Mie Caluek, Puisi, dan Nostalgia Zaman Old

in #food6 years ago

Salah satu agenda penting saya ketika datang ke Aceh adalah makan mie caluek. Mie ini hanya ada di Aceh. Khas Aceh. Dulu, ketika saya sekolah (SD dan SMP) di kampung saya di Trienggadeng, rasanya tidak ada hari tanpa makan mie caluek. Sebab, mie caluek dijual di warung-warung kecil seputar sekolah. Tapi ketika melanjutkan sekolah ke SMEA Negeri Banda Aceh di Lampineung, saya mulai jarang makan mie Caluek.

mie caluek banda aceh (2).jpg

Kala itu, tahun 1986, di seputaran Banda Aceh tak banyak yang menjual mie caluek. Di kantin SMEA hanya tersedia mie bakso. Jadinya, jam-jam istirahat sekolah kalau lapar yang makan bakso. Saya baru bisa makan mie caluek ketika pulang ke kampung di Trienggadeng, Pidie Jaya. Saya biasanya makan mie caluek di seputaran SMA Negeri Trienggadeng, yang lokasinya di desa saya, yakni Meue. Tepatnya di jalan rel kereta api, jalan alternatif (jalan pintas) dari Trienggadeng ke Meureudu.

Pada Mei 2017, ketika saya diundang menjadi juri lomba baca puisi tingkat nasional Piala Maja yang diadakan di Taman Budaya Aceh di Banda Aceh, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari mie caluek. Waktu itu saya bersama sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda @ahmadunyh. Kami menginap di sebuah hotel di Lampriet, persis di depan Rumah Sakit Zainoel Abidin. Sampai di Banda Aceh, habis istirahat, kami meluncur ke Pasar Aceh. Penjual mie caluek berjejer di samping Masjid Raya Banda Aceh.

Kami memilih salah satu penjual yang lapaknya menempel taman parkir di samping Masjid Raya. Bagi Mas @ahmadun, ini kali pertama mencoba mie caluek. Ia sering ke Banda Aceh untuk acara sastra, kadang bersama saya. "Enak," katanya. "Jelas mas. Ini salah makanan favorit saya. Saya tidak pernah lupa makan mie caluek kalau ke Banda Aceh," ujar saya. Sang sastrawan terkemuka Indonesia itu pun begitu menikmatinya.

ahmadun menunggu mie caluek.jpg

Sastrawan @ahmadunyh berfoto dengan laar belakang penjual mie caluek di Banda Aceh

Mie caluek dibuat dari mie yang besar-besar, mie lidi atau mie yang bisa dibuat untuk spageti. Ia diberi bumbu kacang, mirip bumbu gado-gado atau pecal, tapi tentu tidak sama. Ada beberapa variasi hidangan mie caluek. Ada yang cuma mie saja, ada yang dicampur bihun, ada yang dicampur sayur pecal, dan ada yang campuran ketiganya. Kita tinggal pilih, sesuai selera saja. Harganya pun murah, sekitar Rp 10.000 untuk satu porsi. Mau coba bikin sendiri. Mudah, tinggal cari "resep mie caluek" di Google.

Di Aceh, mie caluek paling terkenal di Grong Grong, Kabupaten Pidie, sebuah kecamatan yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Banda Aceh. Aau berjarak sekitar 12 kilometer dari kota Sigil, ibu kota Kabupaten Pidie, arah ke Banda Aceh. Cuma saya belum pernah makan mie caluek di Grong Grong, sehingga saya tidak bisa cerita, apa beda dari segi rasa. Saya pun belum menemukan referensi yang valid mengapa Grong Grong, karena saya sejak kecil sudah makan mie caluek di kampung saya di Trienggadeng.

Saya pun pernah membuat puisi tentang mie caluek. Puisi ini pernah di muat di Kompas, 16 September 2017. Saya kutip di sini.

puisi mie caluek di kompas (2).jpg

Mustafa Ismail
MIE CALUEK

kita seperti meniti jembatan waktu:
dimulai dari sebuah sketsa tua,
dari sebuah kampung yang sempat binasa,
senja seperti bongkahan pelangi berayun-ayun sehabis hujan
melempar kau ke sini:
aha betapa riang burung-burung di jendela

dari kampung-kampung yang sempat kau benci
karena lelakimu terkubur di makam-makam rahasia
kita tetap menulis pesan ini:
wahai boh hate ma tetaplah kau melukis para bidadari
di sepanjang jalan berdurimu, dengan berbinar,
seperti melumat asi dari payudaraku.

