Wanita dan Senja

in #fiction6 years ago

Selamat pagi steemian, salam estetik untuk kita semua !

Apakah kalian pernah mendengar tentang keindahan ? Atau kalian pernah mencintai keindahan ?
Yaa, kalian benar, keindahan hanyalah impian setiap manusia, dan setiap individu bebas mengartikan keindahan menurut pandangannya.

Dan dari sinilah cerita ini akan dimulai, dari keindahan, yang mungkin hanya sebatas impian.
Selamat menikmati.

853281-clouds-silhouettes-sunset-women-wooden-planks.jpg

"Setiap keindahan adalah sesuatu yang sempurna, bahkan kata tak mampu mendeskripsikannya, dan dalam setiap keindahan terdapat batas, batas untuk kita sekedar mengaguminya dan batas untuk memilikinya”

Seperti biasa, hari ini masih sama seperti 20 tahun yang lalu, hanya ada aku dan sepi yang setia menemani. Kali ini kumulai pagi ku dengan sedikit pelukan dan deburan ombak di tepi pantai, cuaca pagi sangat bersahabat dengan sepi, hanya ada aku, dia dan beberapa penikmat sepi yang dengan setia berjejer rapi di pinggir pantai hanya untuk melihat sedikit sinar pada jajaran tak beraturan laut yang mulai riuh di terjang angin, sesekali ia melirik dan tersenyum kepada ku, dengan suasana seindah ini aku bertanya kepada alam, apakah aku benar benar jatuh cinta ?
Pada gadis yang sedari tadi menemani ku dalam sepi ? Yang menemaniku membuka lembaran-lebaran kusam yang membentuk diriku 10 tahun yang lalu ?
Aaah tidak mungkin, aku hanya terlena, karna ku tau semua kenikmatan cinta adalah batasan waktu yang mampu dilupakan.

Tak terasa matahari sudah mulai menghangatkan lautan, tak ada yang menyadari diantara kita berdua, ternyata kita sudah terlalu lama membahas masalalu sampai lupa menikmati suasa pagi, sembari berdiri aku coba membangunkannya dengan lembut.

“arsyi bangun, matahari sudah menunggu mu”
“Yaah jam berapa ini ? Sudah berapa lama aku tertidur?
“tidak terlalu lama semenjak aku menanyakan kenyamanan mu!
“eh, aku belum menjawab pertanyaan mu ya?”
“Ah sudah laa, lupakan saja” jawab ku dengan ketus
“Kamu jangan marah dong, aku kan ketiduran, ga sengaja tidur”

Aku hanya terdiam, karna yang aku pahami seperti inilah wanita, dan untuk semua pria, jangan menyalahkan wanita, karna hanya dari tatapan mata dan senyumnya, ia bisa menjawab setiap pertanyaan tanpa memerlukan kata-kata.

“Hei, kok bengong”
“Yaa ?”
“Kamu marah ya ?”
“Engga, cuci muka sana!
“Iyaaa”

Ia kini mulai meninggalkan ku, langkah demi langkah kuperhatikan dengan seksama, begitu indah langkahnya, rambutnya terurai indah di bahu, dengan tiupan manja angin aku melihat celah cahaya mencoba menyelio pada celah rambutnya, dia begitu indah dan sexy dengan kardigan klasik yang membuat aku makin tertarik, tak sadar ia sudah terlalu jauh dari pandanganku, hanya dengan melihat punggungnya aku bisa merasakan senyumnya walau ia tak sempat menoleh mempesona kepada ku, langkahnya pasti, ia tak pernah ragu dalam langkahnya, tergambar jelas ia seorang wanita tangguh, bukan karena umurnya yang belia atau karna perawakannya yang cantik jelita, ia tangguh karna hatinya, karna luka setiap ia jatuh cinta telah menjelaskan kepadanya bahwa cinta hanya sementara.

Aku mulai mengitari pinggiran pantai, aku melihat beberapa pemuda mulai keluar dari tenda yang tidak terlalu jauh dari keberadaan ku menikmati nyanyian ombak yang menghantam karang, sesekali pemuda itu melirik dan tersenyum kepada ku, ku balas senyumnya, dengan sederhana kujelaskan bahwa kita sama, sama-sama pemuja sepi yang memilih untuk menikmati hari tanpa membataskan diri beradaptasi dengan alam hanya karna kesibukan jiwa yang terperangkap pada dunia maya yang semu.

Ombak itu terlalu indah untuk ku, aku mulai berbicara dengan diri ku sendiri, aku melihat ia terlalu suci dalam perjuangannya, ia tak pernah memilih meninggalkan tepian pantai meski karang menghalang ia menyentuhnya, dan karang adalah teman setia, dia tak pernah meninggalkan lautan meski ombak terus menghantamnya, aah terlalu indah alam ini, kenapa aku baru sadar sekarang, sedang lautan diciptakan telah lama sebelum aku dan bahkan ibuku dijanjikan lahir.

