"SEC S11W1: Challenging Your Beliefs about Motherhood and Fatherhood"

Salam hangat. Senang rasanya bisa berjumpa kembali disini. Di steenit Engagement Challenge yang sudah memasuki session 11 minggu 1. Untuk musim 11 kali ini komunitas Colombia-Original menjadi salah satu komunitas terpilih untuk menyelenggarakan kontes ini. Tanpa menunggu lagi, saya langsung menyiapkan artikel untuk menjawab tantangan yang diberikan komunitas Colombia-Original dengan tema yang cukup menantang "Challenging Your Beliefs about Motherhood and Fatherhood"

Dalam hal ini, lain orytentu berlainan pula pendapat maupun penilaiannya namun bagi saya yang menganut islam sebagai pedoman hidup tentu sangat mempercayai dan mendukung sepenuhnya penyataan diatas, bahwa setiap orang yang sudah terikat dengan pernikahan atau berkeluarga, tidak lengkap rasanya tanpa ada panggilan ayah atau ibu. Itu artinya, kebahagiaan dan kenyamanan dalam keluarga masih terasa kurang manakala tanpa hadirnya sibuah hati

Berbeda halnya bagi mareka yang sudah berusaha dan berdoa, namun belum juga dikaruniai seorang anak, dalam hal ini tidak ada seorangpun yang tau, semua berpulang kepada Tuhan sebagai maha pemberi berbagai nikmat dan karunia. Yang penting iktikad dan niat kita ketika mau berkeluarga adalah punya buah hati dan keturunan yang baik, agar mendatangkah keberkahan dalam keluarga. Namun bukan berarti mareka yang tidak punya anak tidak layak mendapatkan keberkahan, semua sudah diatur olah Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada siapa IA akan memberikan karunia dan keberkahan NYA

Menggapai kebahagiaan dan membuat keluarga bahagia adalah dua hal utama ketika seseorang memutuskan untuk berkeluarga. Begitu juga ketika dikaruniai sibuah hati tanggung jawab secara moril maupun sprituil menjadi bertambah. Sebagai orang tua kita diwajibkan memberikan ilmu dan pemahaman yang sesuai dengan tuntunan dan tuntutan agama, agar kita yerlepas dari tanggung jawab di kemudian hari

Untuk mewujudkan kebahagiaan secara menyeluruh dalam keluarga, semua harus berjalan beriringan. Membentuk karakteristik anak memang tidak mudah, apalagi di era modernisasi seperti saat ini. Sebagai kepala keluarga hendaknya kita lebih paham dan mengerti tentang keinginan anak, namun bukan berarti harus menuruti semua keinginannya. Kita harus mengimbagi antara dua keperluan yang berbeda dalam keluarga

Saat era modernisasi merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia semua jadi berubah. Begitu juga dalam hal ini, sebahagian orang malah meyakini bahwa dengan menunda punya anak, kesempatan berkarir akan lebih terbuka lebar. Namun tidak demikian halnya dalam pemahaman saya yang sesuai dengan ajaran Islam yang saya anut. Karena jauh sebelum membina satu keluarga, kami sudah berkomitmen untuk melanjutkan dan mempernaiki keturunan, agar terlepas dari tanggung jawab dengan tungunan agama

Bagi hukum negara mungkin tidak disalahkan dan sah-aah saja sejauh ada komitmen antara kedua pasangan. Namun apakah rasa saling percaya antara keduanya bisa dipertahankan? Sementara masing-masing mareka berada di tempat yang berbeda. Sementada dalam ajaran agama, seseorang yang menunda bahkan sampai tidak mau karirnya terganggu dengan kehadiran seorang anak jelas tidak dibenarkan, karena anak adalah karunia paling besar dalam kehidupan keluarga

Tidak selamanya kita harus dikondisikan dalam berbagai status kondisi yang ideal, apalagi tentang ekonomi, sosial dan lain-lain. Komitmen dan kebersamaan dalam segala kondisi jauh lebih bermakna. Karena bagi mareka yang ideal, mapan dalam segala hal juga belum tentu menjadi seorang ibu atau ayah, karena pada dasarnya saling mengerti dan saling memahami adalah akar dari semua sumber kebahagiaan satu keluarga. Inilah artikel singkat saya kali ini, semoga bermanfaat buat kita semua. Terimakasih