Photo Diary Game : Kenalan dengan Lizaz dan Kanzsa

Apakabar semuanya? Sepulang menjemput anak dari sekolah, saya singgah di Istal milik tetangga. Lokasinya memang di pinggir jalan gampong atau desa. Dia punya koleksi dua ekor kuda. Dalam tiga pekan terakhir dia main-main dengan kuda. Kuda ini berasal dari Bener Meriah.

Dua ekor kuda ini dikoleksi H Khairuddin. Kalau di kampung kami dia akrab disapa Ngoh. Namun, di luaran dia lebih populer dengan nama Din Keramik. Nama Din Keramik tentu sangat familiar. Karena dialah produser Film Eumpang Breueh yang sempat meledak di Aceh.

Eumpang Breueh yang mempopulerkan H Uma, Bang Joni alias Kapluk, Mando Gapi, Yusniar dan Him Morning, kini sudah berhenti produksi. Saat film ini masih produksi, lokasi tempat Istal sekarang, biasa dipakai untuk tempat editing filmnya.

Karena produksi film sudah "mati" di tengah jalan, akibat soalan administrasi, maka Din Keramik pun mengalihkan fungsi lokasi ke hal-hal bermanfaat. Kali ini, dia memulai hobi barunya; memelihara kuda. Dua kuda itu beri nama Lizaz untuk yang betina) dan Kanzsa (jantan).

---

Ini dia betina Lizaz. Dia sudah cukup jinak. Dibiarkan lepas tanpa pengikat juga tak masalah. Dia sengaja membuka kandangnya untuk dilihat dua junior saya, Gazhi dan Gulfam. Ada warna putih di tengah-tengah jidatnya. Dia kuda peranakan. Umurnya baru dua tahun.

Kuda cantik ini punya warna yang cukup cerah. Tingginya sekitaran 1.48 centimeter. Setiap sore dia dia keluar kandang untuk sekadar ditunggangi yang disaksikan anak-anak sekitar lokasi.

Kuda ini tidak dipakai Din Keramik untuk pacuan. Dia memang gemar dengan binatang berkaki empat itu. Makanya dia tak segan mengeluarkan banyak modal untuk membelinya. Bahkan, lintasan sederhana pun dia sulap menjadi menarik.

Sedangkan satu lagi si jantan Kanzsa juga cukup jinak. Tingginya juga tak jauh beda dengan 'pacarnya' Lizaz. Kanzsa juga berasal dari dataran tinggi Gayo. Kuda jantan ini duluan tiba di kediaman Din Keramik. Sedangkan, Lizaz baru tiga malam dengan Kamis 16 Maret 2023 kemarin.

Kanzsa ini punya ciri khas sendiri. Dua tumit di kaki belakang berwarna putih. Badannya tegap. Warna coklat tuanya terlihat cerah. Cukup sehat. Kabarnya, dia pernah dipakai untuk ikut pacuan di Takengon.

Si jantan tegap ini cukup cepat akrab dengan siapa saja yang datang melihat. Apalagi mengelus-ngelus kepalanya. Karena sudah cukup jinak, dia juga kerap keluar istal untuk dibawa jalan-jalan keliling kampung. Anak-anak pun ikut terhibur, ada tontonan baru.

Malam harinya saya balik lagi ke Istal Din Keramik. Ada acara makan-makan. Tapi, khusus untuk kalangan internal saja. Tidak diundang tamu dari luar. Kuwah beulangong racikannya memang maknyus. Selalu menggugah selera. Penjaga kuda dan perawat yang didatangkan dari takengon juga ada.

Sehabis Insya, ternyata si Lizaz sudah terdeteksi sedang naik birahi. Akhirnya malam itu juga dikawinkan dengan Kanzsa. Prosesnya sudah memakan waktu. Karena Kanzsa belum pernah. Begitu juga Lizaz yang masih perawan. Akhirnya setelah empat kali percobaan dengan bantuan pawangnya, proses perkawinan lancar.

Hasilnya akan diketahui satu bulan nanti. Pun begitu, perkembangan hasil perkawinan itu tetap dipantau. Jika belum berhasil tentu akan dicoba lagi. Sampai berhasil untuk menambah koleksi lagi.