PAGI INI saya harus kembali ke Lhokseumawe. Siang nanti ada rapat menjelang pelantikan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) se-Kota Lhokseumawe. Sorenya juga akan dilakukan gladi kotor pelantikan. Karena itu, sejak pagi buta saya dan anak-anak sudah kemasin barang-barang. Semua dimasukkan dalam satu koper. Sementara barang-barang milik istri saya dipindahkan ke koper lain. Karena dia tidak ikut pulang. Saya ke Lhokseumawe selain dengan dua anak saya, juga ikut suami Eva. Dia kerja di Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Pukul 07.40 WIB kami sudah keluar rumah. Dari Gampong Baro, Jalan Ujong Pancu saya menuju ke Jalan Soekarno Hatta, ke Simpang lambaro dan terus menuju Bandara Sultan Iskandar Muda, menuju arah Baitussalam hingga ke pintu tol. Saya sengaja memilih masuk tol karena pada hari banyak sekali trafik di jalan, banyak anak sekolah, pegawai pemda yang hendak ke Jantho atau masyarakat yang pulang berbelanja.

​

Begitu masuk tol, saya langsung memacu kendaraan hingga rata-rata 140 kilo per jam. Untuk ukuran Avanza, ini sudah lumayan tinggi karena saya memperhitungkan keselamatan lantaran ada dua anak saya di mobil. Meski lari cukup stabil, karena mobil avanza rental ini masih baru. Keluaran akhir tahun 2022. Tapu aspek keselamatan sangat rendah. Hanya nabrak dikti saja, mobil bisa rusak parah.

Kondisi ini sudah dialami oleh teman saya di KIP Kabupaten Bireuen, yang mengalami kecelekaan dengan sebuah motor Honda Beat. Motornya tidak rusak, yang rusak malah mobilnya. Sampai-sampai kap mesin terangkat ke bagian atas. Karena itu, meski masih bisa dipacu sampai 180-200 kpj. Saya memilih cukup sampai di angka ini saja. Pada kecepatan ini saja, kedua anak saya berkali-kali meminta agar saya tidak terlalu kencang. Mereka juga mengaku takut.

Tidak lama saya sudah sampai di pintu keluar tol di kaki Gunung Seulawah, terus ke Saree dan kami tiba di Sigli pukul 09.35. Saya langsung ke Cek Min Kupi untuk ngopi sekejap. Di sana saya ketemu Ketua KIP Pidie yang sedang ngopi bersama sejumlah personel Polres Pidie.

Hanya sekitar 45 menit kami di sana, terus berangkat lagi menuju Lhokseumawe. Namun ketika setelah melewati kawasan Beureuenuen, ada mobil Toyota Rush lama yang meminta jalan dari arah depan. Dia hendak melewati iring-iringan truk. Tapi di sebelah kiri saya juga ada pengendara sepeda motor. Pengendara Rush ini meminta jalan secara mendadak dan di saat yang tidak tepat. Karena itu saya tidak bisa hindari ketika ujung spion kanan dia menyentuh spion kanan saya juga.

Benturan ini sebenarnya tidak kuat. Saya bisa rasakan dari suara yang timbul ketika kedua spion kami bertemu. Tapi apa yang terjadi? Plastik pembalut batok spion mobil saya lepas. Sepertinya tidak lepas ketika terjadi benturan. Tapi setelah itu, ketika saya terus memacu mobil dan melewati jalan bergelombang beberapa belas kilometer setelah insiden itu.

Saya tahu cover spion lepas ketika hendak buang kecil di SPBU lewat Kantor Bupati Bireuen. Ketika turun saya heran melihat cover spion tidak ada lagi. Tapi saya tersadar jika mobil ini memang seperti mobil mainan. Gak boleh terbentur sedikit pun. Bukan hanya spion, tapi seluruh bodynya.

Saya cek secara online, harga cover spion ini antara 100-150 ribu. Itu belum ongkos kirim. Saya pikir nanti saya akan beli yang lain setelah tiba di Lhokseumawe. Di salah satu bengkel di sana pasti ada.

Saya tiba di kawasan Kuta Karang Cunda pukul satu siang. Saya antar suami Eva duluan. Dia kos di daerah ini. Setelah itu kami lanjut pulang ke rumah. Setelah lewat Sigli hingga ke Lhokseumawe, kami tidak bisa lari kencang. Karena itu, sejak keluar dari Cek Min Sigli hingga tiba di rumah, kami habiskan waktu tiga jam.

Setelah mengantar anak-anak ke rumah, makan siang dan salat Dzuhur, saya langsung ke kantor. Ikut rapat dan menyaksikan gladi proses pelantikan para calon anggota PPK. Pukul sembilan malam saya baru pulang dari rumah.

Zainal Bakri