Belajar dari Perseteruan Zack Snyder dan Warner Brothers : Sedikit Lebih Beda Lebih Baik Daripada Sedikit Lebih Baik

in STEEM Literacy3 years ago

Justice-League-SDCC-Poster.jpg
Poster Film Justice League, sumber dari Forbes.

Siapa yang tak kenal dengan Warner Brothers? Ya, perusahaan yang masuk dalam jajaran produsen film terbesar di dunia ini dikenal dengan film-film nya yang best seller. Beberapa di antaranya ada The Dark Knight (2008), Aquaman (2018), The Hobbit (2012), dan Mortal Kombat (2021) yang sempat viral karena dibintangi oleh salah satu aktor asal Indonesia, Joe Taslim.

Soal pesaingnya siapa yang tidak tahu, yakni anak dan ibu perusahaan hiburan terbesar yang didirikan di California, Amerika Serikat. Benar sekali, anak usaha yang saya maksud adalah Marvel Studio, dan ibunya The Walt Disney.

Sebelum lanjut, mari kita kenali dulu dua perusahaan ini (tolong koreksi jika saya salah):

Perusahaan Warner Bros. diakuisisi oleh AT&T, mega perusahaan telekomunikasi yang berkantor pusat di Dallas, Texas. Sementara itu, rivalnya, Marvel Cinematic Universe dimiliki oleh Walt Disney Company. Sepertinya perkenalannya cukup segitu saja, ya?

58483b7684e35b574e745382.png
Logo Warner Bros. Sumber

5842905ca6515b1e0ad75ab9.png
Logo AT&T. Sumber

Awal Cerita Dimulai

Cerita ini bermula saat Warner Bros. menggarap sebuah proyek film trilogi bertajuk “Justice League” yang disutradarai oleh Zack Snyder, seorang yang kompetensinya dalam dunia perfilman tidak perlu diragukan lagi. Suami Deborah Synder ini telah memenangkan berbagai penghargaan film bergengsi, sepertinya tidak perlu saya tuliskan disini.

3293697.jpg
Sang legenda Zack Snyder. Sumber.

Dua film Zack sebelumnya, Man Of Steel (2013) dan Batman v Superman (2016) yang bernuansa gelap tak se-booming yang dibayangkan sebelumnya. Hal itu membuat Warner Bros. menginginkan angin segar, memaksa sutradaranya untuk mengganti setting, padahal itu berlawanan dengan gaya sinematik si Zack sendiri. Di tengah turbulensi yang terjadi di antara pihak perusahaan dan sutradara itu, sebuah tragedi terjadi. Anak dari Zack Snyder dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri, memaksanya untuk berhenti menggarap proyek itu, disamping karena alasan perseteruannya dengan pihak Warner Bros.

Tebak, apakah ada role model yang jadi alasan mengapa Warner Bros. mati-matian keukeuh dengan pendiriannya?

Ternyata, Warner Bros. tergiur dengan pencapaian yang didapat oleh rivalnya Marvel. Selama ini, Marvel dikenal sebagai produsen film yang menitikberatkan unsur kecerahan, tentunya dengan sedikit bumbu humor. Hal itu terlihat dari banyak adegan, kita ambil contoh pada film Spiderman, saat Tobey Maguire yang memerankan Peter Parker bertingkah konyol dan mengundang gelak tawa dari kita, penonton setianya.

d08c225c-b5fc-4ecf-8983-5b7da017423f.jpg
Salah satu kelakuan nyentrik Peter Parker saat memakai topeng yang hanya menutupi setengah wajahnya. Sumber gambar dari IMDB.

Protes dari Penggemar

Kita tinggalkan Zack Snyder sejenak, dan melanjutkan cerita yang kian seru ini.

Menindaklanjuti kepergian Zack, pihak Warner Bros. melanjutkan proyek Justice League dengan menggaet sutradara The Avangers, Joss Whedon. Kolaborasi ini tentunya diikuti oleh harapan bahwa Justice League akan laku keras di pasaran, mengingat sutradara baru ini terkenal dengan karyanya yang penuh humor. Persis seperti yang diharapkan Warner Bros.

