It's For Love # 66 (Bilingual)

in #fiction6 years ago

"Papa marah sekali waktu itu … Papa bisa mengerti keputusanku, Ma? ... aku tidak mau membuat keadaan Afra lebih rumit lagi … yang bisa kulakukan, untuk sedikit meringankan penderitaannya, membayar tambahan biaya rumah sakitnya.”

“Kau habiskan semua tabunganmu, juga menjual kamera kesayanganmu,” ujar Mama Hoshi lemah. Kamera itu dari Ayahnya. Hadiah karena Hoshi memenangkan kejuaraan bela diri. Dia tahu betapa berharganya barang itu untuk Hoshi.

“Mama pikir, kamera itu lebih berharga dari kondisi Afra?” Hoshi balik bertanya dengan suara lembut.

“Hoshi! Kau hampir mati belasan tahun lalu ….”

[Source](https://unsplash.com/photos/cGwfkwHmt98)

“Hanya itu yang bisa kulakukan untuk Afra saat itu … aku sangat kagum melihat kekuatan Afra menjalani hidupnya … Life skill … itu kata yang diucapkannya padaku.” Hoshi berdiri di hadapan Mamanya.

“Penderitaan Afra memacuku untuk menjadi laki-laki yang lebih kuat dan hebat … orang yang bisa menjadi tempatnya bersandar, saat dia merasa lelah … aku sangat bersyukur bertemu dengannya belasan tahun lalu … aku jadi tahu apa prioritas hidupku, dan bagaimana aku harus menjalaninya. Tanpa Afra, aku percaya aku tidak akan bisa ada di ketinggian ini.” Hoshi melayangkan pandangannya ke sekeliling.

“Kau sangat mencintai Afra …. Apa yang akan terjadi padamu dan Malvin?” tanya Mama Hoshi dengan suara sendu.

“Mama tidak membesarkan dua ekor anak ayam. Mama membesarkan kami berdua sebagai elang. Semakin besar rintangan akan semakin besar hadiahnya. Bukankah ini bisa membuat kami berdua lebih kuat dan matang, saat mampu melewatinya?"

Hoshi terdiam sesaat. Kedua ujung bibirnya naik sedikit. "Kalau keadaannya dibalik, Malvin yang terlebih dahulu bertemu dengan Afra, aku pasti akan berusaha merebutnya dari adikku … aku tidak akan menghalangi usaha Malvin mendapatkan Afra.”

Mama Hoshi menarik nafas panjang. “Apa yang kau lakukan untuk membantu Afra sekarang?”

“Tim PR dan pemasaran serta tim legal perusahaanku sedang merencanakan strategi untuk meredam berita-berita mengenai Afra.”

[Source](https://unsplash.com/photos/NmPpz1jA_JE)

Malvin menutup pintu ruang kerja Hoshi perlahan. Kalau dia mengenal Afra saat itu, dia juga akan melakukan hal yang sama. Senyum dan kebahagiaan dokter cantik itu, memang sangat berharga. Tangannya mencengkeram laporan yang dibuat Kakaknya untuk Afra.

Jam di kamar tamu menunjukkan pukul 12.00, ketika pintunya diketuk.

“Ayo Vin makan siang dulu,” suara Mamanya terdengar.

“Sudah lama sekali aku tidak kesini,” ujar Malvin ketika menarik kursi makan.

“Kamu selalu sangat sibuk,” sungut Mama mereka.

“Engga apa-apa Ma, mumpung Malvin masih muda,” kilah Hoshi.

Malvin menonjok lengan Kakaknya perlahan, “Umur kita kan cuma beda setahun, Kak.”

Hoshi tertawa kecil. “Tetap saja aku lebih tua darimu.”

“Kak… kondisi Papa masih belum fit benar, bagaimana kalau sementara waktu Kakak di rumah dulu?” tanya Malvin.

“Rencanaku juga begitu,” sahut Hoshi cepat. "Rumahku lebih luas ... bagaimana kalau Papa sama Mama yang pindah ke sini?"

Ponsel Malvin bergetar. Setelah membaca pesan yang masuk, dia menoleh pada Kakaknya. Mata mereka bertatapan sejenak, “Aku pinjam mobil, Kak.”

“Di tempat biasa… ambil yang dompetnya warna putih… itu mobil baru… identitasmu akan aman.”

Hoshi tahu telah terjadi sesuatu pada Afra. Dia mengambil ponselnya. Mencari berita terbaru. Dahinya mengernyit. Afra dan Rafka. Dia meletakkan ponselnya di atas meja.

