Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

AKHIR pekan memang padat. Padat dengan kegiatan sosial, seperti menghadiri undangan dan silaturrahmi. Kali ini, saya memenuhi undangan dari wartawan senior H Nurdinsyam. Ia menggelar pesta perkawinan anaknya alias tueng dara baro di Gedung Yusriah, Aceh Besar.

Sejak pagi selesai rutinitas tanpa batas, saya menyesaikan dengan kelegaan. Pukul 12 siang semua tuntas urusan domestik. Baru kemudian, saya meluncur ke lokasi acara Sabilal Alif dengan Annisa Nabilah di lokasi yang saya sebutkan tadi.

Cuaca akhir pekan memang terik. Saya pun meluncur ke sana segera. Alhamdulillah tanpa kendala. Di lokasi acara, semua lahan parkir padat. Untuk lewat harus antre. Beberapa menit kemudian, saya mendapat tempat untuk menambatkan roda empat.

Saat di jalan, saya bersua Mukhlis Musa. Dia mantan reporter RRI Banda Aceh. Belakangan dia mengelola Radio Baiturrahman. Tapi, belakangan sudah beralih ke media yang lain. Tapi, saya kurang tahu, di mana pria berkepala plontos ini berkelana.

Saat kami menginjak tangga pertama masuk ke gedung, di belakang ada tokoh Aceh H Sulaiman Abda yang masuk bersama pasangannya. Saya pun menyalami keduanya. Kebetulan, isteri pertama Sulaiman Abda yang sudah meninggal adalah Mak Cek saya.

Saat sudah di dalam, Bang Leman. Ia mengajak naik ke panggung untuk menyalami pengantin dan keluarga mempelai yang sedang berbahagia. Lalu pun kami antre beberapa menit kemudian baru tiba giliran. Setelah cipika-cikipi kami pun turun dan menikmati hidangan.

Di meja tempat kami duduk sudah ada beberapa kenalan yang duluan tiba. Mereka juga dari kalangan wartawan dan bankir. Semua akrab. Sambil berseloroh, kami menikmati sie reuboh dan dendeng renyah.

---

---

Tak lama kemudian, muncul Aminullah Usman. Dia mantan Wali Kota Banda Aceh yang mengusung tagline Kota Gemilang. Tapi sayangnya, dia gagal total dalam mengelola Kota Pusaka. Buktinya, banyak hutang yang dia tinggalkan selama lima tahun memimpin ibu kota.

Awalnya saya cuek. Pura-pura tak melihat mantan Direktur Bank BPD Aceh ini. Saya fokus melahap hidangan. Lalu sejuruh kemudian, dia sudah ada di samping. Saya pun pura-pura kaget. Eh, Pak Amin, kata saya sok akrab.

Saya bisa merasa dia kurang nyaman dengan panggilan saya. Saya dia, dia suka dipuji. Dan akan senang jika dipanggil Pak Wali, meski sudah mantan. Saya tak peduli, sebab tak ada yang istimewa selama dia memimpin Banda Aceh. Banyak orang yang benci ruman.

Apalagi sekarang dia ingin mencalonkan diri lagi sebagai Wali Kota Banda Aceh 2024-2029. Saya yakin, warga Banda Aceh yang katanya pemilih rasional, pasti tak akan memberi suara lagi kepada politisi ini. Lalu saya meminta seseorang untuk mengabadikan posisi duduk saya dengan Pak Amin.

Saya lihat dia serius. Mungkin juga karena dia tahu saya bukan pendukungnya. Tapi, saya mau bilang karena ini sudah dekat Pilkada, maka kawan itu mulai membaurkan diri dengan awak media.

Pukul satu siang lewat saya keluar dari resepsi ini. Lalu pulang ke rumah. Tiba di rumah jarum jam sudah mendekati angka dua. Setelah saya shalat Zuhur lalu kami berangkat lagi ke lokasi kenduri ke jiran di Meunasah Manyang, Krueng Barona Jaya.

Setelah itu, kami sekeluarga kembali lagi ke rumah. Saya beristirahat dan melanjutkan kegiatan membaca novel online dan mengedit berita-berita untuk media. Hingga senja tiba malam turun saya baru menutup perangkat kerja.

Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_23/4/2024