Kau tetap merawat rindu seperti meninabobokan si kecil
yang selalu bertanya bapak yang hilang ditelan hujan,
dengan air mata ditahan, sebab langit tidak perlu tahu
tentang ledakan gunung dalam dadamu, kecuali satu hal:
ketika senja menindihmu dengan nafas memburu

kau harus segera mengeluarkan rencong dari sarungnya dan
kalian menari di udara seperti sepasang merpati sedang jatuh cinta

seperti sore itu, aku melihatmu menari-nari di atas kota
di bawah gerimis dan matahari yang redup
mereka berenang-renang dalam piring pualam
sambil membayangkan kampung-kampung yang dulu murung
dalam hamparan ranting kuning mirip tali-temali
matamu mengerjap-ngerjap merawat rindu.

segalanya boleh pergi, katamu, kecuali dada ini.

Banda Aceh, 15 Mei 2017

puisi mie caluek di kompas (1).jpg

Sehabis menikmati mie caluek di samping Masjid Raya Baiturrahman, sore itu, kami melanjutkan perjalanan ke Tamaan Budaya Banda Aceh. Kami menggunakan jasa becak motor. Di sana, kami bertemu beberapa kawan seniman, seperti penyair Hasbi Burman yang oleh Kompas dijuluki sebagai "Presiden Rex", Teuku Ahmad Dadek @teukudadek, Zuflikar Kirbi @zulkirbi, Yusuf Bombang, dan beberapa yang lain. Kami silturahmi dan ngopi.

DEPOK, 3 Maret 2018
MUSTAFA ISMAIL | @musismail

mie caluek lalu ke taman budaya piala maja 2017.jpg

Sort:  

Banyak kenangan yang patut dinarasikan.....

Betul. Banyak hal perlu dituliskan

Luar biasa mie caluek,,, dikenang sepanjang masa,,,

Makanan khas yang tak terlupakan

Merawat kenangan zaman old 😊

Zaman remaja 1980-an haha

Ana juga sudah sering nyicipi mie caluek ini. Rasanya enak. Jadi kepengen nih melihat fotonya.

Ya, enak kan na. Tapi beda dengan mie caluek yang di jakarta

@musismail ini memang aneh. Masak mudik ke Aceh yang dicari mie caluek. Mbok cari dulu mie Aceh. Hehehe

Btw imaji puisimu boleh juga. Terutama bagian ini:

kita seperti meniti jembatan waktu:
dimulai dari sebuah sketsa tua,
dari sebuah kampung yang sempat binasa,

Imaji seperti ini selalu muncul di puisi-puisi Aceh. Correct me if I am wrong.

Thank you for sharing

Salam Steemit

Mie Aceh banyak di Jakarta @blogiwank. Sering makan di jkt. Nah mie caluek ada di Jakarta tapi hanya satu tempat.

Imaji tentang kekerasan memang banyak muncul dalam puisi penyair aceh.

Mie Caluek, saban waktu jika pulang, di lapangan Meureudu itu kami menyantapnya. Tanpa bicara dan membuang waktu. Karena pelanggan selalu membludak. Silap, Mie Caluek (Sphagetti Aceh) itu akan segera habis.

Puisi di atas, adalah sketsa yang begitu runyam di negeri kita masa konflik. Makasih Pak @musismail sudah berbagi di Steemit.

Maaf ya. Lagi puasa upvote. Biar upvotenya naik 100% hahahahhaa.

Di mereu dunia ada tiap hari ya. Kapan-kapan kita ke Pidie jaya untuk berpuisi dan makan mie caluek

Waaah...saya kalau ke Banda Aceh sering melintasi lapak penjual mie caluek di samping MRB, tapi tujuannya makan nasi gurih atau mie kocok di seberangnya...

Next time, wajib coba mie caluek di situ.

Saleum, bang @musismail

Perlu dicoba bang mie caluek di Banda aceh. Enak. Saya selalu singgah di sana kalau ke Banda Aceh.

Siiiip, bang @musismail.

Titip salam kalau ketemu Teuku Dadek, kawan lama saya di Yogya dulu. 🙏

Mie Cileuk kaya pecel ya? Bumbunya sama kayaknya ya.

Saya hampir tiap pekan menikmatinya, mie caluk itu. Heran karena tak pernah bosan.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58115.81
ETH 2623.89
USDT 1.00
SBD 2.42