The Diary Game, Betterlife [Rabu, 25 Agustus 2021]: Diary Game Dan Peningkatan Skill Menulis

Saya sampai nungguin bunyi alarm di jam 5.25 pagi hari ini karena terbangun lebih awal. Selepas subuh dan mandi pagi, saya ngelanjutin bacaan bukunya Jared Diamond yang Guns, Germs, & Steel (Bedil, Kuman , dan Baja) yang sempat saya mulai minggu lalu namun saya tinggal karena mesti mengejar deadline sunting-menyunting buku dan tulisan yang telah saya ambil mandatnya dari seorang kenalan. Reportase dari National Geographic tentang Wabah Ebola di Afrika bikin saya merasa harus membaca ulang satu bagian yang di bukunya Diamond tentang penyebaran kuman/bakteri/virus dari hewan ke manusia. Sepanjang pagi saya mengurung diri di kamar dengan bacaan dan catatan-catatan hingga dipanggil Abang untuk menjemput Wafir di sekolahnya. Saya ketawa sebab dia beneran masuk sekolah karena kotak bekal yang ditinggalkannya kemarin (cerita tentang ini bisa teman-teman baca di catatan saya kemarin).

Buku dan Majalah yang lagi saya baca

Di depan gerbang sekolahnya, ia menunggu saya sambil makan Bakso Crispy yang dibelinya di gerobak bang rijal. Wajahnya benar-benar menggemaskan saat mengunyah cemilan SD-nya. Hari ini ia memakai training, namun tetap memakai peci sebab belajar di Madrasah. Ketidakberadaan telepon genggam di tangan bikin saya tak dapat merekam gambarnya.

Sesampai di rumah, saya akhirnya minta cicip cemilannya. Rasanya enak. Mirip Sapi lada Hitam bikinan Ibu di rumah. Gurihnya benar-benar persis. Wafir cerita penjualnya adalah abang-abang penjual bakso crispy paling asik sejagat raya, sebab permintaannya untuk 5 sendok bumbu balado buat bakso seharga lima ribu yang dibelinya dituruti. Wafir juga gemar baca buku, sehingga kadang bahasanya suka berlebihan saat ia ceritakan kami sesuatu.

Melihat saya yang makannya keterusan, Kak Mufidah nyuruh saya buat balik ke sekolahnya saja untuk beli porsi lain supaya Wafir tak terganggu. Matahari yang terik bikin saya enggan keluar (lagi). Saya nyoba untuk ajak Wafir sebab tak tau abang-abangnya jualan di gerobak yang mana, namun ia menolak. Saya terus membujuknya sampai keengganannya bikin saya iseng megang bahunya dengan tekanan santai yang bikin dia tiba-tiba nangis dan bikin Kak Mufidah yang lagi masak naik pitam. Saya cekikikan dan buru-buru lari ke kamar sampai akhirnya keluar untuk makan siang dan membantu kak Mufidah cuci piring dan membereskan cucian.

Mie Goreng Instan

Sesisa sorenya, saya dan abang memperbaiki kawat alir listrik hingga magrib tiba. Selepas Isya barusan, saya ngajakin kak Mufidah masak Mie. Cuma ada kami di rumah. Wafir di balainya Abi, sedang Abang melayat ke rumah teman dekatnya. Di luar sekarang lagi hujan.

Setelah catatan ini selesai, saya akan menonton ulang filmnya Bong Joon Ho yang Parasite (2019) supaya bisa menulis ulasan film untuk lomba yang akan saya ikuti akhir bulan ini. Itu foto saya hari ini (gambar paling di bawah). Sengaja diambil untuk projek 365 days of self portrait yang saya bikin untuk diri sendiri setelah ngobrol dengan teman saya, Franky, yang adalah pencipta dan pengoleksi karya seni (Ini hari kesembilan). Projek seninya sendiri adalah berupa whatsapp Stories yang ditulisi tanggal dengan instruksi yang apabila diikuti akan memproyeksikan aksi seni personal.

Sampai tulisan ini naik, di luar masih hujan

Senang bisa menulis lagi. Senang bisa berbagi. Keluwesan saya tampaknya bertambah karena terus melanjutkan proyek menulis catatan harian ini. Sekian cerita saya hari ini.

Salam,
Tan

Foto saya hari ini pakai kaos Wikipedia20