Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

SEHARUSNYA Sabtu ini tidak begitu sibuk. Saya sudah rancang beberapa urusan dituntaskan pukul 10 siang saja. Faktanya bergeser. Sehingga pukul sembilan pagi, saya harus ke sekolah untuk mengambil rapor anak; Ghazi.

Sebenarnya, rapor sudah diambil ibunya. Berhubung ada bingkisan dan dia hendak ke pasar, lalu saya menjemput rapor itu digerbang sekolah. Bingkisan itu ternyata hadiah atas prestasinya. Dia juara tiga. Semester pertama dia juara dua. Secara perangkingan, tentu turun. Selisih dengan juara dua hanya satu poin saja. Begitu kata wali kelas.

Menurut wali kelas, kekurangannya adalah dia kurang aktif. Meski dia bisa menjawab saat belajar, tapi kurang aktif. "Kalau saya sudah tahu tipe dia, jadi paham," sebut wali kelas IA MIN 5 Banda Aceh itu. Namanya Andra.

Bingkisan juara 3 yang diterima Ghazi

Pukul 10 pagi saya ke lokasi biasa. Mencari seccangkir teh manis dan membaca koran. Tentu saja sambil mendengar novel online. Satu jam kemudian, saya Ulee Kareng. Mencari tukang service mesin cuci. Tenyata dia tidak bisa ke rumah. Mesinnya harus dibawa ke tempat resparasi. Yah.

Mau tidak mau. Saya pun menelpon abang becak. Tidak nyambut. Saya pun pulang lalu singgah lagi mencari pakan ayam. Lengkap vitaminnya. Baru kemudian, saya bisa bernafas. Lega. Sayangnya, rencana mau ke bengkel untuk servis mobil jadi batal. Keburu siang. Sesaat lagi waktu zuhur.

Saya pun berniat selepas zuhur saja. Pukul tiga sore baru saya bisa ke bengkel terdekat. Untuk cek air radiator, mesin, ban serta yang lainnya. Alhamdulillah, tak banyak masalah. Hanya perlu menambah air batere saja dikit. Ini persiapan saya untuk berangkat ke Takengon.

Setelah tuntas segera pulang. Selepas Ashar baru saya beranjak ke tempat biasa. Solong Jepang. Di sini ada Muhajir. Dia eks aktivis dan wartawan. Broker politik juga kayaknya. Pada pemilu legislatif lalu, dia menjadi tim sukses salah satu kandidat.

Kali ini kami membahas tentang sukses di kota Banda Aceh. Sejauh ini sudah ada beberapa kandidat yang mencuat. Teuku Irwan Djohan, Illiza Saaduddin Djamal, Achmad Haekal Asri, Sabri Badruddin, Aminullah Usman, Zainal Arifin. Nama-nama ini yang acap mencuat belakangan.

Nah, ada yang menarik saat saya pancing Muhajir. Kata dia, Wali Kota Banda Aceh yang sangat pantas dan layak itu Illiza Saaduddin Djamail. "Banda Aceh itu butuh sosok keibuan," tukas dia. Sontak membuat adrenalin pikir saya sepakat dengan komentar dia.

Kenapa mesti Bu Eli? "Saya tidak kenal secara pribadi dengan beliau. Tapi, saya memang merindukan sosok Illiza untuk memimpin Banda Aceh. Saat ini, Banda Aceh butuh sosok seorang Ibu," tukas dia.

Saya tidak perpanjang lagi masalah suksesi. Sebab, dia sudah berpendapat. Apalagi dia tidak memilih Aminullah. Jika dia ngotot memilih Amin, tentu saya akan ajak debat. Sebelum jam enam sore, telepon masuk dari Heri Julius. Dia anggota DPRK Banda Aceh. Ketua Partai Nasdem Banda Aceh.

Dia mengajak jumpa. Ada urusan bisnis. Dua puluh menit kemudian, dia benar-benar tiba di lokasi parkir Solong Jepang. Lalu, saya pun segera menjemput dia di mobil. Ternyata dia bersama isterinya. Kami pun bicara di dalam mobil.

Tak berselang lama. Isnaini Husda, Wakil Ketua DPRK Banda Aceh dan keluarga, keluar. Dia hendak pulang. Kami tadi sudah jumpa di meja kopi. Duduk pun berhadapan. Tapi kami cuma berbicang seadanya saja. Sekadar basa-basi. Tak begitu akrab.

Karena bersua kolega, Heri turun dari mobil menyapa wakil ketua. Saya pun turun dan membuat dokumen untuk keduanya. Usai jepret, baru kami kembali masuk mobil dan bicara urusan bisnis lagi. Karena sudah jelang magrib, saya pun pulang.

Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_30/6/2024