Cinta yang Hilang | The Lost in Love =9=

in #fiction7 years ago

COVER NOVEL MASRIADI SAMBO 2.jpg

ISTRIKU meninggalkan rumah sakit dengan mata kuyu. Berjalan perlahan, mengapit kedua paha. Ibu mertua memegang tangan kiri, dan aku tangan kanan. Saran dokter, dia harus diperlakukan layaknya orang baru siap melahirkan.

Kami pun menyiapkan dapur persalinan. Ranjang kecil, tempat arang dibawah ranjang, dan ramuan jamu. Kata ibu mertua, bersalin tak cukup minum jamu. Harus hangat dibawah badan. Sesekali batu dibakar, dilapisi kain lalu diduduki oleh istriku.

Setiap malam, kudengar tangisnya perlahan. Menyanyat pilu dalam desau angin malam. “Ini persalinan bisu. Tak terdengar jerit bayi yang haus meminta asi,” kata istriku pada ibu mertua.

Ibu mertua tersenyum, lalu membelai rambut panjang Anita. Abah tak pernah datang ke rumah ini. Dia tak ingin menjenguk anaknya yang sedang sakit.


Novel Cinta Kala Perang Karya Masriadi Sambo Foto Harian Analisa Medan.jpg
Sudah 44 hari istriku menjalani persalinan. Adat suku kami mewajibkan persalinan selama 44 hari. Selama itu pula, istriku tidur ditemani ibu mertua dan sesekali ibuku datang menjenguk. Sedangkan Abah—ayah mertuaku—tak pernah datang sampai detik ini. Selama itu pula, aku tidur sendiri. Mendengar tangisan pilu istri di kamar sebelah.

Aku paham, tak mudah menerima takdir dan cobaan hidup. Namun, hidup harus berjalan. Matahari masih terbit esok pagi. Sepahit apa pun hidup harus dijalani. Tak guna menangis sepanjang tahun, toh tangisan tak bisa merubah takdir.

Kini, istriku mulai bekerja lagi. Ibu mertua pulang ke Jakarta, sedangkan ibuku pulang ke rumah. Aku mulai sibuk dengan pekerjaan meliput berita, dari peristiwa teror bom, terorisme sampai penangkapan pasangan meusum. Semua berita harus kuliput. Bekerja sebagai jurnalis di kota ini harus serba bisa. Meliput berbagai peristiwa yang terjadi. Berbeda dengan jurnalis di Jakarta. Mereka memiliki pos liputan khusus, wartawan yang meliput isu politik dan hukum, hanya fokus pada isu itu, tidak lagi fokus pada isu kriminalitas, olahraga, seni dan budaya. Sedangkan aku, ya wartawan campur sari. Meliput semua yang terjadi.

Istriku menjalani pengobatan untuk pemulihan penyakit torch yang dideritanya. Setiap hari rutin meminum obat sejenis ramuan jus mengkudu. Rasa dan baunya persis jus mengkudu. Kata dokter, obat ini harus diminum selama enam bulan berturut-turut. Setiap pagi harus meminum satu gelas. Untuk sebulan berobat, aku harus mengeluarkan uang Rp 1,4 juta. Ah, tak masalah dengan biaya. Mencari uang juga untuk bertahan hidup.

“Jika aku tak bisa memberikanmu anak, apakah kau akan meninggalkan ku?” tanya istriku saat kami menikmati bintang di teras rumah.

“Hahaha, tenang saja, tak usah berpikir aneh-aneh.”

“Jawab dulu...”

“Yups, aku tak akan meninggalkanmu, jujur,” jawabku sambil mengangangkat telunjuk dan jari tengah ke arah wajah istriku. Dia tersenyum. Puas mendengar jawabanku.

Sejak keguguran kedua kalinya, aku membebaskan istriku pulang kapan saja ke rumah. Aku ingin dia tenang, tak teringat peristiwa keguguran itu lagi. Dia juga tak melarangku kapan pun aku pulang ke rumah. Jika diawal menikah, dia mewajibkan aku harus dirumah sebelum Isya.

Kini, aku bebas, pulang kapan saja. Aku malas di rumah. Terlalu sepi. Tak ada tangis bayi, tak ada pula tawa bayi yang kurindukan selama ini. Aku ingin, pulang ke rumah hanya buat tidur. Praktis, meski jam kerja sudah berkahir, aku betah di kantor sampai pukul 22.00 WIB. Jika seluruh kerja telah usai, kuhanyutkan diri pada jejaring sosial atau menulis cerpen dan puisi.

Kulihat seorang wanita menggunakan nama Rosa meng-add akun facebook ku. Rosa, siapa wanita ini?

Kubuka akun Rosa, mengecek beberapa foto yang ada di folder foto profile. Tujuh lembar foto dalam folder itu.

“Ini Rosi kan,”.

Kuperhatikan seksama foto ukuran sebungkus rokok itu. Wajahnya mirip Rosi. Pasti ini Rosi, tak salah lagi. Ku konfirmasi permintaan pertemanannya.

Tiga menit kemudian, dia menyapa. Di luar hujan turun perlahan membasahi bumi yang kemarau sejak tiga bulan terakhir. Meja kerjaku menghadap jendela. Hujan membawa keteduhan, berkah, dan ketenangan jiwa. Perlahan turun membelai tanah tandus.

“Hi Dy. Lagi dimana?”

