[#club75] Betterlife – The Diary Game : 05 Januari 2022|HARI KEENAM BANJIR DI KAMPUNGKU

in Steem SEA3 years ago (edited)
50% Reward to @steem.amal

photostudio_1641444718938.jpg

div.png

Hallo sTeeMiaNs

The Diary Game : WEDNESDAY, JAN 05th 2022

Selamat berjumpa kembali sobat di hari Rabu, ikuti protokol Kesehatan, tetap santuy dan jangan lupa sedekah.....!!!

Sobat steemians dimana saja anda berada, semoga hari ini kita semua dalam keadaan sehat walafiat dan bisa beraktivitas seperti biasa. Hari ini adalah hari ke enam banjir menggenangi kampung kami. Kemarin sore air sedikit surut, namun tengah malam tadi air kembali naik dan menggenangi pemukiman kami. Jadinya pagi ini aku bangun untuk sholat subuh dan melihat ke depan rumah, ternyata air sudah se lutut orang dewasa dan aku tidak bisa membawa keluar motorku karen takut terendam banjir khususnya di tempat-tempat tertentu yang lebih tinggi airnya. Usai sholat aku mengambil laptop dan menghidupkannya. Aku menonton video youtube untuk update info-info terkini.

Dari hari ke hari hidup di negara ini semakin tidak menentu, sementara banyak orang terjebak pada sikap apatis dan pasrah serta tidak mau tahu atau tidak ingin tahu terhadap kondisi ini dan menganggap itu sebuah kenyataan. Padahal sebenarnya inilah kondisi yang diinginkan oleh para oligarkh culas, dimana di tengah sikap apatis, pasrah dan ketidak pedulian ini, mereka bebas mengeruk keuntungan dengan memperkaya diri dan keturunannya. Banyak kita terjebak dalam “perangkap” buatan mereka bahkan secara tidak sadar kita menjadi agen mereka untuk memuluskan propaganda-propaganda. Para oligarkh memanfaat sifat permisif kita dan mengkapitalisasinya untuk kesuksesan agenda-agenda mereka. Kita sering mendengar komentar-komentar dari teman kita misalnya…Nggak usah ngomong-ngomong politik lah…! Bla…bla… By the way, Itulah sebenarnya yang diinginkan para oligarkh culas ini agar scenario mereka aman. Kita terkadang tidak bisa membedakan mana politik praktis dan pragmatis dengan kebijakan public yang memiliki impact yang luas, sehingga ketika kita mengkritisi kebijakan-kebijakan, kita dianggap sudah memasuki wilayah politik. Sesuai ketentuan platform kita tidak dibenarkan untuk menyinggung masalah suku, agama dan ras serta kebencian, dan aku sangat setuju akan hal itu. Di luar hal tersebut kita bisa saja menyampaikan hal-hal yang kita anggap penting. Semisal apakah kita harus mendiamkan kebijakan-kebijakan yang salah, seperti deforestasi yang terjadi selama ini? Bagi sobat yang tidak pernah mengalami dampak dari deforestasi ini mungkin hal tersebut bukanlah isu yang penting bahkan terkadang malah menganggap dan memandang negative orang yang mengangkat isu ini. Akan tetapi bagi yang sudah merasakannya bertahun-tahun, ini adalah sebuah kezaliman yang maha dahsyat. Anda bisa membayangkan, sebagai akibat deforestasi ini banjir sudah terjadi sepanjang tahun dan berulang-ulang dengan derajat dan frekuensi yang semakin meningkat, seperti halnya banjir kali ini yang sudah memasuki hari keenam dan belum lagi surut. Dan disetiap kejadian banjir pemerintah seperti gagap dan gugup untuk meresponnya, padahal ini merupakan kejadian yang ke seratusan kalinya.

IMG20220105124155.jpg

Kondisi banjir hari ke enam di Kampungku

div.png

Aku sarapan pagi ala kadarnya di tengah banjir yang semakin tinggi, lalu aku mencoba membuat postingan di steemit sampai siang hari. Karena tidak banyak yang bisa ku lakukan di dalam suasana banjir ini selain membuat postingan dan memaikan gitar di sela-sela rasa penatku duduk di meja kerjaku.

Aku terkadang juga menonton film Samurai Buta Zatoichi yang berepisode-episode itu. Walaupun gambarnya sedikit buram karena di produksi di tahun 60-an, namun aku menyukainya. Dari film dan tokoh ini aku belajar bahwa “Pandangan Mata hati dan pendengaran lebih tajam dari pandangan mata telanjang.” Walaupun buta, samurai bernama Zatoichi ini bisa mendengar secara lebih jernih sehingga dia bisa memberikan penilaian tentang suatu kondisi dan memutuskan langkah-langkah untuk meresponnya. Di dalam keterbatasannya itu, dia mempunyai sebuah kelebihan yaitu dia tidak memerlukan cahaya untuk menerangi jalannya sehingga malam atau siang tidak membuatnya mengalami kendala untuk melangkah.

Aku makan siang dan sholat zuhur, lalu aku mengajak adikku untuk berkeliling kampung memantau kondisi banjir menggunakan perahu. Kami mengamati banjir yang masih naik di rumah-rumah dan kebun serta sawah masyarakat di desaku. Pemandangan hari ini cukup cerah dengan nuansa alam yang sedang banjir, namun cukup indah menurutku. Aku seperti sedang berada di dunia entah berantah, dimana di sekelilingku hanya ada air dan juga pemandangan langit serta awan-awan yang berarak memberikan sebuah pemandangan menawan.