“Heeeeei” tiba-tiba aku mendengar suara yang begitu indah yang membangunkanku dalam berimajinasi, aku melihat kearah timur dan kudapati senyuman manis dengan lambayan tangan yang tidak terlalu berisi dan sisa air di wajah dan rambutnya yang akhirnya ku tau sisa wudhu ia untuk menunaikan tanggung jawabnya kepada Tuhannya.
“kok lama?”
“Aku tadi ke mushala dulu” sambil berjalan mendekati ku
“Oooh” dengan sedikit cuek dan sombong
“Kamu ga... ”
“sudah pernah” aku langsung menyeka pertanyaan yang ku tahu apa yang ingin ia tanyakan, dia begitu memahami aku, tanpa ragu ia malah membalas sekaan ku dengan cubitan kecil dan senyuman.

Tak terasa matahari sudah begitu belia untuk merangkak di atas bukit yang berbaris di arah timur, dengan reflek aku melihat dan menyanjungnya.

“Kamu suka ?” Tanya arsyi kepada ku
“Yaaa menurut kamu?”
“Aku boleh nanya ga”
“Jangan tanya aku tentang diriku” lagi-lagi aku menyeka pertanyaan yang aku paham bakal ia tanyakan
“Kenapa ?”

Aku hanya terdiam, karna pertanyaan ini tidak terlalu menarik untuk aku tanggapi.
Ia mulai melirik sunrise yang begitu indah pagi itu, sembari sesekali ia melirik ombak yang membuatnya terkagum-kagum sedari tadi, kutarik dan kupeluk dia, sontak nafasnya tertahan dan kurasa denyutan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dan keras sesamar ombak menabrak karang, aku dan dia terdiam, aku tak tau apa yang ia rasakan, mata ku terus melihat cahaya yang indah tadi, alam seketika sepi tanpa kata yang harus dijelaskan tentang perasaan yang terjadi pagi ini, tak berselang beberapa waktu aku mencoba melihat wajahnya, hanya ada dua mata yang termenung kosong dengan aliran air yang tak sempat tumpah di kedua mata indah itu.

“Kamu kenapa?”
“Ga ada” kini ia yang membalas kecuekan ku

Tanpa ku sadar telah ku lepas pelukanku,
Pagi ini begitu sepi setelah aku memeluknya, beberapa kaki kecil yang berlarian di pinggir pantai tepat di seberang ku telah menjadi canda yang bisu, beberapa warga yang mencoba menawarkan dagangannya menjadi sunyi yang tak pernah berkata-kata. Aku begitu hina dengan pelukan yang tak sempat aku sampaikan dengan dia wanita yang baru ku kenal malam tadi.
Aku terus memikirkannya
Dan diam yang keluar dari bahasa tubuhnya mencoba menarik pikiran ku untuk berfikir, apakah dia pantas untuk ku? Atau aku tak pantas untuknya !

Tak terasa pagi telah menjadi siang yang sepi, tanpa banyak kata-kata aku mengajaknya untuk kembali, di sepanjang jalan sepi yang di temani pepohonan dan kembang tebu, ku lirik senyumnya dari sebelah spion motor butut ku, arsyi maafkan aku (hatiku mulai berbicara).
Sesampai aku mengantarkan ia pulang, aku kembali menikmati sore ku sendiri, hari ini begitu panjang bagi ku, telah kudapati malam dan soreku hanya dengan memikirkan wanita yang baru ku kenal di pertigaan kedai kopi.
Namanya arsyi, dengan paras bugis yang sangat menarik ia telah menarik jiwa ku, tak banyak kata yang mampu menjelaskan keindahannya, ia begitu sempurna untuk ku, dan kini ia memilih pergi tanpa kata yang mampu menjelaskan.

dan pada akhirnya kudapati ia tak lebih dari sepotong senja yang kunikmati dengan secangkir kopi. Indah untuk ku nikmati, begitu sempurna untuk ku nanti. Namun sayang, keindahannya arti sesaat untuk kumiliki.


salam estetik !
@dheje


Photo Source: 1https://www.walldevil.com/clouds-silhouettes-sunset-women-wooden-planks-wallpaper-16807/.

Sort:  

@dheje, I gave you an upvote on your first post! Please give me a follow and I will give you a follow in return!

Please also take a moment to read this post regarding bad behavior on Steemit.

Mantap @dheje
Semoga betah

siap suhu hehe

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.18
JST 0.035
BTC 91087.60
ETH 3181.87
USDT 1.00
SBD 2.78