It's For Love # 84 (Bilingual)

in #fiction6 years ago

Rafka mengamati halaman belakang rumah Hoshi. Pesta kebun yang mengambil tema pedesaan, dengan pemilihan warna dekorasi sama dengan warna-warna favorit Afra. Simple namun terlihat elegan dan mewah.

“Hoshi mempersiapkan acara ini dengan sempurna, ” ujar Rafka. Di bawah pohon durian, disiapkan durian-durian matang lengkap dengan orang yang membuka buah itu. Stand makanan berat, snack, dan minuman bertebaran di beberapa tempat. MC dan iringan band membuat suasana semakin meriah.

Beberapa teman bergerombol di bawah pohon mangga dan rambutan. Walaupun sudah disiapkan buah yang baru saja dipetik, ada yang memilih memetik sendiri dari cabang pohon yang rendah. Hoshi serius merawat kebunnya, pikir Rafka kagum. Padahal sebagai seorang ahli di bidang tanaman, jarang sekali dia bisa mengapresiasi.

“Dia pakai EO terbaik. Standar Kak Hoshi tinggi!” ujar Malvin memandang sekeliling dengan bangga. Kakaknya sudah berada di kawah candradimuka belasan tahun. Dia sudah berhenti berusaha bersaing dengan Kakaknya. Berdamai dengan diri sendiri. Sekarang dia lebih fokus meningkatkan kualitas pribadi. Masih banyak yang harus dipelajari.

“Benarkah Hoshi selalu mengalahkanmu saat sparing?” tanya Rafka penasaran. Matanya tidak lepas memperhatikan Hoshi, yang selalu berusaha dekat dengan Afra.

Giliran Malvin yang mereguk kopi lagi. Rasa pahit melewati kerongkongan.

Rafka terdiam sesaat. Sebuah kesadaran menyelinap ke alam sadarnya. “Semua ini untuk Afra,” ujar Rafka tiba-tiba.

“Kau baru sadar?” Alis Malvin terangkat tinggi. “Kak Hoshi orang paling tertutup yang kukenal tahun-tahun terakhir ini.”

Keheningan menyekap keduanya.

“Berita tentang Afra tiba-tiba menghilang. Kau ada hubungannya?” tanya Rafka lirih.

“Tidak,” sahut Malvin pendek.

Rafka mengarahkan pandangan ke Hoshi. Dia lagi, katanya dalam hati

Malvin ikut mengarahkan pandangan ke arah kakaknya. Menyetujui bahasa tubuh Rafka. Dia menarik nafas panjang. Kakaknya sedang tertawa di sebelah Afra.

Mampu mengurus kedua orangtua mereka yang ‘unik’. Bisa buat Papa betah tinggal selain di rumahnya, jadi catatan prestasi luar biasa.

“Cinta menghebatkannya,” ujarnya lirih seperti bicara pada dirinya sendiri. Ponselnya berdering. Begitu diangkat, langsung terputus.

Syukurlah, Malvin menarik nafas lega. Tanda sebuah misi rahasia harus dilaksanakannya. “Tolong pamitin ke Kak Hoshi dan Afra, ya!”

Malvin mengenakan topinya. Melihat Kak Hoshi dan Afra membuat perasaannya campur aduk. Senang dan sedih. Seandainya Afra memang menjadi miliknya, Kak Hoshi pasti hancur. Walaupun dia percaya, Kakaknya pasti akan memberi restu sepenuh hati.

Masuk di antara keduanya, seperti membuang limbah ke aliran sungai jernih. Saat ini, yang sangat dibutuhkannya, ribuan misi-misi rahasia yang sangat mustahil dilaksanakan.

Setelah azan asar berkumandang, Afra menuju ke mushola. Mushola yang bisa memuat dua puluh orang itu sudah terisi sebagian. Sekilas dia melihat Hoshi bersiap-siap di tempat imam.

