Refleksi Satu Tahun di Steemit | 10 September 2020 - 11 September 2021

“Thoughts give birth to actions, actions spawned a habit, habit bore the character, and the character created fate." - Aristoteles

Semua berawal saat Saya dipercayakan untuk menjadi admin website madrasah, saat itu Tuan Guru @radjasalman masih menjabat sebagai Waka Kesiswaan di MAN Lhokseumawe. Sebagai simulasi, Saya disarankan untuk belajar memosting menggunakan akun @radjata agar nantinya tidak kaku lagi saat aktif di website. Karena keenakan, Saya mulai nyaman memosting beberapa hal di Steemit, sebelum akhirnya @radjata dilaporkan sebagai akun ganda dari @radjasalman oleh salah satu user yang terkenal suka nge-report orang. "Ka jitameng kogr*p, kajeut ta balap", kata Tuan Guru.

Merasa kehilangan, Saya langsung membuat akun baru di bulan itu juga. 10 September 2020 adalah hari dimana Saya membuat postingan perdana di akun @firyfaiz. Introduce Myself, judulnya. Isinya, perkenalan singkat mengenai diri Saya, sama seperti yang dilakukan Steemian lain.

Foto perkenalan diri di depan IGD (Instalasi Gawat Darurat) Rumah Sakit, 10 September 2020.

Saya mulai intens belajar mengenai platform Steemit dan bertegur sapa lewat kolom komentar dengan orang-orang terutama di Komunitas Steem SEA. Sosok yang paling membuat saya penasaran waktu itu adalah dua orang kurator dan CR asal Indonesia, @anroja dan @ernaerningsih. Saat itu, Saya hanya bisa mendengar cerita tentang mereka dan pencapaian-pencapaiannya lewat mulut Tuan Guru.

Hasrat bertemu muka dengan mereka berdua akhirnya jadi kenyataan saat Komunitas Steem SEA menggelar meet up perdana di MJ Coffee Krueng Geukuh. Saya, @fwinanda dan beberapa newcomer lain datang dan menyaksikan petinggi Steem SEA berdiskusi dan bertukar pikiran, berharap dapat menjadi bagian dari mereka suatu hari nanti. (Postingan mengenai kegiatan tersebut dapat dilihat di sini)

Foto dengan @anroja sang idola.

Siapa sangka, beberapa dari mereka yang Saya kagumi sekarang justru jadi orang dekat Saya. Tidak terhitung berapa banyak yang sudah Saya pelajari dari para maestro itu. Di sisi lain, tidak sedikit pihak yang menyalahkan platform Steemit—mungkin juga orang-orang di dalamnya—demi mencari-cari celah dari dalam diri Saya. Bagaimana bisa sesuatu yang membuat Saya berkembang malah jadi sasaran untuk menjatuhkan diri Saya, padahal apa yang Saya hasilkan tidak ada apa-apanya dengan gaji mereka. Chuakkzzz.

Meski sempat merasa berang dan gusar, akhirnya Saya mulai kalem dengan perlakuan orang-orang seperti itu. Jika dihiraukan, hanya buang-buang waktu saja. Yang Saya pegang saat ini adalah quotes dari Kanda @anroja dan Tuan Guru @radjasalman, bahwa pohon besar macam Coast Redwood akan diterpa angin yang kencang dibanding pohon cabai. Tentu kita ingat bahwa Nelson Mandela pernah dipenjara selama 27 tahun karena suara lantangnya menolak Politik Apartheid. Mereka—orang-orang rasis—yang punya kekuasaan itu mungkin bisa membuat tubuh Mandela terkukung dalam penjara selama puluhan tahun. Namun apakah mereka berhasil memutarbalikkan pemikiran-pemikiran revolusionernya? Jawabannya tentu tidak.

Steemit dan komunitas di dalamnya hanyalah wahana untuk mewujudkan tujuan kita yang beragam. Namun apa artinya sebuah wahana tanpa ada orang-orang yang saling berkembang dan menggerakkan satu sama lain di dalamnya. Untuk itu, melalui platform dan komunitas ini, Saya bertekad meng-upgrade pemikiran guna kehidupan yang lebih baik. Seperti kata Aristoteles, pikiran melahirkan tindakan, tindakan melahirkan kebiasaan, kebiasaan melahirkan karakter, dan karakter menciptakan nasib.[]