IMG20220105124449.jpg

Memantau Banjir Bersama adikku

div.png

Setelah puas berkeliling kampung, aku memantau kondisi dapur umum di simpang empat, tempat para pengungsi memasak untuk kebutuhan makan mereka selama banjir beberapa hari ini. Para ibu-ibu desa memasak untuk kebutuhan makan warga di dapur umum ini yang bersumber dari sumbangan-sumbangan para donatur yang tergerak hatinya untuk membantu. Sampai hari keenam banjir, belum ada bantuan dari pemerintah setempat yang masih juga gagap dan gugup mengurus warganya. Masya Allah, untuk inikah mereka di gaji selama ini? Rakyat hanya di butuhkan suaranya saat Pilkada, Pileg, atau Pilpres dengan imbalan satu helai sarung atau amplop berisi uang 50.000 rupiah, dan setelahnya mereka tidak pernah kenal dan tidak pernah ada kaitan apa-apa lagi. Kita terus saja diam dan tidak peduli sehingga dari hari ke hari kondisi semakin sulit bagi rakyat kecil. Hari ini barang-barang kebutuhan pokok meningkat tajam, listrik naik semaunya, Premium yang rencananya akan dihapuskan oleh pemerintah di batalkan setelah mendapatkan banyak kritikan, namun di masyarakat premium tidak ada….Hadeuh negeri lelucon…..

IMG20220105145741.jpg

Ibu-ibu desa memasak di di dapur umum

div.png

Siang ini dapur umum kami kedatangan Ibu Mantan Gubernur Aceh (Ibu Darwati A. Gani- Istri Bapak Drh. Irwandi, MSc) dengan tim nya yang membawa bantuan alakadar, berupa roti-roti serta sembako dan beberapa susu kotak untuk anak-anak. Aku tidak mau mengkritisi langkah ibu Darwati kali ini. Terlepas alasan dan motivasinya mendatangi korban banjir, aku “menghargainya “ telah memberi sedikit keceriaan bagi anak-anak desa kami, dengan catatan aku punya analisa dan perspektif sendiri terhadap fenomena ini.

IMG20220105142512.jpg

Ibu Darwati A. Gani Mengunjungi Dapur Umum Di Desa Kami

div.png

Setelah rombongan Ibu Darwati ini berlalu, aku melakukan pembagian paket bantuan yang bersumber dari World Smile Project kepada warga desa yang di serahkan oleh tim WSP kemarin, namun karena tidak bisa di bagikan berhubung sudah sore, maka hari ini kami membagikannya kepada warga. Sebagiannya di gunakan untuk keperluan dapur umum dan sebagiannya lagi kami bagikan kepada warga untuk dibawa pulang ke rumah.

IMG20220105144506.jpg

Membagikan Bantuan kepada warga desa

div.png

Warga Desa sangat berterima kasih atas bantuan ini dan mereka sangat berbahagia, masih ada saudara-saudara mereka yang memiliki perhatian kepada sesama. Raut wajah bocah-bocah kampung menjadi bukti bahwa mereka masih optimis di tengah kondisi yang kacau begini.

IMG20220105145707.jpg

Senyum bocah-bocah desa yang bahagia

div.png

Setelah membagikan bantuan ini, aku kembali ke rumah menggunakan perahu bersama adikku. Aku melewati persawahan yang sudah terlihat seperti lautan ini untuk sampai di rumah.

IMG20220105124343.jpg

Pemandangan banjir di belakang rumahku

div.png

Aku segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk sholat ashar. Lalu aku hanya duduk-duduk saja di teras memandangi air banjir di jalan depan rumahku sambil memainkan gitar kapuk murahanku….he…he…

Sekitar jam 06 sore, aku menemani anakku Alvira yang ingin mandi dan bermain banjir. Dia terlihat sangat senang bermain banjir dan berlagak seperti masih bayi dengan mandi di baskom…aya…aya wae…Dia juga mandi di depan pintu gerbang rumah kami dengan gembira. Dasar anak-anak, bagaimana pun kondisinya mereka tetap ceria.

IMG20220105180008.jpg


IMG20220105174820.jpg

Si kecil Alvira gagal move on

div.png

Malam hari usai sholat magrib dan makan malam, aku hanya istirahat di rumah sambil menonton film samurai lainnya sampai aku mengantuk.

Demikian ceritaku hari ini, Semoga anda menyukainya dan terima kasih sudah mampir di postinganku.

Regards

@alee75

ABOUT ME


20211004_154124.gif

Sort:  
 3 years ago 

Es lamentable que los gobiernos de una parte del mundo sean tan parecidos a los de otras partes. No dices nada nuevo o incomprensible para la mayoría. Creo que está bien desahogarse de vez en cuando. Aquí pasan situaciones similares en distintos ámbitos. Gracias por reportar y mantenernos informados.

Por cierto, ¿las personas que perdieron sus casas, donde se encuentran ahora mismo?

 3 years ago 

Creo que el gobierno debe trabajar por el bienestar de su pueblo con varias políticas que favorezcan al pueblo, no a ciertos grupos. Además, resulta que muchas políticas en realidad causan daños ambientales. la explotación de los recursos naturales y la deforestación es uno de los problemas actuales. Durante inundaciones como esta, los aldeanos se ven obligados a huir a lugares y edificios públicos como mezquitas, escuelas y otros edificios de gran altura, por lo que generalmente construimos cocinas públicas para satisfacer las necesidades alimentarias de la gente. Realmente apreciamos y decimos mil gracias por su ayuda y el proyecto sonrisa mundial a nuestros residentes que sufrieron la inundación ayer... gracias... 🙏

 3 years ago 

Me alegra poder ayudar. El WSP es una gran iniciativa.

 3 years ago 

Gracias....

 3 years ago 

Postingan ini telah dihargai oleh @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.

Ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info tentang Steemit dan kontes.

Anroja

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.029
BTC 67494.12
ETH 3222.64
USDT 1.00
SBD 2.65