It's For Love (7)

in #fiction7 years ago

Dia menyeberangi jembatan dengan cara berbeda dengan orang lain. Tiba-tiba, kakinya menapak pada sisi luar tiang batu yang menjadi akhir jembatan. Di alas kakinya, seperti ada magnet yang bisa dikendalikan sesuka hati. Dengan mudah dia berjalan di tiang yang berdiri tegak lurus, menjadi orang pertama yang mencapai puncak.

Teman-temannya tampak susah payah mendaki tiang dengan kemiringan 90 derajat itu. Bahkan beberapa orang masih bergerombol di bawah tiang batu.

Hoshi membuka mata. Mimpi lagi, kata Hoshi dalam hati. Apa arti mimpi ini? Ponselnya berdering. Jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi. Baru setengah jam matanya istirahat. Hoshi menghela nafas lega, bisa mencapai akhir pendakian dalam mimpi itu.

Tangannya meraih ponsel di meja kecil di samping tempat tidurnya, ketika dering ponsel terus saja menyalak. Matanya yang setengah menutup, langsung terbuka lebar. Tidak berkedip menatap nama yang muncul di layar.

Sudah bertahun-tahun, nama itu tidak pernah terpampang di sana. Detak jantungnya berpacu. Tidak sia-sia dia mempertahankan nomer ini. Penantian panjangnya berakhir. Setelah mendehem beberapa kali, dia memencet tombol hijau. “Halo.”
“Hoshi, ini Papa,” suara Papa Hoshi terdengar lelah. “Mamamu masuk UGD, dan harus dirawat. Darah tingginya kumat lagi… Mama nanyain kamu terus….”
Hoshi menggenggam erat tangan Mamanya. Wajah Mama nampak sangat pucat. Keletihan membayangi air muka cantik Mama. Beberapa helai rambut putih menyelinap di antara rambut hitam yang lebat. Kata Papa, Mama belum sadar sejak tiba di UGD. Berarti sudah 2 jam.
“Papa istirahat saja, biar Hoshi yang jaga Mama,” ujar Hoshi, ketika melihat kantung mata hitam di bawah mata Papanya.
Papa Hoshi mengernyit. “Papa engga apa-apa!” sergah Papa Hoshi. Tangannya mengurut-urut pinggang perlahan tanpa sadar.
Hoshi melihat Papanya meringis seperti menahan sakit. “Dokter kan juga bilang, Mama engga apa-apa. Hanya sedang tidur, setelah dikasih obat… nanti kalau Mama bangun, Hoshi bangunin Papa. Papa bisa nemenin Mama lagi,” bujuk Hoshi lembut.
“Ok… Papa mau istirahat sebentar…. Kalau dr. spesialis bedah sarafnya kunjungan, bangunin Papa!” ujar Papa Hoshi seraya berjalan menuju ruang inap keluarga.
Dahi Hoshi berkerut, melihat tubuh Papanya yang nampak jauh lebih kurus berjalan tertatih-tatih. Dengan cepat dia memegang tangan Papanya.

Papa Hoshi menahan nafas sesaat. Tanpa mengatakan apa-apa, tangannya menjadikan pundak Hoshi sebagai tumpuan.
“Ma…” Hoshi menggenggam erat tangan Mamanya, ketika mata Mama Hoshi mulai bergerak sedikit. Dia mencium punggung tangan Mamanya, dan menempelkannya ke pipinya. Perlahan mata Mama terbuka semakin lebar.
“Hoshi….”
Hoshi tersenyum lebar, menutupi rasa bersalah yang memenuhi hatinya. “Ya, Ma… ini Hoshi….”
Airmata mengalir di pipi Mamanya yang pucat. “Kenapa kurusan? Kamu engga diurusin sama Yo?”
Hoshi menarik nafas panjang. Mama tidak berubah. Keluarga lebih penting dari dirinya sendiri. Dia tersenyum. “Mama yang di rumah sakit, bukan Hoshi … kenapa tensinya bisa setinggi itu?”
Dahi Mamanya langsung berkerut. Berusaha mengingat sesuatu. “Papa… mana Papa?”
“Papa istirahat di ruangan sebelah… mau Hoshi panggillin?” Hoshi bangkit berdiri.
“Jangan!” Mama Hoshi memegang tangan Hoshi. “Sudah beberapa malam, Papamu engga bisa tidur.”
“Papa kenapa, Ma?” tanya Hoshi kaget.

Sort:  

tulisan yang bagus mbak @cicisw ... tetap semangat dan terus berkarya :D

Terimakasih @agungpriambodo. Senang sekali bisa menghibur. Terus semangat dan selalu berkarya juga :)

keren kak..ajarin dong bikin cerita saya..👍

Terimakasih @fadli79. Hehehehe saya juga masih belajar dan mendapat bimbingan.
Ayo kalau mau belajar bareng-bareng.
Baca dulu postingan saya, Menulis Novel dari Mata Novelis Pemula (1) dan Menulis Novel dari Mata Penulis Pemula (2).
Buat persiapannya ya. Sama seperti menggambar. Ada tahapan-tahapannya :)
Nanti kalau ada yang mau ditanyakan silakan.
Sistim belajarnya kita sharing ya.
Pasti dari @fadli79, banyak yang saya bisa pelajari juga

Wah kasihan mama nya hoshi. Tibatiba aja sakit jdi ikutan sedih.
Cerita yang bagus teh @cicisw

Terimakasih @gethachan. Kebanyakan pikiran Mama Hoshi jadinya ambruk :)

Masama teh @cicisw di tunggu kelanjutannya

Nice story! Jadi gak sabar ingin tahu kelanjutan ceritanya. Semoga cepat sembuh Mama Hoshi-nya ya :D @cicisw :)

Terimakasih Abah @adrienoor. Ditunggu masukannya Abah@adrienoor

Cerita yang bagus, dengan pemilihan diksi yang tepat.

kerenn Teteh👍

Terimakasih Teh @ettydiallova, lagi belajar supaya gaya tulisan bisa efektif dan bermakna. Seperti tulisan2 Teh @ettydiallova. Novel ini pas banget dengan salah satu kalimat di artikel Teteh. Menikah itu visioner :)

Duh.. Terlena dalam mimpi hoshi dech diriku tadi mba :D

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.027
BTC 60063.85
ETH 2313.06
USDT 1.00
SBD 2.46