Tradisi Unik Masyarakat Adat di Tanah Gayo: Beguru, Mendulang Restu dan Doa dari Orang Tua Sebelum Menikah

SALAH satu adat tanah Gayo yang hingga kini dilestarikan yakni 'Beguru'. Adat ini sudah dipraktekkan secara turun temurun oleh masyarakat Gayo.

Beguru merupakan suatu adat istiadat meminta restu dan doa serta momen diberikan bagi petuah bagi sang mempelai bagi sepasang kekasih menjelang akas nikah. Biasanya Beguru dilaksanakan pada malam hari sebelum akad nikah dilangsungkan esoknya.

Prosesi tepungtawari dalam adat Beguru. Foto @syukranj92

Para sanak keluarga kedua calon mempelai biasanya hadir dalam prosesi Beguru. Mereka ikut untuk mendoakan bagi aman mayak (calon mempelai lelaki) dan inen mayak (calon mempelai perempuan).

Dalam istilah masyarakat adat gayo, salah satu momen yang paling dinanti dalam Beguru adalah ejer muarah, dimana para mempelai diberi arahan dan nasehat serta petuah terkait ilmu rumah tangga sesuai tuntunan agama. Selain itu juga diberi anjuran-anjuran oleh para Petue (tokoh adat kampung, orang yang dituakan) dan imum mersah (meunasah atau surau) yang mesti dilakukan oleh calon mempelai demi menjaga keutuhan rumah tangga dan naaehat agama seperti menjaga salat, kewajiban menafkahi istri oleh suami dan bertingkah baik.

Filosofi yang terkandung lainnya, pemberian restu orangtua terhadap calon mempelai, dimana momen ini merupakan adanya isak tangis antara orang tua yang merestukan anaknya menjadi istri bagi seorang laki-laki.

Dalam adat Beguru juga terdapat ukhwah Islamiyah (rasa persaudaraan) antara masyarakat setempat. Lewat Beguru masyarakat mengetahui bahwa di kampung tersebut akan diselenggarakan pesta walimatul urusy bagi sepasang ke kasih yang akan membangun mahligai rumah tangga.

Selain itu doa doa juga dipanjatkan dalam kesempata Beguru tersebut. Doa dipanjatkan kepada segenap keluarga baik yang masih hidup maupun yang telah meninggalkan.

Doa salah satu rangkaian yang dilakukan dalam adat Beguru. Foto @syukranj92

Dan yang terakhir dalam Beguru, calon mempelai dipeusijuk (red: dalam bahasa Aceh) yang artinya ditepungtawari dengan sejumlah dedaunan yang wangi.

Begitulah adat Beguru yang masih dilestarikan oleh masyarakat Gayo demi menjaga keutuhan adat ditengah degradasi kebudayaan di Abad. Semoga adat ini terus dijaga dan terus dipelihara bagi generasi selanjutnya.

Nilai filosofi yang paling mencuat dari adat Beguru ini yakni, nilai pendidikan.

Sejak kecil hal utama yang penting sekali dilakukan oleh orang tua yakni mendidik anaknya. Proses mendidik ini dilakukan secara tahap, mulai dari kecil hingga ia dewasa. Kini, ketika sang anak hendak berlayar mengarungi kehidupan baru di mahligai rumah tangga ia kembali didik agar tidak salah menjalani rumah tangga tersebut. Restu, Agama dan Adat menjadi salah satu unsur yang harus diterima oleh kedua mempelai, itulah sejati yang dimaksud dalam praktik Beguru tersebut.