SIM, STNK, pajak dan Duek Pakat

Apakah kalian punya pengalaman mengurus STNK dan Pajak di Samsat atau adakah pertanyaan-pertanyaan terkait surat izin mengendarai (SIM), yang sampai saat ini belum mendapatkan penjelasan yang bisa diterima oleh akal sehat?

Terkait dengan kewajiban memiliki SIM saat mengendarai motor ada pertanyaan yang menggelitik naluri kritisku, yang sampai saat ini aku belum mendapatkan rasionalisasinya.

Bila kita telah memiliki SIM A sebagai syarat untuk bisa mengendarai mobil, maka disaat yang sama, kita juga harus memiliki SIM C, bila ingin mengendarai motor.

Yang artinya setiap mengendarai jenis kendaraan, harus memilki SIM sesuai ketentuan. Dan dalam dompet kita harus ada dua atau tiga jenis SIM sesuai dengan kendaraan yang mau kita pakai.

Pertanyaan kritisnya mengapa tidak hanya satu jenis SIM saja? Bila anda hanya punya SIM C, maka anda hanya boleh mengendarai motor. Tetapi bila anda punya SIM A, anda boleh mengendarai mobil sekaligus motor tanpa harus memiliki SIM C lagi.

Tetapi anda tidak boleh mengendarai truk dan kendaraan khusus lainnya karena untuk truk dan lainnya harus memiliki SIM khusus yaitu SIM B (B1 & B2).

Terus terang aku tidak faham argumennya apa, sehingga pemilik SIM A tidak boleh mengendarai motor. Karena bila sudah punya SIM A artinya seseorang sudah mampu mengendarai mobil yang tingkat kesulitannya lebih tinggi daripada mengendarai motor.

Bila argumentasinya adalah karena sewaktu mengurus SIM, ada serangkaian tes yang harus dilalui agar lulus dan mendapatkan SIM, itu malah menjadi tanda tanya berikutnya. Karena dalam prakteknya bila anda mengurus SIM via Biro jasa ataupun calo, anda tidak perlu ikut tes apa-apa. Cukup bayar lebih mahal dibandingkan jalur normal dan harus ikut tes.

Pening....pening aku, kata Bang Poltak Si Raja Minyak dari Medan... 😇

Mengenai pembayaran pajak kendaraan, aku bisa memahaminya sebagai kewajiban warga negara untuk berperan aktif dalam pembangunan karena secara teoritis, pajak digunakan untuk membiayai pembangunan termasuk jalan raya dan lain sebagainya.

Hanya saja, prosesnya yang agak lambat yang menjadi perhatian untuk dibenahi oleh stakeholder karena sering harus menunggu dalam jangka waktu yang lama, terutama bila tiba jadwal ganti STNK dan plat.

Hari ini aku berangkat ke kantor bersama adikku, sekalian mau mengambil STNK dan Pajak motor miliknya di kantor Samsat Aceh Utara di Lhoksukon.

Adikku sudah mengurus pajak dan STNK motor miliknya kira-kira hampir sebulan yang lalu, namun STNK dan pajaknya tidak selesai di hari itu juga. Dan adik hanya diberikan surat keterangan untuk dijalan bila ada pemeriksaan petugas atau razia.

Kebetulan pembayaran pajak yang telat ini berbarengan dengan jadwal ganti STNK dan plat sehingga pengurusannya tidak rampung dalam satu hari.

Setelah melakukan fingerprint di kantor camat Matangkuli, kami segera menuju kantor Samsat di desa Ranto Kecamatan Lhoksukon.

Saat kami tiba di kantor Samsat, di pintu masuk (pintu depan) kantor masih terpasang papan info bahwa pelayanan belum di buka. Dan kami bertanya kepada salah seorang yang kami duga sebagai pegawai Samsat, karena dia membawa masuk minuman ke dalam kantor.

Orang tersebut menjawab bahwa pelayanan akan dibuka pada jam 09 pagi. Dan kami pun menunggu di halaman kantor beberapa saat.

Setelah menunggu sebentar dan merasa agak aneh, aku pun bertanya lagi. Apakah bila mau mengambil STNK dan pajak juga harus di jam 9? Ooo, kalo mau ambil STNK bisa masuk terus, pak! kata si petugas. Oalaah....cuk...cuk...

Didalam ruang kantor, kami segera menghampiri beberapa loket sesuai dengan arahan petugas. Dan akhirnya STNK dan pajak motor yang diurus oleh adik sebulan yang lalu, bisa kami ambil hari ini.

Tetapi kami tidak mendapatkan plat yang baru, karena petugas mengatakan bahwa plat baru bisa diambil di awal tahun depan. Yang artinya sekitar 6 bulan lagi.

Dengan dahi yang mengernyit dan menahan tawa, kami pun beranjak dari kantor Samsat menuju kantor puskeswan untuk melanjutkan aktivitas kami.

Sore hari aku kembali ke kantor camat untuk melakukan fingerprint. Aku juga mengajak istri dan si kecil karena kami mau berbelanja barang kebutuhan kami di Simpang Rangkaya.

Setelah sholat magrib, aku menghadiri acara Duek Pakat di Desa tetangga karena baru mendapatkan surat undangannya yang dititipkan melalui ibuku.

Acara Duek Pakat ini merupakan sebuah kebiasaan di daerah kami, dimana bila ada yang akan mengadakan pesta pernikahan, maka mereka akan mengundang kerabat, teman dan tetangga untuk urun rembuk mengumpulkan dana untuk penyelenggaraan acara pesta.

Biasanya kita membantu sesuai kemampuan masing-masing dan ini berlaku juga bila ada orang lain yang mau menyelenggarakan pesta.

Praktek bergotong royong yang bagus dalam masyarakat kami untuk saling membantu. Namun disisi lain bisa menyebabkan "kerepotan" juga bagi kita, karena Acara Duek Pakat ini sering dilakukan dibeberapa tempat pada waktu yang berdekatan.

Apalagi bila diadakan di akhir-akhir bulan dan gajian masih lama. Berat Miiinn...!

Hidup di Desa memang banyak "kemudahannya", namun terkadang rempong juga. Bayangkan saja, dalam satu hari bisa ada tiga sampai empat undangan pesta yang harus dihadiri...😇

Inilah postingan ku kali ini tentang kegiatan ku hari ini. Stay Healthy and Fun, Ciao...!

Regards

@alee75

ABOUT ME