It's For Love # 61 (Bilingual)

in #fiction6 years ago

Bab Dua Belas
Train My Soul Harder, Why Should I?


Source

Afra terpengarah. Tanpa sadar dia berjalan mendekati Malvin. Menghentikan langkah di hadapan laki-laki itu. Kepalanya mendongak. “Apa yang kau bicarakan?”

Malvin tetap berdiri di tempatnya. “Laila tidak membunuh Ibumu.”

Tatapan tajam Afra menghujam mata Malvin. “Dengan pangkat setinggi itu, aku percaya kau tidak sembarangan bicara.”

“Tentu saja.” Malvin menelengkan kepalanya. “… kalau tidak, julukanku bukan ‘Pemburu Maut’”

“Kau menginterogasi Laila?” Afra menaikkan alisnya sedikit.

Malvin mengangguk tegas.

Giliran Afra menelengkan kepala. “Dan … kenapa kau melakukannya?”

Mata tajam Malvin menantang tatapan mata Afra. “Mengapa menurutmu?”

Afra mengedikkan bahu. “Aku tidak tahu … otakku seperti menjerit minta istirahat … bantu aku!”

Mata Malvin terus menatap langsung mata Afra. “Aku ingin kau menjadi istriku,” ujarnya perlahan kata demi kata.

Lagi-lagi Afra terpengarah. Matanya terbelalak. “Istri?” tanyanya setelah bisa bicara.

“Ya. Istri.” Malvin mengangguk dengan sangat percaya diri. “Kenapa keliatannya kau kaget sekali?”

“Kau adik Hoshi!” Afra mengusap wajah dengan kedua tangannya. Hanya dalam dua hari dia mendapat dua lamaran. Dari saudara sekandung pula. Kalau dia seorang novelis, dia pasti bisa menulis novel bestseller.

“Apa hubungannya?” tanya Malvin bingung. “Aku hanya setahun lebih muda darimu. Tapi badanku lebih tinggi … begitu juga pangkatku.”

“Ya Allah …” Afra terus memandang ke dalam mata Malvin. Berupaya mencari apa yang ada dalam pikiran anak itu.

“Malvin, apa yang ada dalam pikiranmu?”

Malvin membalas tatapan Afra tanpa berkedip dengan alis bertaut. “Kita sudah dewasa. Sudah saatnya menikah … kenapa aku tidak menikah denganmu saja?”

Afra menahan senyum dalam hati. Logika Malvin sangat simple.

“Tapi kita baru saja bertemu beberapa hari yang lalu,” akhirnya dia mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya.

“Orang akan memutuskan untuk menikah, ketika mereka mendapatkan keuntungan lebih, dibanding saat mereka sendiri.” Malvin mengangkat bahunya sedikit. “Dengan situasimu, menikah dengan orang yang sepadan denganmu, jadi alternatif untuk keluar dari kondisi ini …. Aku sudah memeriksa latar belakangmu.”

Mata Afra terbelalak. Jalan keluar masalah? Mengecek latar belakang


Source

Malvin hanya melihat bayangan gerakan Afra. Dalam sedetik dia sudah terbaring di atas tanah. Apa yang terajadi? Benarkah dia dijatuhkan seorang wanita mungil, yang memiliki bobot 20 kg lebih ringan darinya?

Wajah Afra hanya berjarak satu jengkal dari wajahnya. Tiba-tiba wajah dokter itu seperti sebuah pemandangan yang dilihatnya, dari puncak gunung favoritnya. Sselalu membuatnya takjub, sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Detak jantungnya menggila. Dia terlalu memandang rendah dokter cantik ini.

Dengan cepat dia memaki dirinya sendiri dalam hati, bisa kecolongan seperti ini. “Aku suka fairplay. Aku akan memberikan catatan tentang latar belakang diriku.” Malvin memberikan sebundel kertas yang masih dipegang tangannya, pada Afra. “Semua informasi tentang diriku ada di dalam.”


Source

Afra mengambil laporan tebal dari tangan Malvin, kemudian berdiri perlahan. Dia duduk kembali di bangku di bawah pohon, seolah baru saja tidak membanting seorang laki-laki yang lebih besar darinya. Matanya memandang ke langit, yang mulai gelap.

ENGLISH VERSION


Source

Afra was stunned. Unconsciously she walked up to Malvin. Stop the step in front of the man. Her head looked up. "What are you talking about?"

Malvin stood where she was. "Laila did not kill your mother."

Afra's sharp gaze caught Malvin's eyes. "With such a high rank, I believe you will not talk haphazardly."

"Of course." Malvin cocked his head. "... otherwise my nickname is not a 'Death Hunter'"

"Did you interrogate Laila?" Afra raised her eyebrows slightly.

Malvin nodded assertively.

Afra's turn cocked her head. "And ... why did you do it?"

Malvin's sharp eyes challenged Afra's gaze. "Why do you think?"

Afra shrugged her shoulders. "I do not know ... my brain is like screaming for rest ... help me!"

Malvin's eyes kept his eyes on her. "I want you to be my wife," he said slowly word for word.

Again she was stunned. Her eyes widened. "Wife?" She asked after she could talk.

"Yes. Wife. "Malvin nodded. "Why are you so surprised?"

"You're Hoshi's brother!" Afra wiped her face with both hands. In just two days she got two applications. From siblings too. If she's a novelist, she can certainly write a bestseller novel.

"What's the connection?" Malvin asked confusedly. "I'm only a year younger than you. But my body is taller ... so is my rank."

"Ya Allah ..." Afra kept looking into Malvin's eyes. Try to find what is in this child's mind.
"Malvin what's on your mind?"

Malvin met Afra's gaze without blinking with an interlocking eyebrow. "We're already adult. It's time to get married ... why can’t I just marry you?"

Afra held back a smile in her heart. Malvin logic is very simple.

"But we just met a few days ago," she finally said what was on her mind.

"People will decide to get married, when they get more profit, than when they are alone." Malvin shrugged slightly.

"With your circumstances, marrying someone worthy of you, so an alternative to get out of this condition .... I checked your background."

Afra's eyes widened. The way out? Checking the background?


Source

Malvin saw only the shadow of Afra's movement. In a second he was lying on the ground. What happens? Is it true he was lifted by a tiny woman, who weighs 20 kg lighter than him?

Afra's face was only one inch from his face. Suddenly the doctor's face was like a sight he saw from his favorite mountain top. Which always amazed him, until he could not utter a word. His heartbeat pounded. He's too low for this beautiful doctor.

Quickly he cursed himself inwardly for, could have been miscarried like this. "I like fair play. I'll give you a note of my background." Malvin handed a bundle of paper that his hand still held, on her. "All the information about me is inside."


Source

Afra picked up a thick report from Malvin's hand, then stood up slowly. She sat back on the bench under the tree, as if she had barely slammed a bigger man out of her. Her eyes looked up at the sky, which was getting dark.

Bandung Barat, 8 Maret 2018

Warm Regards

Cici SW

Thank you for Curators @mariska.lubis, @aiqabrago, and @levycore, @jharyadi and all the novel lovers wherever you are

Sort:  

Saya juga mau lamar Afra deh...hehehe

Syarat lamaran nya apa tuh...hahahah

Cukup jual kebon aja buat maharnya...hahahaha

Hahahahaha

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64093.86
ETH 3123.80
USDT 1.00
SBD 3.94