ISTANA PASIR

in #fiction6 years ago (edited)

Malam seperti biasa, namun tidak suasananya. Pantai menjadi kelam, hanya deburan ombak dan buih-buih yang terkutuk untuk tidak berhenti karena cintanya kepada bulan. Ombak pernah bersumpah kepada tuhannya untuk akan selalu bergelombang selama bulan setia menemani di sisi bumi. Nyanyian malam, perih akan kesepian yang diberikan kepada pasir-pasir.

Sore sebelum malam ini, seorang anak bermain ditemani ayahnya di tepi pantai yang jauh bagi anak itu dan hal yang sudah biasa bagi sang ayah yang bekerja tidak jauh dari pantai berpasir putih itu. Tidak ada karang, hanya pantai yang tenang di siang hari.

"bolehkah aku membuat sebuah istana di sisi pantai ini, ayah?" tanya sang anak kepada ayahnya.

"boleh, tapi jangan terlalu dekat dengan garis laut pantai, ombak akan sampai untuk merubuhkan istanamu" jawabnya bijaksana.

"aku ingin membangun istana yang kuat di sisi pantai, ombak tidak akan merubuhkan istana indah yang akan aku buat nantinya" anak itu berkata dengan ceria.

Si anak telah menghayalkan kejadian ini sejak dia melihat film kesukaannya yang memperlihatkan moment seorang ksatria membangun sebuah istana di dekat pantai. Kekuatan supranatural yang diperlihatkan oleh efek tiga demensi membuat anak itu tidak berhenti membayangkan posisi ksatria ada di posisinya.

Dia memulai dari satu tindakan kecil, dia mencari ember kecil bekas dan sesuatu yang bisa mengantikan cangkul. "aku mau aku dapat", seperti semboyan rokok yang tertulis dalam spanduk ukuran biasa di sudut kiri dari simpang empat tidak jauh dari lokasi pantai yang akan menjadi tempat berada istana termegah yang pernah dibuat oleh anak kecil itu. Mulai dia membentuk sesuai imajinasi otak kanan, anak yang melankolis. Semangat dalam aliran darah yang dipompa keinginan dan keceriaan cita-citanya segera tercapai.

Dia memasuki alam imajinasi, melupakan segala ingatan, ingatan janji kepada adik kecilnya yang dia janjikan untuk membawa pulang keong tercantik di dunia, ingatan ketika dia menangis tersedu-sedu ketika di ganggu abang kelasnya, dia melupakan semua hal-hal yang pernah terjadi di dunia ini. Dia telah memasuki alam fantasi tapal batasnya. Tidak ada sedikitpun ketakutan dalam dirinya, dia percaya istana ini akan kokoh, tidak ada ombak yang mampu merorohkannya. Sesaat itu dia lupa kata-kata ayahnya.

Senja mulai bersolek menyombongkan warna kemerahannya, dihiasi bunga-bunga awan yang memantulkan kiasan cahaya abadi sang mentari, camar terbang saling mengikuti membentuk huruf V. Cemara terus bernyanyi bahasa daun. Bayangan mulai memanjang. Samudra menjadi cermin bagi mentari yang bersolek. Pantulan cahaya yang tidak beraturan. Cahaya yang akan menenangkan siapapun yang melihat. Anak itu masih di dalam fantasinya, dia mengabaikan moment yang semua orang dewasa memerlukannya. Dia belum dewasa. Ayahnya masih duduk di kayu yang terkubur setengah, batang cemara yang memutih karena seluruh zat garam memainkan fungsinya. Ayah si anak tersebut masih menikmati rokoknya, entah berapa batang rokok yang telah dihabiskan. Sang ayah tidak peduli dengan kandungan zatnya yang dia pedulikan menunggu anaknya menyelesaikan imajinasinya dan membuatnya nyata dalam bentuk.

Senja mulai meredup.
"selesai,..!!!!" teriak kegirangan anak itu.
Dia telah membangun sebuah istana untuk keinginannya, raja untuk fantasinya. Istana yang berbentuk petak persegi nan megah

*"ayah, nama istana ini uma navis" kata si anak penuh semangat dan antusiah mengenalkan istana ini kepada ayahnya.

"nama yang bagus" senyum ayahnya
"ini terlalu dekat dengan laut,"
ombak tidak bisa merobohkan istana ini, ayah" jawabnya yakin
"iya ayah harap begitu" jawab ayahnya.

