The Diary Game, Betterlife [Selasa, 24 Agustus 2021]: Tentang Takut dan Tetap Menulis Catatan

Hari ini saya bangun kepagian padahal alarm tubuh saya adalah di 05.25 pagi. Selalu begitu sudah sejak lama sekali (kecuali saat ramadhan). Hampir jam empat saat Wafir membangunkan saya untuk menungguinya di kamar mandi untuk buang air besar. Saya takjub dengan kelakuannya yang ini.

Namun melanjutkan tidur artinya melewatkan subuh, sebab bangunnya saya tadi diinterupsi. Bangun yang mendadak. Jadinya saya mutusin untuk lanjuti bacaan majalah National Geographic ditemani segelas air hangat. Saya mesti tetap terjaga hingga akhirnya subuh saya tunai. Namun begitulah cara kerjanya jin teman-teman. Setelah ibadah saya tunai, kantuk di kelopak mata saya luruh. Jatuh bagai daun. Saya sudah sepenuhnya terbangun.

Majalah yang sedang saya baca

Jam tujuh pagi, Wafir dibanguni Abang untuk siap-siap dengan seragamnya. Seperti kemarin, hari ini juga jadwalnya masuk sekolah buat sesi temu wajah. Kelas Pemasaran Digital yang tengah saya ikuti baru akan mulai jam sembilan pagi dan seluruh sesinya baru selesai di pukul tiga sore. Sesi duanya selesai pukul dua belas siang, tepat ketika wafir pulang dengan pengumuman: besok mau libur. saya ngga pernah libur sekali pun sejak sekolah dimulai. Kak Mufidah dan Abang tak ucapi sepotong kata pun untuk merespon kalimatnya. Di Kamar saya cekikikan dan Ia masih saja mengulang kalimat maunya.

Selepas Isya barusan saat kami selesai makan malam, Wafir diminta untuk beresi kotak bekal dan botol minum yang dibawanya ke sekolah agar bisa dicuci barengan alat makan kotor yang ada di rumah. Ia kembali dengan hanya memegang botol minum di tangannya. Kak Mufidah diam. Saya cekikikan saat menyadari apa yang bakal kejadian: Wafir tidak punya kesempatan membolos untuk kotak nasi yang ditinggalkannya di sekolah. Kepada saya ia geram dan meninggalkan kami bertiga-saya, kak mufidah, dan abang- yang cekikikan di ruang makan.

Meja darurat selama di rumah Abang dan Kak Mufidah

Jam sembilan barusan, teman saya Titan menelpon. Aku buka ruang diskusi buku di Clubhouse dan ingin kau ikutan, katanya. Butuh hampir setengah jam baru saya bisa ikutan gabung penuhi undangannya. Tentunya setelah PR dari kelas marketing yang mulai saya kerjakan sore tadi selesai dan bisa dikumpulkan supaya sertifikat standar kompetensi kelas saya keluar. Ruang diskusi Clubhouse-nya selesai hampir jam sebelas. Satu sesi yang menurut saya cukup menyenangkan meski di detik-detik terakhirnya mengkhawatirkan saya sebab bila ruangnya masih berlangsung hingga larut malam, catatan ini tidak bisa dimulai. Saya benar-benar menulis ini kurang dari sejam teman-teman. hahaahahaha

Foto muka separuh lelah saaya setalah Menyiapkan Catatan ini

Bagian yang sedang saya baca: Tentang Paus Orca

Salam,
Tan