News - Walimatul urs dan perubahan nilainya dari masa ke masa

andimurtadha (63)Journalist 🇮🇩 #club100in Hot News Community • 2 years ago

Dalam beberapa hari terakhir ini saya banyak mendapatkan undangan dalam acara walimatul urs yang dalam undangan yang dikirimkan tercantum berbagai istilah, mulai hanya dengan istilah walimatul urs, resepsi pernikahan, tasyakuran pernikahan dan berbagai rangkaian kata lainnya. Walimatul urs sendiri bermakna makanan yang disediakan sebagai hidangan untuk disantap oleh para tamu setelah acara pernikahan.

^{Memenuhi undangan seorang kerabat}

Walimatul urs memiliki aturan aturan terutama terkait siapa yang harus diundang serta kapan pelaksanaannya. Namun yang terjadi kini pelaksanaannya tidak lagi menggunakan norma norma agama, sosial ataupun budaya sekitar. Berbicara khusus untuk wilayah Aceh dengan gelar Serambi Mekkah nya, tidak seharusnya norma norma ini di langgar. Sudah banyak perubahan yang terjadi menurut pandangan saya, sejak saya mengenal dunia luar rumah dan sudah mulai bersosialisasi, sangat banyak terjadi perbahan. Maka untuk itu saya mencoba memilah perubahan perubahan ini dalam beberapa Fase perubahan.

Fase Pertama kurun waktu tahun 1985 sampai dengan Tahun 2000

Pada fase ini pelaksanaan walimatul urs masih mengikuti norma norma adat serta budaya setempat serta masih berazas gotong royong. Belum ada embel embel tambahan seperti menyewa alat musik baik keyboard ataupun hanya sekedar sound system, hanya suasana lengang atau sedikit suara hiruk pikuk silaturahmi para undangan yang rata rata hanya tetangga dan kerabat dekat yang merupakan warga desa atau tetangga desa terdekat. Kalaupun ada yang menyewa keyboard atau soud system masih terbatas pada keluarga yang mampu dan terpandang saja.

^{Suasana ramai karena rombongan pengantin baru saja tiba}

Pelaksanaannya juga masih berazaskan gotong royong, mulai dari membangun tempat berteduh bagi para tamu undangan yang kala itu terbuat dari rangkaian ikatan bambu dengan atap plastik atau paling mewah terpal tipis warna biru atau bahkan atap anyaman daun rumbia sumbangan para tetangga. Seminggu sebelum acara dimaksud, akan ada rapat dengan mengundang warga desa dan kerabat dekat, yang pada saat menghadiri rapat tersebut akan menenteng beras semampunya untuk persiapan pada hari walimatul urs dilaksanakan. Demikian juga pada saat tiba hari pelaksanaan walimatul urs, semua tetangga berjibaku saling membantu supaya pelaksanaan acara berjalan lancar sesempurna mungkin karena menyangkut harga diri masyarakat dan keluarga.

Fase Kedua kurun waktu tahun 2000 sampai dengan Tahun 2015

Fase ini juga masih tetap mengikuti norma adat dan budaya serta berazaskan gotong royong, namun semakin menipis sejalan dengan semakin cepatnya perputaran waktu dan semakin tinggi nya persaingan hidup, sehingga hampir semua orang hanya berlomba lomba mengumpulkan materi sebanyak banyak nya tanpa memikirkan kehidupannya sebagai masyarakat yang masih perlu tetap memenuhi kebutuhan sosial bermasyarakat.

Pada masa ini tepat berteduh para tamu sudah mulai dan sangat marak penggunaan teratak besi yang sangat mudah mengaplikasikannya sesuai lokasi dan lahan yang tersedia. Sejak fase ini pula mulai tumbuh usaha penyewaan teratak dan perlengkapan untuk acara walimatul urs termasuk penyewaan sound system karena seolah olah ini adalah kewajiban bagi setiap pemilik hajatan dan tetangga yang membantu menyukses hajatan ini sendiri.

^{Suasana di depan meja prasmanan}

Bahkan ada pemilik acara harus menyewa tukang cuci piring, tukang kutip piring kotor dan sebagainya. Pada akhir fase ini juga mulai bermunculan usaha katering yang sangat memudahkan pemilik hajatan yang memiliki kuasa harta berlebih.

Diakhir fase ini juga pakaian seragam adalah list utama dalam catatan keluarga pelaksana hajatan walaupun hanya baju batik biasa. Pakaian seragam saat itu juga hanya untuk keluarga inti saja.

Fase Ketiga kurun waktu tahun 2015 sampai dengan sekarang

Pada fase terakhir ini hampir sebagian daerah di perkampungan sudah mengikuti tradisi modern, yang mana hiruk pikuk silaturrahmi sudah secara menyeluruh tertutup oleh gegap gempita suara sound system yang memutar musik disco, azas gotong royong sudah berganti dengan nilai tukar mata uang yang di sumbangkan untuk menyewa teratak dengan model terbaru siap pasang, menyewa boot foto, bahkan membeli sajian yang hitungannya adalah harga per porsi dan jumlah piring yang terpakai. Bahkan tamu yang datang hanya untuk berjumpa dengan pemilik rumah hajatan karena tanggung jawab memenuhi undangan saja.

^{Suasana masih sangat padat karena saya datang saat jam sibuk}

Tidak ada lagi percakapan percakapan kerinduan bertemu saudara setelah sekian lama terpisah, tidak ada lagi cerita cerita nostalgia antara teman masa kecil setelah lama tak berjumpa. yang ada hanya kelompok kelompok kecil yang berpose karena satu kasta, sama bekerja ataupun setara jumlah harta. Demikian juga dengan seragam keluarga tidak hanya untuk keluarga inti, undangan dan kerabat dekat juga menyiapkan secara mandiri atau berkelompok dengan memakai dress code masing masing, untuk memudahkan saat panggilan pose keluarga dengan mempelai.

^{Peluang usaha untuk pedagang mainan}

Namun ini hanya terjadi di beberapa tempat saja yang tertangkap oleh pandangan saya, semoga generasi muda kita nantinya dapat kembali menghidupkan norma adat serta budaya dan azas gotong royong yang pernah di bina oleh nenek moyang para pendahulu kita. Dan yang paling utama tujuan kita adalah memenuhi undangan, ikut membantu meringankan beban pemilik hajatan serta ikut mendo'akan kedua mempelai abadi dalam ikatan pernikahan dan bahagia selamanya.

^{Peluang usaha bagi pedagang keliling}

Tulisan ini bukan untuk menilai siapa siapa, akan tetapi hanya untuk menjadi renungan bagi saya khususnya dan mungkin bisa bermanfaat bagi steemians sekalian.

By

@andimurtadha

#burnsteem25 #club75 #culture #indonesia #steemexlucive