Matahari telah lelah untuk hari ini telah pergi. Malam ini menjadi sepi. Semua bergerak seperti seharusnya berjalan sesuai gaya statis masing-masing. Alur yang berjalan sesuai perintah, saling memberi tindakan dari setiap tindakan yang telah dikeluarkan. Berjalan harmonis dalam keremangan malam, dan kesepian yang ditimbulkan semilir angin laut, hanya nyanyian yang tidak pernah berhenti dari laut, buih-buih yang terus beterbangan. Kunang-kunang laut bergeliat dalam cipratan ombak. Bintang meperlihatkan konstelasinya untuk yang ingin melihat. *Milky way* jelas terlihat, jalan para dewa menuju bumi.

Malam masih dalam keadaanya, pantai tempat istana tiba-tiba kehilangan sepinya. Ombak telah merobohkan istana impian si anak itu.

"apa yang telah kau lakukan,? impian anak yang penuh dengan imajinasi itu telah kau hancurkan, tegakah engkau melihat keputusasaan akan mendera batin anak yang penuh dengan semangat itu? " cemara mempertanyakan perbuatan ombak.

"aku tidak mampu menahan, aku telah mencoba menahan diriku, aku tidak berdaya terhadap bulan yang telah menguasai diriku sepenuhnya. Aku terus bergerak walau aku saat ini tidak ingin menyentuh istana termegah yang pernah berdiri dihadapanku" sahut ombak menyesal.

"aku telah mencoba untuk kokoh, aku lemah dalam keadaanku yang tidak direkatkan, anak itu tidak membentengi aku dengan batu yang lebih kuat"* pasir mencoba menjelaskan ketidak berdayaan dirinya.

"bulan, tidakkah engkau melihat hal ini" tanya kepiting kecil.
"aku melihatnya, aku menjalankan seperti apa aku seharusnya, aku tidak akan menyesal, karena inilah aku yang memberikan keseimbangan dalam bumi yang kucintai, aku tidak bisa berhenti memberikan efek kepada laut, karena jika itu aku lakukan, maka keseimbangan akan kacau, banyak ilmuwan akan gelisah, manusia tidak akan dapat berdiri di bumi. Hal ini akan mengajarkan kepada anak itu untuk mengetahui kita lebih dalam, dia mempunyai seorang ayah yang akan membimbingnya untuk mengerti, kita berjalan sebagaimana faktanya." jawab bulan

"tidakah kamu bisa mengulang dirimu, waktu" tanya lagi kepiting kecil yang kehilangan istana yang hendak dia jadikan tempatnya.

"itu mustahil, aku bukan diciptakan untuk beputar mundur, aku akan terus lurus ke depan, bagaimana pun keadaannya, bukannya aku egois dengan keadaan, karena aku terus berjalan ke depan itu akan membuat manusia ini sadar dengan diri mereka betapa kuatnya mereka dan juga betapa lemahnya mereka" sahut waktu

"kita berjalan sebagaimana semestinya tidak ada yang harus kita rubah, kita adalah ketetapan yang absolut, kita tidak diciptakan relatif. Laut, kamu telah benar apa kamu lakukan, bulan kamu benar dalam memberi efek, cemara kamu benar berada ditempatmu sekarang, angin kamu memang sudah seharusnya begitu dalam penyesuaianmu, kepiting tidakah kamu mengerti kenapa kita sebenarnya ada,?. anak itu akan memakluminya jika kita terus berada dalam ketetapan kita, suatu saat dia akan membangun lagi sebuah istana yang lebih tepat dalam letaknya, karena kita telah mengajarkan kepadanya dengan keadaan statis kita" tambah sang waktu.

Malam kembali sunyi seperti biasa kekelaman alam yang begitu indah. Istana pasir itu telah melebur kembali dalam kesatuannya, hanya meninggalkan bentuk yang menonjol sedikit. Bentuk yang akan dilihat oleh sang anak untuk memperlihatkan istananya kepada adiknya, mereka kembali karena anak itu lupa akan janjinya kepada sang adik.


**From Aceh with Love** salam manis cucoe raja

img 4

img 3

img 2

img 1

Sort:  

Kasian sang adik yang sudah di janji manis. Tapi dia senang akan hal itu. Dia hanya ingin kita memperhatikannya. Tak peduli hasilnya apakah dia mendapatkannya atau tidak...

Mantap @omarkhayyam

antention nyo kheun bg Puth,...
trimong geunaseh bg

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.17
JST 0.032
BTC 63760.92
ETH 2737.73
USDT 1.00
SBD 2.60