It's For Love (9)

in #fiction7 years ago

“Sedang istirahat Bu. 10 menit lalu baru selesai 4 operasi berturut-turut, malam ini… tapi tadi pesan, kalau Ibu menanyakannya, bangunkan saja.”
“Oh jangan, jangan! ” Mama Hoshi menggoyang-goyangkan tangan. “Nanti saja kalau sudah bangun, tolong disuruh ke sini ya!"
Dokter jaga itu mengangguk.
“Tolong lakukan pemeriksaan lengkap selekasnya, Dok!” sela Hoshi cepat.
“Ya.” Dokter itu bergegas keluar ruangan.

Suasana kamar menjadi sunyi.
“Bagaimana hubunganmu dengan Yo?” Suara Mama Hoshi memecah keheningan.
Kedua bibir Hoshi tertarik sedikit. “Ya ampun Mama, masih sempat nanyain itu?”
Pintu ruangan terbuka.
“Itu yang membuatku selalu takut pulang ke rumah,” ujar Malvin, ketika memasuki ruangan. “Dan sangat kehilangan Kakak.”
Malvin mencium pipi Mamanya. “Mama cape keliling cari calon menantu, ya?”
Mama Hoshi memukul lengan Malvin perlahan. “Kamu! Orangtua sakit, malah dibecandain.”
Malvin menjabat tangan Hoshi. “Apa kabar, Kak?”
“Baik. Alhamdulillah… kamu tambah ganteng aja Vin.”

Malvin hanya tersenyum kecil. Wajahnya terlihat khawatir, ketika matanya menatap Papanya yang terbaring dengan mata terpejam, di ranjang pasien di sebelah Mamanya. “Papa mau periksa ke dokter syaraf akhirnya, Ma?” tanyanya lirih dari sebelah ranjang Papanya.
Alis Hoshi naik sedikit. Spesialis saraf? tanyanya dalam hati. Papa kenapa?
Mamanya menarik nafas lega. Kepalanya mengangguk. “Kalian tahu—“

“Tahu, Ma!” jawab Hoshi dan Malvin serentak.
“Jangan bercanda! Mama serius,” sergah Mama mereka dengan mata mendelik, “Dokter Bedah Syaraf Mama, cantik banget… masih lajang… dia dokter bedah paling hebat di sini… bintang rumah sakit ini.”
“Kalau sempurna seperti itu, kenapa dia belum nikah, Ma?” tanya Malvin malas. Mamanya mulai lagi. Dia berjalan ke tempat tidur pasien Mamanya. Duduk di sisi lain ranjang.
“Kata suster-suster yang Mama tanyain, yang antri berderet,” kilah Mama Hoshi.

“Bukannya Mama baru masuk UGD semalam?” Hoshi memandang Mamanya dengan alis berkerut.
“Mama kan sering ke dokter bedah syaraf, untuk kontrol,” tukas Mama Hoshi.
Diam-diam Hoshi memaki dirinya sendiri, sampai tidak mengetahui perkembangan kondisi kesehatan orangtuanya.

“Kak... sudah berapa malam engga tidur?” sela Malvin.
“3 hari,” sahut Hoshi pendek. Dia memijat kaki Mamanya perlahan.
“Ya Allah. Pantesan mukanya kayak zombie… sudah sana tidur dulu!” Malvin menepuk perlahan pundak Kakaknya.
Mama Hoshi menarik kaki yang dipijit Hoshi. “Sudah Hosh… Mama sudah enakan.”
Malvin bangkit dari sofa. “Besok aku harus ke markas… sekarang aku aja yang jaga… besok Kakak.”

“OK.” Kepala Hoshi mulai berdenyut-denyut. “Bangunin aku kalau ada apa-apa,” katanya lirih pada Malvin. Azan Subuh berkumandang. Setelah Sholat Subuh, dia langsung tertidur, begitu kepalanya menyentuh bantal.

Samar-samar Hoshi mendengar suara familier dari ruang sebelah. Afra? Tidak mungkin. Sudah seminggu ini dia sering berhalusinasi bertemu Afra. Sampai Yo pernah menyelamatkannya, dari sebuah peristiwa yang memalukan. Tangannya menyugar rambut. Ini pasti halusinasi yang lain.

Sort:  

Makin lama membacanya, jadi makin asyik dan penasaran.

Alhamdulillah. Terimakasih banyak Pak @jharyadi :)

Ada yo..selain afra.. Hmmm.. Semakin ditarik diriku mba :D

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 62104.41
ETH 2404.22
USDT 1.00
SBD 2.49