimanya dan "berdamai" dengan apapun yang kita hadapi setiap harinya.
Dalam keluarga besar kami, hari akan dihiasi dengan momen bahagia, dimana Pak Cik kami akan melangsungkan pesta perkawinan anak gadisnya. Sehingga keluarga besarku di Matangkuli akan hadir pada acara pesta tersebut.
Sejak kemarin, sebagian anggota keluargaku di Matangkuli sudah hadir kesana untuk membantu persiapan acara, termasuk anak perempuanku bersama ibu dan adikku.
Dan karena hari merupakan puncak acaranya (Preh Linto Baro) maka kami akan menghadirinya setelah terlebih dahulu ikut mencoblos pemilihan Tuha Peut di Balai pertemuan desa kami. Kebetulan juga adik bungsuku menjadi salahsatu kontestannya.
Pemilihan anggota "Tuha Peut" (perangkat desa) merupakan sebuah praktek berdemokrasi di tingkat desa, dimana calon anggota Tuha Peut dipilih melalui pemilihan langsung (pencoblosan) seperti hanya pemilihan Kepala Desa, Kepala Daerah (Bupati/walikota/Gubernur), anggota legislatif (DPRK, DPRA, DPR RI serta DPD), maupun presiden.
Bulukat Teukeurabee
Sebelum menuju balai desa, aku sempat sarapan dengan "Bulukat teukeurabee", sejenis kuliner tradisional Aceh yang diantar oleh ibuku. Ingatanku kembali melayang ke masa kecil dulu saat kami belum mengenal burger, sosis, spaghetti dan bermacam kuliner modern.
Rata-rata jajanan atau makanan yang kami makan relatif lebih sehat dan bergizi karena bukan merupakan fast food atau Junk Food seperti saat ini yang didominasi oleh makanan yang secara kesehatan memiliki dampak yang kurang baik.
Pencoblosan Tuha Peut
Saat aku berada di balai desa untuk mencoblos, belum banyak warga desa yang datang karena jadwal pencoblosan akan berlangsung sampai pukul 02 sore. Namun panitia sudah berada di tempat untuk memfasilitasi warga yang mau mencoblos.
Keluarga kami memilih untuk melakukan pencoblosan di pagi hari karena kami akan menghadiri pesta perkawinan anak Pak Cik di Alue Buya Kecamatan Baktya.
Berangkat ke pesta
Sekitar jam 10 pagi kami berangkat dari rumah kami di Matangkuli dengan menggunakan 4 unit mobil yang terdiri dari ibu dan ayah kami, adik dan kakak beserta keluarga mereka.
Meuseukat
Tidak lupa kami juga membawa oleh-oleh berupa kuliner tradisional yaitu Meuseukat dan dodol yang menjadi ciri khas saat acara pesta perkawinan berlangsung dalam tradisi Aceh. Dan itu merupakan sebuah bentuk "kemuliaan'" dari para kerabat terhadap keluarga yang sedang melangsungkan pesta perkawinan.
Kebersamaan anak-anak kami
Acara pesta perkawinan seperti ini juga merupakan sebuah momen untuk berkumpul dan meningkatkan silaturrahmi sesama anggota keluarga dalam suasana kebahagiaan. Dan biasanya kekompakan dalam sebuah keluarga besar bisa terlihat pada saat acara berlangsung.
Linto Baro telah Tiba
Sekitar jam 01 siang, rombongan pengantin pria (Linto Baro) dari Bagok, Kabupaten Aceh Timur telah tiba di rumah pengantin wanita (Dara Baro), dan seperti biasa di sambut oleh tuan rumah (penyambut) untuk disandingkan diatas pelaminan bersama Dara Baro.
Rujak salak
Acara pesta perkawinan seperti ini juga membawa berkah bagi pedagang jajanan yang biasanya mangkal di tempat acara. Penjual es krim, rujak (salak pliek), bakso crispi, dan jajanan lainnya, biasanya memperoleh rezeki yang lumayan karena jualannya ludes oleh tamu atau anak-anak yang hadir di acara pesta.
Desserts Wong Ndeso
Aku juga sempat menikmati makanan pencuci mulut (desserts) yang disajikan pada acara pesta, berupa kuliner tradisional yaitu Tape Ketan yang merupakan kuliner favoritku sebagai Wong Ndeso... 🤭
Tradisi Poet Capli. Foto, dok. @suryati1
Salah satu tradisi pada acara pesta ini adalah tradisi "Poet Capli" yaitu pengantin wanita mengenalkan kerabat dan keluarganya kepada pengantin pria. Para keluarga pengantin duduk di kursi yang telah disediakan, dan si Dara Baro memperkenalkannya satu persatu. Sementara anggota keluarga telah menyiapkan angpao berisi uang yang diberikan kepada mempelai saat bersalaman (sungkeman).
Sekitar jam 04 sore kamipun pulang ke Matangkuli karena di rumah sudah menunggu "anak-anak" kami (baca : ayam, ikan dan kucing kami) yang juga butuh makan setelah ditinggal seharian.
Telur hari ini
Alhamdulillah dua ekor ayam betina, masih bertelur dan telurnya bisa untuk sarapanku esok hari. Lumayanlah untuk membantu mencukupi kebutuhan telur selain telur yang ku beli di pasar...
Sekian diaryku kali ini. Terima kasih telah membacanya. Stay healthy and fun. Ciao..
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Sang Hana itume Karom boh manok nyan nyeh om Li🤭
Hana iteumee karom. Withdraw sabee... 🤭
Hahahaha bereh, itume bengeh manok, lage manok lon juah that
TEAM 5