Cinta itu Luka
Nai, semalam dari salah satu perempuan dalam pelukan mengabari aku melalui pesan WhatsApp. Dia berkisah tentang perasaan, menguraikan rasa dalam kata-kata yang sangat indah berbalut kekecewaan teramat dalam, ingin aku mengabaikannya begitu saja seperti perempuan-perempuan lain namun tak sampai hati jua aku akhirnya.
Halus ia merangkai kata tentang luka yang dialaminya, tentang besarnya ia terjebak dengan perasaan sayang kepadaku, tentang ke-egoisan ku yang hanya menikmati tubuhnya saja, tentang kealpaan aku membalas cintanya, tentang aku yang mengabaikan perhatiannya, tentang sikapku yang baik ketika ingin bercinta saja, tentang malam yang begitu lekat sedang pagi amat sangat berjarak bahkan begitu jauh dan asing. Cinta itu luka tutupnya.
Pada guratan-guratan kata yang menyiksa itu, ia masih menitipkan kasih sayang yang begitu dalam, tulus dan abadi. Terlalu indah kata-kata yang dirangkainya, namun tak juga bisa menyentuh hatiku Nai. Bukan rasa sayang yang hadir setelah aku membaca tulisannya melainkan hanya rasa kasian!
Kamu tahu kan Nai, aku terlalu terlena dengan rangkaian kata indah dan halus yang sarat makna itu. Ku balas singkat pesan itu Nai “sebelum kamu datang aku telah pergi, kesakitan yang kamu rasakan adalah masa lalu ku, aku hanya menghangatkan kesepianmu bukan menampung cinta yang kamu uraikan itu, sudahi saja! setiap kita menyimpan lukanya Masing-Masing”.
Nai, mungkin baginya terlalu dalam luka yang aku torehkan, padahal masih seumur jagung dia mengenal aku, bolehkah luka itu terlalu dalam untuk waktu yang sangat singkat itu? Bagaimana dengan luka kita Nai? Bisakah lautan mengukurnya?
Aku melihatmu pergi tanpa meneteskan air mata
Hanya menemukan hati yang retak, remuk tak berbentuk
Pelan kau lepaskan genggaman tanganku
Waktu berlalu, aku masih merasakan hangatnya genggaman tanganmu
Begitu dalamkah cinta ini?
Detik-detik tak pernah bisa mengerti
Untuk tahun-tahun ganas menelantarkan kita begitu saja,
Ya begitu saja, puluhan purnama mencoba meniadakan cinta di antara kita.
Begitu dalamkah luka ini?
Nai,
Maukah kau menjadi buku kesedihan
Yang selalu kubawa, Kubaca setiap hari
Nai, tak sengaja ku telusuri kisahmu di lini masa laman usang salah satu media sosial. Banyak hal yang kamu kisahkan tentang kita, tentang luka beberapa tahun silam. Aku pikir hanya aku saja yang terluka begitu dalam, ternyata kamu begitu juga adanya sama terluka seperti aku. Menanggung rindu tanpa temu, nyaris membuat matamu buta menahan air mata, Pura-pura tertawa hanya untuk menyimpan luka, sungguh rapat kamu menyimpannya Nai.
Namun pada tulisan di lini masa pada laman usang itu ku temukan getaran luka paling dalam, remuk, retak berantakan. Sesakit itukah kamu menanggungnya Nai? Serindu itukah kamu pada kita yang dahulu?
Aku rindu dia
Rindu tawa candanya
Rindu senyum menawannya
Rindu leluconnya
Rindu kekonyolannya
Rindu wangi tubuhnya
Rindu genggaman tangannya
Rindu langkah kakinya
Rindu pundaknya
Rindu rambut indahnya
Aku rindu semua tentang dia
Jalan hidup memang tak pernah bisa di tebak, setidaknya itu yang aku rasakan. Nai, setelah kata pisah bermuara di dalam hubungan kita. Hari-hariku berlalu untuk berkelana dari satu perempuan ke perempuan lain. Butuh beberapa tahun untuk aku menemukan laman usang itu, butuh bertahun-tahun untuk aku menyadari bahwa kamu tak tergantikan Nai.
Ku temukan rindu yang kau titip diasin laut
Ku temukan rindu yang kau titip pada butiran pasir
Ku temukan rindu yang kau jatuhkan pada dinginnya embun
Ku temukan rindu yang kau sembunyikan di tengah hutan
Ku temukan rindu yang kau gantung dipuncak gunung
Ku temukan rindu yang kau percikan pada wangi bunga mawar
Terus ku cari rindu yang kau titipkan pada semesta
Akhirnya tak pernah ku temukan kau kembali
Sebab segala luka reda setelah bercinta
Puitis mmg...🥰🥰🥰
Agak-agak pusing memang bang 🤣
Maniiieess....
Gula jawa
memang Bandet!! kawan ni...
tokoh cerita ini ya, bukan si penulis
Ceritanya bandet, penulisnya kalem 😂
Bandet di pukul, sep gawat.. 🤣
Cukup ngeri emang 🤣
Luar binasa,,,
Hana Ubat, nyoe bg @hendrasusoh ka mulai teumuleh.. 🤠🤠🤠
Binasa sebinasa binasanya 🤣
Blo ubat di apotik tabah @rizkiblangpadang 😂
Lon langganan Laris bg 😂😂😂
Maniis 😂
Cinta memang bikin merana @hendrasusoh☺.
Kalau kata orang dulu dulu dulu kala
Durjana 🤣
Itulah aduen, nnerana dan sengsara memang.
Jangan jangan jangan sampai jadi pengalaman aduen 😅
Sedikit aduen, cukuplah buat pelajaran bagi saya pribadi😢.
Bertussss