Tiga puluh menit berlalu sejak tamu terakhir pamit. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30. Afra duduk santai di sofa ruang rekreasi.

“Mukanya pucat, Ra … kamu pusing?” tanya Rafka, yang tiba-tiba duduk di dekatnya.

“Sedikit mual aja,” Afra memperhatikan orang-orang katering yang sedang merapikan halaman belakang. Lampu-lampu taman sudah dinyalakan. “Acaranya sukses, ya.”

Rafka menjulurkan kaki lurus ke depan, “Pada seneng anak-anak.”

Afra menoleh ke arah Rafka, mendengar nada suara Rafka, “Kamu engga seneng, Raf?”

ENGLISH VERSION

Rafka scanned Hoshi's backyard. A garden party that takes on a rustic theme, with the selection of decorating colors the same as Afra's favorite colors. Simple but looks elegant and luxurious.

"Hoshi prepared this event perfectly," said Rafka. Under the durian tree, prepared full durian complete with the person who opened the fruit. Heavy food booths, snacks and drinks are scattered in several places. MC and band accompaniment make the atmosphere more festive.

Some friends clustered under mango and rambutan trees. Although it has been prepared freshly picked fruit, some people choose to pick themselves from the low branches of the tree. Hoshi is serious about taking care of his garden, Rafka thought amazed. Yet as an expert in the field of plants, he rarely can appreciate.

"He's wearing the best EO. Kak Hoshi's standards are high!" Malvin said looking around proudly. Her brother is already in the Candradimuka crater dozen years. He has stopped trying to compete with his brother. Make peace with himself. Now he's more focused on improving personal qualities. There is still much to learn.

"Really Hoshi always beat you during sparing?" Asked Rafka curious. His eyes did not come to Hoshi, who was always close to Afra.

It was Malvin's turn to sipped another cup of coffee. Sense of bitterness through the esophagus.

Rafka was silent for a moment. An awakening sneaks into his consciousness. "All this for Afra," Rafka said suddenly.

"Are you aware?" Malvin's eyebrows rose high. "Kak Hoshi is the closest person I've known in recent years."
Silence held them both.

"The news about Afra suddenly disappeared. Do you have related to do? "Rafka asked softly.

"No," Malvin said shortly.

Rafka directs his sight to Hoshi. He do it again, he told himself
Malvin took a look at his brother. Approve the body language of Rafka. He took a deep breath. His brother was laughing next to Afra.

Able to take care of both their 'unique' parents. Can make father feel at home other than at home, so record remarkable achievements.

"Loves make him a better person," Malvin said softly like talking to himself. His cell phone rang. Once removed, immediately disconnected.

Thankfully, Malvin breathed a sigh of relief. The sign of a secret mission must be done. "Please send my regards to Kak Hoshi and Afra!"

Malvin wore his hat. Seeing Kak Hoshi and Afra makes his feelings mixed up. Happy and sad. Had Afra indeed been his, Kak Hoshi would have been destroyed. Although he believes, his brother will surely give wholehearted blessing.
Come in between them, like throwing waste into a clear stream. Today, what he desperately needs, thousands of secret missions that are impossible to implement.

After the azan call to prayer, Afra heads to the mosque. The mosque that can contain twenty people is already partially filled. At first glance he saw Hoshi getting ready at t0 be imam.

Thirty minutes had passed since the last guest. It was 7:30. Afra sits casually on the lounge sofa. "Your face is pale, Ra ... you're dizzy?" Asked Rafka, who suddenly sat near her.

"A little nausea," Afra noticed the caterers who were tidying up the backyard. The garden lights are already on. "The event was a success."

Rafka stretched his legs straight ahead, "Everybody happy."

Afra turned to Rafka, hearing the tone of Rafka's voice, "You're not happy, Raf?"

Bandung Barat, Kamis 12 April 2018
Warm Regards

Cici SW

Source: 1, 2

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63267.39
ETH 2572.65
USDT 1.00
SBD 2.80