The Diary Game: 13 April 2024 | Menikmati Suasana Gampong di Rumoh Aceh
SABTU kemarin kami bersilaturrahmi dengan keluarga Mak Cek. Nama Mak Cek saya Hausmini. Sudah almarhum sekitar sembilan tahun lalu. Dia isteri dari Sulaiman Abda. Tokoh Aceh yang juga politisi Partai Golkar. Saat ini dia salah satu Tuha Peut di Lembaga Wali Nanggroe.
Kebetulan sudah cukup lama saya tidak berbicara dengan bertatap muka dengan dia. Momentum hari raya ini, saya kembali berkunjung ke markasnya di bilangan Tibang. Tepatnya, di Rumoh Aceh Tibang. Hanya sepelemparan batu dari Hutan Kota BNI Banda Aceh.
Rumoh Aceh Tibang saat ini sudah jauh berbeda dari dua tahun lalu. Kini sudah jauh lebih rindang dan asri. Namanya pun sudah berganti; SMEA Premium Rumoh Aceh Jl. Tengku Meulagu, Tibang, Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Aceh 23114.
Anak-anak menikmati momen berada di Rumoh Aceh, yang kini semakin langka. Saat ini, di kampung-kampung di pelosok Aceh sudah jarang kita lihat rumoh semacam ini. Bagi saya ini, menjadi ajan untuk pengenalan kepada generasi muda yang menjadi penerus kita di masa depan.
Komplek Rumoh Aceh itu kini menjadi lebih asri dan menyegarkan. Pepohonan yang sudah mulai rindang mulai menjangkau langit. Di sini kita bisa melihat beberapa benda yang menjadi perangkat orang Aceh dalam menjalani kehidupan, seperti langai, alat bajak sawah dengan bantuan kerbau. karena ada langai, otomatir ada mata langai. Selain itu, ada juga jeungki, alat menumbuk padi manual.
Di rumoh Aceh ini juga kita bisa melihat jeu-ee, alat untuk membersihkan beras. Ada lagi bubee, alat tradisional yang dipakai untuk perangkap ikan di dalam lueng atau parit di persawahan atau juga di sungai kecil.
Kita bisa melihat juga tutop raga atau tudung saji. Tutop raga yang dibuat dari rotan ini biasanya dipakai keluarga Aceh untuk menyimpan beragam makanan agar aman dari gangguan cicak, kecoa, semut dan lainnya.
Di rumoh Aceh ini juga ada musallah mini. Musalla yang dibangun mungil ini diberi nama Musalla Hausmini. Sang pemilik mengabadikan nama isterinya. Biasanya di sini selain dipakai untuk shalat rawatib, ada juga dipakai untuk shalat tarawih, seperti pada buan puasa Ramadan kemaren.
Setelah cukup lama menjelajah segala sudut komplek rumoh Aceh, kami berencana pulang. Eh, tapi sebelum pulang saya melihat ada sebuah karong padee, tempat menampung atau menyimpan padi selepas panen. Di sampingnya ada balai-balai, tempat duduk menikmati rindangnya Rumoh Aceh sambil menikmati kopi dan lainnya.
Selepas Ashar, kami pamit dan kembali ke rumah. Namun, di perjalanan pulang, kami juga singgah ke beberapa lokasi untuk bersilaturrahmi. Menjelang magrib baru tiba kembali di rumah.
Terima kasih sudah membaca postingan saya.
*****
*****
14/4/2024
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Suasana di Rumoh Aceh sangat indah, saya selalu bernostalgia ke masa lalu saat melihat bangunan panggung kayu ikonik ini, saya selalu teringat Almarhumah nenek saya saat melihat rumah Aceh ini karena nenek saya dulunya tinggal di sebuah Rumah Aceh juga.
Benar, generasi sekarang harus kita perkenankan lagi tradisi yang sudah lama tak mereka nikmati ini. Semoga saja, hal-hal begini tetap lestari dan budaya kita tak hilang digerus zaman.
Terima kasih sudah singgah dan meninggalkan komentar bagusnya.
Terima kasih telah berbagi bersama di sini