Sayangnya, realita tak semulus yang dibayangkan. Justice League yang sebelumnya digadang-gadang akan meledak justru di cap sebagai film yang buruk. Bahkan, pihak eksekutif Warner Bros. pun mengakui kecerobohannya sendiri. Hal ini tentu memicu kemarahan dari penggemar setia Zack. Mereka menuntut agar pihak Warner Bros. menerbitkan film Justice League versi asli yang konon kabarnya masih tersimpan di gudang Warner Bros. Mereka bahkan membuat gerakan #ReleaseTheSnyderCut dan mengampanyekannya di berbagai media hingga menyewa billboard.

Screenshot (7).png
Hasil tangkapan layar berita mengenai #ReleaseTheSnyderCut dari The Guardian.

Kembalinya Uncle Zack dan Suksesnya Justice League

Hal yang tak diduga-duga justru terjadi. Kalau kita masih ingat perusahaan yang mengakuisisi Warner Bros., yakni AT&T, pasti bisa relate dengan part ini. Nah, si AT&T ini justru mengamini permintaan dari fans-nya Zack Snyder untuk mengeluarkan versi asli dari Justice League. Kalau sudah begini, Warner Bros yang notabene-nya sebagai anak tidak bisa berbuat apa-apa karena bapaknya sudah mengeluarkan titah.

AT&T bukan sembarangan mengambil keputusan, mereka melihat permintaan yang begitu besar akan versi asli dari film itu. Uncle Zack pun memutuskan untuk bekerja sama setelah saling merayu dengan e-ti-en-ti. Akhirnya, Justice League secara resmi ditayangkan di layanan streaming video milik AT&T yang juga termasuk dari anaknya, yakni HBO Max yang saat itu sedang dalam masa promosi dan perekrutan pelanggan secara besar-besaran. Pamor Zack Snyder kembali berkilau. Kabarnya, saat peluncuran perdana Justice League, server HBO Max sempat crashing down karena saking laku-nya, lho!

Pelajaran yang Bisa Diambil

Itulah sekelumit kisah nyata yang mungkin bisa dibuat menjadi film, tentang perseteruan ide antara produsen dan sutradara masyhur yang cukup fenomenal di dunia Hollywood sana. Pada akhirnya, yang menang adalah yang bertahan dengan keotentikannya, meski kenyataan tak selalu berlaku demikian.

Saya pernah mendengar salah satu komika favorit saya mengatakan, “sedikit lebih beda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik”. Agaknya itu berlaku dalam kasus ini, bagaimana menurut anda?


Terima kasih para founder, admin dan moderator @ayijufridar @teukukemalfasya @acehpungo @teukumukhlis @musismail @abuarkan @isnorman @m-yasir @mariska.lubis @zainalbakri, yang telah memberikan kesempatan untuk saya menulis di komunitas ini. Semoga anda semua sehat selalu, ya!

Sort:  

Film di Amrik memang sudah menjadi industri raksasa sehingga banyak perusahaan lain yang tertarik masuk ke dalamnya, termasu AT&T. Saya ingin ketika di Amrik di akhir 2012, untuk berkomunikasi ke Indonesia menggunakan AT&T.

Saya juga kepingin tau rasanya pakai layanan AT&T hehehe. Tapi, kenapa perusahaan telekomunikasi macam AT&T mengakuisisi perusahaan film, ya? Saya belum menemukan korelasi yang pas, kenapa mereka berjodoh😂

Semuanya demi kepentingan bisnis @firyfaiz. Di tengah konflik dagang antara China dengan AS, ada juga perusahaan China yang membiayai film Hollywood demi kepentingan bisnis, misalnya film Dunkirk. Perusahaab komunikasi dan film adalah jodoh yang dekat sebenarnya.

Bikin resensi film, asyik juga ni...

Lebih asyik lagi kita ajak steemian sekampung buat nobar hihihi.

bener, lebih asyik pakek layar tancap, heheh, sebelum datang tim satgas Covid langsung bubur duluan, wkwk

Mekanisme kaburnya nanti kita atur qiqiqiq.

asal jangan terowongan bawah tanah yaaa...

🙂🙂

Tulisan menarik. Lanjutkan.

Terima kasih telah singgah di postingan saya:)

Muy interesante publicación

Muchas gracias:)

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.16
JST 0.030
BTC 68067.77
ETH 2640.37
USDT 1.00
SBD 2.72