[The Power of ARMY] : Kekuatan Fandom BTS Berhasil Mendongkrak Penjualan McD

Krisis identitas di kalangan remaja seringkali memicu banyak tindakan di luar nalar. Yang baru-baru ini terjadi, misalnya, strategi marketing McDonald's untuk mengeluarkan menu edisi BTS Meal berhasil membuat fandom BTS ke-triggered habis-habisan.

Strategi Pemasaran Apik McDonald's di Tengah Pandemi

Merupakan sebuah rahasia umum dimana banyak perusahaan waralaba yang penjualannya melesu selama pandemi COVID-19, tak terkecuali dengan salah satu perusahaan cepat saji Amerika, McDonald's. Tercatat angka penjualan McD menurun selama pandemi, memaksa pihaknya menutup ratusan gerai yang tersebar di seluruh dunia.

Tak kehabisan akal, pihak McDonald's menggaet salah satu boyband asal Korea Utara Selatan yang pamornya sudah tak diragukan lagi, siapa lagi kalau bukan Bangtan Sonyeondan alias BTS. Kolaborasi epik ini digadang-gadang akan meningkatkan angka penjualan dengan mengeluarkan menu baru yakni BTS Meal pada Rabu (09/06). Dan boom! Penjualan BTS Meal membeludak di hampir 50 negara, tak terkecuali Indonesia.

Karena supply-nya yang terbatas, persaingan ketat antara fandom garis keras untuk memperebutkan BTS Meal pun terjadi. Hal ini dibuktikan dengan antrian panjang para driver ojek online di depan gerai-gerai McDonald's, hingga mengabaikan protokol kesehatan yang berlaku. Yang lebih gila lagi, ada pihak-pihak yang menjual bungkus bekas BTS Meal di marketplace dengan harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Orang-orang seperti inilah yang memanfaatkan target pemasaran yang luar biasa besar dan royalnya. Ya, mereka adalah fandom BTS, ARMY.

Penampakan BTS Meal. Sumber: Dokumentasi McDonald's Indonesia.

Fandom dan Dominasinya dalam Berbagai Aspek Terutama Marketing

Baiklah, pertama-tama sekali mari kita kembali ke arti kata fandom itu sendiri. Berdasarkan beberapa pengalaman searching, saya menemukan bahwa kata fandom berasal dari bahasa Inggris dan memiliki makna basis/kelompok penggemar. Secara lebih luas, fandom dapat diartikan sebagai sekelompok penggemar yang dicirikan oleh persahabatan dengan pihak yang lain yang memiliki minat yang sama, dalam hal ini idola yang sama. Istilah ini populer berkat tren dunia K-Pop (Korean Pop) yang kian menjamur, karena hampir semua boyband/girlband asal negeri ginseng itu memiliki fans club-nya masing-masing. Sebut saja boyband BTS dengan fandom ARMY-nya, atau EXO dengan EXO-L-nya. Bahkan, beberapa fandom kerap merayakan reunian setelah idolanya bubar. What?!

Kekuatan fandom memang tak bisa dipandang sebelah mata. Saya pernah menulis tentang penggemar Zack Snyder yang berhasil memaksa pihak Warner Bros. merilis versi asli dari film Justice League di sini. Itu merupakan salah satu fenomena yang membuktikan betapa besar dan pentingnya kekuatan penggemar. Tentu saja hal ini menjadi peluang bagi para pelaku usaha, tak terkecuali dengan McDonald's yang memanfaatkan kekuatan itu untuk menggenjot angka penjualan mereka.

Tak jarang, kelakuan aneh-aneh dari fandom juga dapat merusak citra idol dan pihak yang berkolaborasi dengan mereka. Itu juga tergantung pada besar tidaknya kekuatan asosiasinya. Semakin besar jumlah personil dan kekuatan asosiasi dari para fandom, maka semakin besar pula pengaruh yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Pada intinya, kekuatan fandom dapat diibaratkan sebagai dua mata pisau yang sama tajamnya, tergantung dari siapa dan bagaimana utilitasnya dipakai.

ARMY dan Kiblat Entertainment Oppa-Oppa Korea

Mari kita fokuskan kepada ARMY, fandom BTS yang menjadi objek penulisan saya kali ini.

Personil Bangtan Sonyeondan. Sumber dari akun Instagram @bts.bighitofficial.

Ini bukanlah pembahasan yang terkait dengan kemiliteran, karena yang saya maksud adalah Adorable Representative M.C for Youth atau disingkat ARMY, sebutan resmi bagi para fandom boyband BTS. Jika anda ingin mencari info lengkap mengenai seluk-beluk fandom ARMY, silakan mencari sendiri di internet karena saya tidak akan menjabarkannya disini. Yang jelas, layaknya aliran spiritual, para ARMY pun dapat dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat kefanatikannya, mulai dari ARMY liberal sampai ARMY garis keras. Kita tunggu saja fandom yang satu ini membuat ormas sendiri, ya. He-he-he.

Penutup

Pada akhirnya, manusia tidak bisa terlepas dari tiga kebutuhan dasar; validation (validasi), pleasure (kenikmatan), dan excitement (kegembiraan). Saya meyakini bahwa menjadi fandom adalah salah satu jawaban untuk memenuhi salah satu atau bahkan ketiga kebutuhan tersebut. Namun yang mesti diingat, minum obat sesuai dosisnya dan jangan berlebihan.

Bagi saya, foto ini punya suara. Suara para ARMY yang riuh menyaksikan penampilan idol-nya sambil memegang light stick yang gunanya entah untuk apa. Kalau anda tahu, tolong isi di kolom komentar, ya!