Activist Diary | Memberi Makan Kuda Tetangga

Assalamualaikum kawan aktivis

Apakabar kalian semua? Semoga dalam kondisi sehat selalu dan mencinta binatang-binatang kesukaanmu. Jangan lupa untuk menjaga dan merawat dia jika sudah anda pelihara. Karena binatang juga punya rasa.

---

Payout 10 persen untuk pengembangan akun komunitas

Saya tidak punya binatang peliharaan. Ada kucing yang sering datang ke rumah, tapi bukan untuk dipelihara. Sebab saya kurang senang dengan karakter kucingnya yang jahil dan usil. Belasan bulan lalu pernah pelihara ayam jantan dan betina. Saat bertelur, telurnya dimakan sendiri. Akhirnya, dua-duanya disembelih.

Ingin memelihara burung pipit, bukan karena belum ada sangkar. Pernah terlintas ingin memelihara merpati putih, itu pun batal. Tertarik dengan merpati putih, karena melihat tampilannya yang unik. Itu pun ternyata batal. Akhirnya saya menganggap memang tak berjodoh dengan binatang.

Bicara binantang saya sering bercerita dengan anak-anak. Kebetulan mereka suka kucing. Saya bilang, jika ada kucing dengan karakter warna bulu mirip-mirip bulu harimau atau cheetah, mungkin tak masalah. Dengan senang hati kita bikin kandang terbaik.

Ternyata, apa yang saya utarakan langsung kena di ruang analisa anak-anak. Apalagi saya membumbui lagi dengan kalimat, "kalau pelihara kucing biasa, semua orang sudah punya. Tapi kalau pelihara kucing yang berbeda dengan orang lain, pasti akan gimana gituu. Kawan-kawan akan datang melihat atau bikin konten, karena kucingnya unik."

Akhirnya, mereka termakan omongan saya, dan tak lagi meminta pelihara kucing. Meski ketika ada kucing berbulu bagus, mereka suka main elus juga.

Kuda Tetangga

Kuda Betina Lizaz (atas) dan si Jantan Kanza (bawah)

Namun, dalam tujuh bulan terakhir ada tetangga yang punya kuda. Kebetulan juga sudah saling kenal dan punya koneksi bagus di luar urusan bertetangga. Rumahnya di lintasan biasa saya lewat untuk mengantar anak ke sekolah. Kebutulan juga anaknya satu sekolah dengan anak saya.

Si pemilik kuda juga cukup terkenal dengan nama Din Keramik. Nama aslinya Khairuddin. Dia adalah produser Serial Komedi Aceh Eumpang Breueh yang populer. Sejak serial Eumpang Breueh berhenti produksi, Din Keramik yang juga penguasaha itu kembali menekuni hobi lamanya. Memelihara hewan.

Bang Din -- begitu kami menyapanya -- punya usaha penggemukan sapi di belakang rumah megahnya. Usaha tersebut cukup lancar dan membuka lapangan kerja bagi warga sekitar. Sembari usaha penggemukan sapi, dia juga punya dua ekor kuda yang dihadiahkan untuk putra tunggalnya; Aqil Mumaris.

Kuda-kuda ini juga mendapat perawatan yang bagus dari Din Keramik serta karyawannya. "Yang betina namanya Lizaz, Jantannya Kansa," ujar dia suatu ketika. Kansa sedang ikut kejuaraan di Takengon. Saat penyisihan dia bisa duduk di posisi kedua. Tapi di final, dia kalah.

Sembari menanti Kansa pulang dari "merantau", kini ada Lizaz yang selalu dijaga Aqil. Beberapa hari lalu, saya kembali mampir ke istal sederhana Din Keramik. Saaya bincang sejenak dan basa-basi seperti biasa. Akhirnya kami punya menjumpai Lizaz yang kebetulan sedang gelisah. Bisa karena lapar, bisa juga sudah lama tak bertemu pejantan; Kansa.

Akhirnya, saya pun memberi main dan mengajak Lizaz kuda-kudaan mengelilingi hipodrom mini. Saya tidak menungganginya. Hanya mengajak jalan-jalan. Saya juga tidak mengarinya. Kebetulan dia tidak liar dan tidak meringkik. Selesai tiga kali putaran, akhirnya kuda kembali dikirim ke istal.

Kami pun memberi makan si Lizaz, akan tetapi sesaat sebelum azan berkumandang dari toa meunasah terdekat. Kami pun menyelesaikan semuanya. Saya pun pamit.

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

Salam @Munaa