“Terimakasih,” Malvin mengangguk. “Pergi dulu, Ma.”

Mama yang duduk di depan Hoshi mengambil ponsel Hoshi yang diletakkan di meja. Dahinya mengernyit dalam.

Baru beberapa langkah, ponsel Malvin berdering. Dia mendengarkan penelpon sejenak, “Siap merapat.” Dia membalikkan badannya. Menyerahkan kunci pada Hoshi.

Hoshi menerima kunci tanpa mengatakan apa pun. Dia berpikir sejenak. “Minggu depan teman-teman kelas tiga SMA, mau kumpul-kumpul di sini. Datanglah kalau waktumu kosong.”

**ENGLISH VERSION**

"Dad is so angry at that time ... can he understand my decision? ... I do not want to make Afra's situation any more complicated ... all I can do at that moment to lighten her suffering a little, paying for her hospital expenses."

"You spend all your saving, and also sell your favorite camera," Hoshi’s mother said weakly. The camera is from her father. The prize because Hoshi won the martial championship. She knows how valuable it is for Hoshi.

"You thought the camera was more valuable than Afra's condition then?" Hoshi asked back gently.

"Hoshi! You almost died a dozen years ago .... "

[Source](https://unsplash.com/photos/cGwfkwHmt98)

"That's all I could do for Afra then ... I was so impressed with Afra's power living her life ... Life skill ... that's what she said to me." Hoshi stood in front of his mother.

"Afra's affliction calls me to become a stronger and stronger man ... a man who can be a place to lean on, when she's tired ... I'm so grateful to meet her a dozen years ago ... I know what my priorities are, and how I should live it. Without Afra, I believe I will not be there at this altitude." Hoshi looked around.

"You love Afra so much .... What will happen to you and Malvin?" She Mama Hoshi asked in a sad voice.

"You did not raise two cowards. Mom raised us both as eagles. The bigger the obstacle the greater the prize. Can not this make us both stronger and mature, when able to pass through?”

Hoshi was silent for a moment. Both ends of her lips rose slightly. “If the situation is reversed, Malvin first meets Afra, I will definitely try to take it from my brother. I will not hinder Malvin's efforts to get Afra's heart."

Hoshi's mother took a deep breath. "What are you doing to help Afra now?"

"My PR and marketing team and my company's legal team are planning strategies to dampen the news of Afra."

[Source](https://unsplash.com/photos/NmPpz1jA_JE)

Malvin closed the door of Hoshi's office slowly. If he knew Afra then, he would do the same. The smile and happiness of the beautiful doctor, it is very valuable. His hand gripped the report his brother made for Afra. The clock in the guest room was 12:00, when the door was knocked.

"Malvin let's eat lunch first," his Mom sounded.

"It's been a long time since I've been here," Malvin said as he pulled out a dining chair.

"You are always very busy," She muttered.

"It's ok mom, Malvin is still young," Hoshi said.

Malvin poked his brother's arm slowly, "We're only a year gap, brother."

Hoshi chuckled. "Still I'm older than you."

"Bro ... father's condition is still not fit right, how about for a while you stay at home first?" Malvin asked.

"My plan is the same," Hoshi said quickly. “My house is bigger ... what if mom and dad moved here? "

Malvin's phone vibrates. After reading the incoming message, he turned to his brother. Their eyes met for a moment, "I borrow a car."

"In the usual place ... grab a white purse ... that's a new car ... your identity will be safe."

Hoshi knew something had happened to Afra. He picked up his cell phone. Looking for the latest news. His forehead frowned. Afra and Rafka. He put his cell phone on the table.

"Thank you," Malvin nodded. "I go first, mom."

Mom who sat in front of Hoshi took Hoshi's mobile phone which was placed on the table. Her forehead frowned deeply.

Just a few steps, Malvin's phone rang. He listened to the caller for a moment, "Yes, Sir yes." He turned around. Handed the key to Hoshi.

Hoshi received the key without saying anything. He thought for a moment. "Next week high my school friends, want to get together here. Come when you have time."

Bandung Barat, Kamis 14 Maret 2018

Warm Regards

Cici SW

Sort:  

Siap aku akan datang padamu hoshi.
Makin seru aja nih ceritanya hehe

Masama teh :)

Saya juga mau berkorban kalau kenal Afra lebih dulu...hehehe

Hehehehe kesampaian Bang @tusroni berkorbannya sekarang :)

Apa yang akan terjadi dengan papa Hoshi? #kepohakyu

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.034
BTC 64513.75
ETH 3146.11
USDT 1.00
SBD 3.95