Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

INI agak laen. Seperti judul film yang sedang viral. Kemaren itu saya kemana saja? Benar-benar Agak Lean. Sebab, biasanya saya mengabadikan diri. Sesuatu yang memang kadangkala tak biasa. Sebab, pada intinya saya tak suka selfie alias swafoto. Jadi begitulah.

Padahal, sepanjang kamis kemarin itu, saya menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas biasa. Saya sedang gembira ria. Pasalnya, tim idola saya Inggris sukses masuk final di Piala Eropa 2024. Lawan yang hemplang sudah pasti Belanda. Sebuah negara yang wajib saya tak suka ---untuk mengganti diksi benci--- sepanjang hidup. Hehehe.

Jangan ditanya kenapa? Sebab antena kita tak sanggup menjangkau sinyalnya. Saya memang tak menonton langsung duel sengit itu. Sebab, ketiduran. Rencana ingin bangun lagi jam dua dinihari. Tapi, malah jam enam pagi terjaga. Setelah shalat Subuh, baru melihat review pertandingan.

Alhamdulillah, 2-1 kami menang. Ini menjadi balasan yang setimpal untuk Negeri Kincir Angin itu. Sebab, di babak perempat final, mereka mengalahkan Turki. Tim andalan saya lainnya. Turki memang pilihan wajib. Wajib dukung dan berdoa, semoga selalu menang saat tampil di turnamen bola.

Sambil memikirkan kegiatan harian alias The Diary Game saya pun buka-buka dokumen perjalanan sebelumnya. Ya, piknik ke Takengon, Aceh Tengah. Di sana menikmati banyak ragam objek wisata. Di antaranya, yang belum mendetail saya uraikan tentu saja Tujuh Semeja.

Suasana menjelang malam turun di Tujuh Semeja

Ada di Tekengon, tak menikmati senja dan malam di bibir Danau Toba raya seperti kopi tanpa rokok. Begitu kira-kira tamsilan seorang rekan saat itu. Maka untuk membunuh penasaran itu, saya pun --- saat masih di Takengon --- menyempatkan diri menikmati makanan tepi danau.

Jujur saja. Saya langsung tergoda dengan lokasinya. Arsiketur bangunan juga menarik. Apalagi ada taman-taman yang dipoles dengan cukup cantik. Sejak mendengar namanya, saya langsung berpikir, bahwa satu meja di sini akan ada tujuh kursi. Atau paling tidak, tiap meja dikhususnya untuk juga pelanggan.

Mengabadikan perjalanan selama di Takengon

Sampai-sampai saya pun menghitung dengan telaten. Nyatanya, tak semua meja itu berisi tujuh kursi. Sayangnya, saya tak mendapat jawaban dari manajernya. Kenapa nama warung ini agak laen. Menikmati senja, akhirnya saya menjadi alpa kroscek pada yang punya usaha.

Karena kami datang jelang magrib, bagian order sekaligus kasir sudah tutup. Baru buka kembali pukul 19.30 Wib. Begitu info yang kami terima. Karena kadung datang, kami pun menunggu. Baru sesuai jadwal, pengunjung mulai antri, melakukan pemesanan dan langsung bayar.

Suasana pinggiran Danau Laut Tawar saat jelang senja turun

Ngoh Ghazi foto dapan landmark Tujuh Semeja

Mengingat itu, langsung saya terbayang rencana untuk kembali ke sana dan menikmati sisi lain dari Takengon yang belum terjamah. Belum ke Bintang atau ke kawasan Hotel Renggali dan kawasan lain. Saya berharap semoga pada kesempatan lain bisa segera tiba. Lalu berkunjung lagi ke sana. Insya Allah.

Seperti diawal kisah, postingan kali ini memang seperti judul film, Agak Laen. Itu semua berawal dari aktivitas yang padat sama seperti rutinitas hari-hari sebelumnya. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_12/7/2024