Assalamualaikum...

_{Edited by Canva}

PADA 25 Juli lalu, saya membuat transplantasi Jambu Madu. Proses cangkoknya bisa ditengok pada postingan sebelumnya. Itu jika amat penasaran. he-he. Setelah dua bulan kemudian, akarnya sudah jauh lebih banyak, sehingga saya berencana untuk segera memanennya. Tapi, sepertinya ada sedikit kendala.

Setelah saya pantau lebih detail, memang perakaran yang tumbuh sedikit lambat. Apalagi kalau kita melihat postingan-postingan di akun Youtube yang membedah masalah pertanian dengan segala tip-tipnya. Namun ketika dipraktikkan tak selamanya mulus dan berjalan mudah.

Ini bentuk-bentuk hasil transplantasi yang saya lakukan sejak dua bulan lalu. Kini posisinya sudah berakar. Tapi sayangnya, jumlah akar tak sesuai dengan ekspektasi saya. Hingga saya pun menunda untuk memontongnya. Lalu memindah tanamkan batang jambu tersebut. Ada beberapa pohon lagi yang bahkan belum berakar sama sekali.

Usai membuat beberapa foto untuk konten, saya pun iseng menampilkan di status WhatsApp. Di luar dugaan, ternyata memang banyak teman-teman yang berkomentar. Tapi, ujung-ujung pasti seperti dugaan. he-he. Minta ditinggal satu batang. Karena memang batangnya terbatas, saya pun tidak langsung menjanjikan.

Tapi, saya bilang, ketika ada cangkokan baru nanti akan saya beri tahu. Minimal, ini akan butuh waktu empat minggu lebih. Itu kalau langsung saya proses minggu ini untuk cangkok batang yang lain. Jika saya menunda-nunda, maka akan bertambah lama. Semoga mereka sabar menunggu.

Sejujurnya, jika kita bisa mengolah dengan baik dan benar-benar memperhatikan nutrisi batang dan buah serta pertumbuhan lalu pembungaan, saya yakin, buahnya akan lebih besar. Dan, tak kalah dengan yang dijual dipasar-pasar.

---

Usai menatap batang-batang itu dengan nanar, saya beralih ke sebatang anggur yang memang sudah lama saya biar menganggur. Kali ini, karena tanggal 1 Oktober, saya memindah dia ke dalam planterbag. Saya buka polibag bagian bawah, lalu saya segera tanam dalam tempat yang media tanamnya sudah sangat kredibel. Sebab sudah hampir sebelum difragmentasi.

Bentuknya, memang sudah lumayan bagus. Pertumbuhan daun telihat cukup segar. Hanya saja, karena belum ditanam ke dalam pot besar, sehingga pertumbuhannya "tertunda." Akarnya tak bisa menghisap banyak nutrisi. Sebab, selama ini dia hidup dalam polibag yang terbatas asupan nutrisinya. Makanya, saya pindah pada tanggal 1 untuk memudahkan dalam menghitungnya.

Saya berharap batangnya bisa sebesar ibu jari. Kalau sudah seukuran batang spidol, tentu sudah cukup matang untuk pembuahan. Meski, setelah itu, akan ada tugas lanjutan. Yakni perawatan dan pemberian pupuk yang sesuai. Serta membuat penyangga yang cocok.

Baru kemudian beralih lagi ke tanaman lain, seperti kacang tanah yang ada dua tumpukan besar. Lalu, ada 10 batang cabai dalam karung bekas. Sebelumnya dia bertumpuk-tumpuk di bawah penangkaran. Karena sudah besar, dipindahkan ke lokasi yang lebih lebar dan cukup terpapar sinar matahari. Tentu saja sebelumnya saya menyiram dan membersihkan gulma-gulma yang mengganggu.

Tiba jadwal jemputan anak sekolah, saya berangkat menjemput Gulfam ke sana. Dan satu jam kemudian kembali lagi ke kawasan yang sama, tapi arah jalan yang berbeda. Kali ini menjemput Gazhi. Sebelum kembali ke rumah, saya membeli sedikit oleh-oleh untuk menjenguk Bang Misbahuddin. Ia seorang fakir miskin yang sedang sakit tak bisa beraktivitas.

Aktivitasnya hanya di tempat tidur saja. Cerita Bang Misbah pernah juga saya tulis di platform ini. Sedihnya melihat dia yang membutuhkan banyak biaya untuk berobat. Saya sempat berpikir apakah untuk kondisi seperti ini bisa meminta sedikit "perhatian" dari @steem.amal guna mengurangi kebutuhan hidupnya.

Saya tak tahu, apakah untuk kondisi seperti ini termasuk dalam kategori yang membutuhkan lirikan manajemen Steem SEA. Saya berharap selain membantu secara pribadi, mungkin bisa menggalang donasi untuk membantu Bang Misbah ini. Dia mantan muazin di Masjid Al Furqan Beurawe, Banda Aceh. Karena sakitnya, dia pindah ke kampung kami. Rumahnya di bangun oleh kelompok Jamaah Subuh yang menggalang dana untuk memberi hunian yang layak.

Selepas Zuhur, saya melanjutkan lagi perjalan hidup. Kali ini membawa Duo Ge ke tempat les di Beuraww. Kami berangkat sedikit lebih cepat. Pukul 14.30 Wib sudah keluar rumah. Jadwal lesnya kali ini pukul 15.00 Wib. Satu jam kemudian baru pulang. Sembari menunggu mereka les, saya melimpir ke Awesome Cafe yang berada di Lambhuk. Lokasinya berdekatan dengan Mall Trans Studio yang sudah mangkrak.

Beberapa tahun lalu, dia dikebut pembangunannya. Tapi, keburu dihadang paceklik kesehatan dunia. Covid-19 membuat pihak developer harus menunda proyek prestisius itu. Awalnya saya sudah "bermimpi" ibu kota Provinsi Aceh akan punya mall tersebut sebelum PON XXI belangsung. Nyatanya malah menjadi mangkrak.

Pukul empat sore lewat bacut, saya meninggalkan warung kopi ini. Lalu kembali menjemput dua junior (Duo Ge). Kami pun segera pulang. Kembali ke "padepokan" membuat saya berniat istirahat sejenak. Kemudian selepas ashar melanjutkan kegiatan rutin. Membuat postingan, membaca, mengedit dan mendengar novel online.

Lalu, semuanya berjalan sesuai rutinitas. Hingga senja merambat turun, saya berinisiatif untuk menyiram sayur-sayuran sebelum posisi senja digantikan malam. Selain menyiram, juga memberi makan tiga ekor ayam. Jangan sampai dia mati kelaparan dan tak tertangani dengan baik. Terima kasih sudah membaca postingan saya.

*****

10 % payout to @steem.amal

---

Thanks to Steemian friends and the Steemit Team who always support me. I really appreciate it.

*****

Achievement-1

Salam @Munaa

_03/10/2024