“Di kantor. Rosi kan?”

“Ah iya hahaha, ternyata kamu masih ingat wajahku. Meski fotoku kecil, kamu tetap ingat wajahku.”

“Iya, karena tak ada wanita yang berani menyakitiku selain kamu,” jawabku sekenanya. Sekitar lima menit Rosi tak membalas perbincangan melalui situs jejaring sosial itu.

“Terus, kamu masih sakit hati ceritanya?”

“Iya dong. Sakit banget.”

“Maafin aku ya. Aku sudah berkali-kali minta maaf. Namun, kau langsung menghilang entah kemana.”

“Ya sudah, tak usah dibahas.”

“Oya, apa kabar istrimu. Sudah lama ya kita tak gobrol?’

“Iya. Dia baik. Aku masih di kantor. Kamu udah menikah ?”

“Belum. Tak ada yang mau sama aku Dy. Buktinya kamu juga meninggalkan aku dulu”

“Hahahaha. Salahmu sendiri.”

“Kamu terlalu jujur. Kalimatmu menyakitkan Dy. Aku tak menyangka kamu sesadis ini padaku.”

“Hus tenang. Aku bukan sadis, tapi kejam hahahaa.”

Perbincangan melalui jejaring sosial itu pun berakhir. Aku harus pulang ke rumah. Sejak saat itu, kutahu Rosi belum menikah. Dia telah tamat kuliah. Namun, belum bekerja. Dia gagal menikah. Tunangannya tak bisa menerima kenyatakan bahwa dia tak perawan lagi.

Aku iba mendengar ceritanya. Dia sesekali mengirimkan pesan singkat, menanyakan kabarku dan istri. Rosi sesekali juga menyapa di situs jejaring sosial. Perbincangan kami semakin intens. Hampir setiap hari kami berkirim kabar.

Rosi selalu mengingatkan aku agar tak telat makan. “Nanti kamu tambah kurus. Sekarang ini, kamu tuh seperti mayat hidup. Berat badan hanya 50 kilogram, tinggi 166, tambah rambut ikal. Wah, nanti nggak ada lagi yang mau mengakuimu sebagai temannya. Terlalu jelek.”

“Meski jelek, tapi kamu suka kan,” kataku meledeknya.

“Iya, suka banget pun,” jawabnya balik meledekku.


35.jpg

Sejak saat itu, aku dan Rosi semakin sering komunikasi. Sesekali tema pembicaraan kembali ke masa lalu. Masa-masa pilu di saat Rosi meninggalkanku. Sebalik, Rosi juga mengaku salah atas perbutaannya.

Dia mengaku, saat ini dia sedang dekat dengan seorang pria yang mendekam di penjara Kedah, Malaysia. Dituduh mengedarkan narkoba di negeri jiran. Enam bulan lagi, masa tahanan pria itu selesai.

“Setelah itu kami menikah. Aku ingin menerima dia apa pun kondisinya. Aku kapok telah meninggalkanmu dulu, dan ternyata pilihanku salah. Sekarang kamu bahagia dengan wanita lain,” kata Rosi di ujung telepon.

“Ah Rosi, kamu belum tahu banyak tentang keluargaku. Aku tak bahagia seperti yang kau kira.”

“Mosok?”

“Serius. Nanti kamu tahu sendiri. Aku tak akan menceritakannya. Karena, ini rahasia keluargaku.”

Sejak menikah aku merasa tak nyaman. Istriku tak bisa masak sayuran, tak bisa pula membersihkan ikan. Seluruh pekerjaan rumah tangga aku ambil alih. Belum lagi sampah dan debu setiap sudut rumah. Ah, hidup begini sangat menyiksa. Setelah capek seharian di lapangan, pulang ke rumah aku harus kerja lagi. Lalu, apa bedanya aku dengan pembantu rumah tangga?

Ingin rasanya aku protes. Namun, aku takut dia sakit hati. Biarlah dia belajar pada waktu.

“Ya, aku bisa mengerti kamu Dy. Aku tau kamu pasti menjaga rahasia keluargamu. Tapi, aku bisa merasakan ada yang tak beres di rumah tanggamu.”

“Kamu seperti paranormal hahaha.”

“Ya sudah, besok kita gobrol lagi,” ujar Rosi sembari memutuskan sambungan handphone.

BERSAMBUNG ...

center>DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif


HEAD DIMAS.jpg

Sort:  

Han ek potong saya sama aduen ini, lagee film sinetron episode tayangan, hehehehe

hhahahah baroe 9 tami euuuu. manteung na lom singeuh haha

Mantap na diselingi ngon foto memory spesial didalam. Hhhehe

hahaha, hana foto laen lam laptop nyo

Kali ini saya tak perlu berpura-pura malu untuk meminta bukumu, semoga saja yang diminta pun tidak pura-pura malu untuk mengirimkannya. :D

hahah, bagian ini aku g pura pura. novel yang itu udah habis. tunggu novel baru saja nanti awal tahun, itu aku g pura pura janji loh ya. kali ini benar-benar,

Benar-benar nggak lupa kan? Soalnya janji itu benar-benar sering dilupakan... hahaha

hahah, hanya soal janji uang saja aku sering benar benar lupa atau pura pura lupa. kalau janji barang biasanya benar-benar ingat.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.027
BTC 60654.57
ETH 2343.25
USDT 1.00
SBD 2.48